Corona Mengancam, Hasil Lelang Jadi Penentu Harga SUN

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
25 February 2020 09:23
Kekhawatiran terhadap penyebaran dan dampak kematian dari virus corona Wuhan diprediksi akan kembali membayangi pergerakan harga SUN.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kekhawatiran terhadap penyebaran dan dampak kematian dari virus corona Wuhan diprediksi akan kembali membayangi pergerakan harga surat utang negara (SUN) pagi ini, Selasa (25/2/2020), berlanjut dari kondisi yang sempat mencekam Senin kemarin.

Maximilianus Nico Demus, Associate Director Research & Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas, menilai dengan masih adanya ancaman virus tersebut, arah pasar obligasi pemerintah hari ini akan ditentukan oleh hasil lelang rutin.

Hingga pekan lalu, lelang rutin efek utang pemerintah masih mencatatkan rekor permintaan tertinggi baru setiap kali digelar, baik obligasi konvensional maupun efek utang syariah.


"Pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariasi dengan arah pergerakan obligasi akan ditentukan oleh hasil lelang obligasi hari ini," ujar Nico dan tim dalam riset pagi ini (25/2/20).

Dalam lelang hari ini, pemerintah akan menggelar lelang surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) dengan nilai indikatif Rp 7 triliun.

Dalam lelang sukuk negara sebelumnya yaitu pada 11 Februari, nilai permintaan peserta yang masuk mencapai Rp 69,57 triliun, tertinggi sepanjang masa. Dalam lelang sebelumnya lagi, yaitu pada 28 Januari, nilai permintaan mencetak rekor juga dibanding lelang-lelang sebelumnya yaitu Rp 46,91 triliun.


Lelang obligasi konvensional dan sukuk negara diadakan rutin dengan berselang sepekan-sepekan, di mana jadwal pelaksanaannya sudah ditentukan Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu sejak awal tahun.

Pada perdagangan kemarin, virus dengan sebutan Covid-19 itu telah membuat pelaku pasar keuangan dunia getir dan menyebabkan amblasnya pasar saham di seluruh penjuru dunia kemarin. Pagi ini, telah tersebar hingga 79.571 kasus dan menjadi penyebab kematian 2.630 jiwa di seluruh dunia.

Kemarin, koreksi pasar saham di Eropa dan Wall Street di Amerika Serikat (AS) sudah menjadi penurunan terbesar setidaknya sejak awal 2018. Seiring dengan penurunan pasar saham itu, harga instrumen investasi yang dianggap lebih aman (safe haven instrument) seperti emas dan obligasi pemerintah diburu dan mengangkat harganya di pasar.

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.070 triliun SBN, atau 37,97% dari total beredar Rp 2.818 triliun berdasarkan data per 21 Februari.

Angka itu menunjukkan kepemilikan investor asing masih masuk ke pasar SUN senilai Rp 4,83 triliun sejak akhir pekan lalu, sedangkan sejak awal bulan masih defisit Rp 6,81 triliun.

Sejak awal tahun ini, posisi investor asing masih positif Rp 8,39 triliun dibanding posisi akhir Desember 2019 Rp 1.061,86 triliun, tetapi persentasenya masih turun dari 38,57% pada periode yang sama.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]




(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular