IHSG Terendah Sejak November 2018, Asing Keluar Rp 846 M

25 February 2020 17:06
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah pada perdagangan Selasa.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah pada perdagangan Selasa (25/2/2020) hingga menyentuh penutupan terendah sejak November 2018.

IHSG membuka perdagangan dengan melemah 0,38% di 5.784,737. Depresiasi berlanjut hingga 0,94% ke 5.752,335 yang merupakan level terlemah sejak 13 November 2018. Setelah mencapai level tersebut, IHSG perlahan bangkit hingga nyaris stagnan di 5.806,941 di akhir sesi I.

Memasuki perdagangan sesi II, kinerja IHSG belum membaik, hingga mengakhiri perdagangan di 5.787,138, melemah 0,34%.

Data BEI mencatat, nilai transaksi perdagangan hari ini sebesar Rp 5,47 triliun dengan jual bersih asing Rp 846 miliar di semua pasar (paling besar dari pasar reguler net sell Rp 794 miliar).

Wabah virus corona atau Covid-19 masih menjadi penyebab utama anjloknya IHSG, bahkan bursa saham global. Bursa saham AS (Wall Street) juga mengalami aksi jual pada perdagangan Senin kemarin.


Indeks Dow Jones anjlok lebih dari 1.000 poin atau 3,56%, menjadi penurunan harian terbesar sejak Februari 2018. Dow Jones bahkan langsung masuk ke zona merah secara year-to-date. Dua indeks lainnya juga bernasib sama, S&P 500 dan Nasdaq masing-masing anjlok 3,35% dan 3,71%.

Penyebaran wabah virus corona yang pesat diluar China menjadi penyebab aksi jual tersebut. Pelaku pasar cemas wabah corona akan menjadi pandemic.

Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis dari Johns Hopkins korban meninggal akibat virus corona sebanyak 2.699 orang, dan menjangkiti lebih dari 80.000 orang di berbagai negara.


Peningkatan pesat terjadi di Korea Selatan yang kini menjadi negara dengan jumlah kasus corona terbanyak kedua setelah China. Kemudian Italia yang menjadi negara terbanyak ketiga. Hingga saat ini, jumlah kasus di Korsel dan Italia sebanyak 893 dan 229 kasus.

Indonesia sejauh ini belum dilaporkan adanya kasus positif virus corona, tetapi tidak akan lepas dari masalah ekonomi. Sebabnya, negara-negara tujuan ekspor utama RI terdampak virus corona, dan perekonomiannya diprediksi melambat.

China negara pusat wabah corona merupakan pasar ekspor terbesar RI. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor RI ke China di bulan Januari sebesar US$ 2,1 miliar, mengalami penurunan signifikan sebesar 9,15% dari bulan Desember 2019.

Seperti di ketahui sebelumnya, virus corona mulai menyebar di China sejak pertengahan Januari lalu. Nilai ekspor ke China berkontribusi sebesar 16,69% dari total ekspor.

S&P 500 memprediksi ekonomi China akan terpangkas hingga 1,2%. Sementara itu World Bank mengatakan jika ekonomi China melambat 1% maka ekonomi RI terseret turun 0,3%.

Selain China, Jepang merupakan negara tujuan ekspor terbesar ketiga RI, dengan kontribusi sebesar 8,88% dari total ekspor, dan Singapura menjadi pasar terbesar kelima dan ke-tujuh dengan kontribusi 5,95%. Sementara Korea Selatan merupakan tujuan ekspor terbesar ke-tujuh, yang berkontribusi 3,78% dari total ekspor.

Semua negara tersebut diprediksi mengalami pelambatan ekonomi, sehingga nilai ekspor RI berisiko tergerus. Dampaknya, IHSG terus mengalami tekanan dan membukukan penurunan tiga hari beruntun dengan total 2,63%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]




(pap/tas) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular