Ringgit Melemah, Kenaikan Harga CPO Terbatas

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
26 February 2020 11:43
Harga CPO naik karena ringgit sudah murah. Namun tak bisa banyak karena virus corona masih mengintai.
Foto: Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah anjlok dalam, harga komoditas minyak sawit mentah (CPO) menjelang siang hari ini ditransaksikan naik. Pelemahan ringgit di hadapan dolar AS jadi sentimen positif naiknya harga CPO.

Pada Rabu (26/2/2020) harga CPO kontrak pengiriman Mei 2020 mengalami kenaikan 18 ringgit atau naik 0,74% dibanding harga penutupan perdagangan kemarin. Pada pukul 11.05 WIB harga CPO kontrak di Bursa Malaysia Derivatif berada di level RM 2.456/ton.

Sejak awal tahun, harga CPO kontrak terus mengalami tekanan yang tak terhindarkan hingga terkoreksi sebesar 22,1%.


Kali ini harga CPO mampu bergerak naik karena nilai tukar ringgit yang melemah melawan dolar AS. Ringgit mengalami depresiasi sebesar 0,12% di hadapan greenback pada perdagangan hari ini.

Pelemahan mata uang ringgit membuat harga CPO menjadi murah bagi pemegang mata uang lain sehingga memantik aksi beli kontraknya.

Terdepresiasinya ringgit dipicu oleh kondisi politik di Negeri Jiran yang sedang tidak stabil pasca pengunduran diri Perdana Menteri Mahathir Mohamad.

Pengumuman Mahathir hadir tak lama setelah Presiden Parti Keadilan Rakyat (PKR) Anwar Ibrahim mengaku telah dikhianati oleh rekan-rekan di koalisi Pakatan Harapan (PH). Pernyataan itu dilontarkan Anwar di kediamannya di Bukit Segambut, Minggu (23/2/2020) waktu setempat seperti dikutip Malaysia Kini, Senin (24/2/2020).

Pernyataan tersebut muncul bersamaan dengan desas-desus yang berkembang akan ada koalisi penguasa baru yang terdiri dari Parti Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu), Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), Parti Islam Se-Malaysia (PAS), Gabungan Parti Sarawak (GPS), serta Parti Warisan Sabah (Warisan). Apalagi, menurut Anwar, koalisi itu juga melibatkan wakilnya, Mohamed Azmin Ali.


Kondisi politik yang sedang tak kondusif di Malaysia telah membuat pasar keuangan Negeri Jiran itu mengalami tekanan baik di pasar ekuitas, pasar surat utang hingga mata uang.

Namun harga CPO tak dapat naik banyak karena terjadi lonjakan virus corona yang juga terjadi di luar China terutama di Korea Selatan, Italia dan Iran.

Pagi tadi otoritas kesehatan Korea Selatan melaporkan ada 169 kasus baru di negara KPOP itu. Jumlah kasus infeksi di Negeri Ginseng sudah mencapai 1.146, berdasarkan laporan CNBC Internasional.

Di Iran jumlah kasus bertambah lebih dari 30 kasus. Hingga pagi ini sudah ada 95 kasus orang yang teridentifikasi terserang virus ganas yang kini resmi bernama COVID-19 itu.

Jumlah korban meninggal di Iran juga yang paling banyak dilaporkan untuk negara di luar China. Di Iran jumlah korban meninggal mencapai 15 orang.
Semakin meluasnya kasus infeksi virus corona ini menyebabkan pelemahan permintaan minyak sawit akan kian terasa dengan aktivitas perekonomian China yang tengah terpukul dan hubungan India - Malaysia yang masih diliputi oleh ketegangan.

Reuters melaporkan Dewan Minyak Sawit Malaysia memperkirakan produksi pada 2020 mencapai 20,2 juta ton. Sementara ekspor minyak sawit diperkirakan sebanyak 17,4 juta ton pada 2020 yang dipengaruhi oleh penurunan impor India dan China.

Dari sisi pasokan, minyak sawit Malaysia diramal menyentuh angka 2,3 juta ton pada 2020. Sementara dari sisi harga CPO kontrak berjangkanya diperkirakan akan menyentuh rata-rata RM 2.704/ton pada semester pertama tahun ini.


[Gambas:Video CNBC]





TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Ekspor Malaysia Anjlok, Harga CPO Tak Lagi Perkasa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular