
Saham-saham BUMN Sudah Relatif Murah? Yuk Cek Faktanya
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
24 February 2020 17:22

Dari 20 perusahaan pelat merah yang melantai di bursa ada 13 perusahaan yang valuasinya lebih murah dibanding peers di industrinya. Penghitungan valuasi menggunakan rasio harga terhadap earning (P/E) maupun harga terhadap harga saham buku (P/B).
Jika menggunakan metode forward valuation multiples 5 tahun, dari 18 emiten BUMN yang dievaluasi ada 15 emiten yang bergerak di bawah nilai rata-rata forward valuation multiples dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Sampai di sini memang terlihat bahwa saham-saham BUMN tampak murah dan lagi diskon gede-gedean.
Bahkan ada saham BUMN yang menawarkan potensi return yang sangat tinggi di atas 100%. Tak hanya BUMN saja, perusahaan-perusahaan yang terafiliasi dengan BUMN sebagai entitas anak atau entitas asosiasi juga terlihat menawarkan harga dan potensi imbal hasil yang menarik.
Namun di tengah kondisi seperti sekarang ini di mana ketidakpastian global masih membayangi. Berhati-hati dalam berinvestasi adalah hal yang bijak untuk dilakukan.
Ada hal-hal lain yang juga perlu dicermati yaitu sentimen atau isu di masing-masing sektor yang berpotensi menggerus kinerja dari perusahaan pelat merah dan entitas asosiasinya.
Beberapa BUMN terlilit utang. Contoh yang paling kelihatan adalah PT Krakatau Steel (KRAS) yang tahun ini mengumumkan restrukturisasi utang senilai US$ 2 miliar dan merupakan restrukturisasi utang terbesar di Indonesia.
Program restrukturisasi utang yang melibatkan 10 bank nasional dan swasta ini diharapkan dapat menghemat biaya sebanyak US$ 685 juta dalam sembilan tahun.
Selain KRAS utang dari BUMN konstruksi juga disorot. Gencarnya pembangunan infrastruktur membuat BUMN karya ini membutuhkan dana untuk ekspansi besar-besaran yang bersumber dari utang.
Ambil contoh adalah PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dan anak usahanya yaitu PT Waskita Beton Precast (WSBP) yang mendapat outlook negatif untuk surat utangnya. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) merevisi outlook surat utang WSKT dari idA- stable menjadi negatif.
Sementara anak usahanya yaitu WSBP juga masih mendapat meraih peringkat BBB-(idn) dari BBB+(idn) untuk utang atau sukuk dari PT Fitch Rating Indonesia.
Penurunan tersebut seiring pemeringkatan serupa terhadap induk usaha perseroan yaitu WSKT. Fitch Rating menurunkan profil kredit standalone (SCP) ke BBB-(idn) dari BBB+(idn) karena leverage yang tinggi. (twg/twg)
Jika menggunakan metode forward valuation multiples 5 tahun, dari 18 emiten BUMN yang dievaluasi ada 15 emiten yang bergerak di bawah nilai rata-rata forward valuation multiples dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Sampai di sini memang terlihat bahwa saham-saham BUMN tampak murah dan lagi diskon gede-gedean.
Bahkan ada saham BUMN yang menawarkan potensi return yang sangat tinggi di atas 100%. Tak hanya BUMN saja, perusahaan-perusahaan yang terafiliasi dengan BUMN sebagai entitas anak atau entitas asosiasi juga terlihat menawarkan harga dan potensi imbal hasil yang menarik.
Namun di tengah kondisi seperti sekarang ini di mana ketidakpastian global masih membayangi. Berhati-hati dalam berinvestasi adalah hal yang bijak untuk dilakukan.
Ada hal-hal lain yang juga perlu dicermati yaitu sentimen atau isu di masing-masing sektor yang berpotensi menggerus kinerja dari perusahaan pelat merah dan entitas asosiasinya.
Beberapa BUMN terlilit utang. Contoh yang paling kelihatan adalah PT Krakatau Steel (KRAS) yang tahun ini mengumumkan restrukturisasi utang senilai US$ 2 miliar dan merupakan restrukturisasi utang terbesar di Indonesia.
Program restrukturisasi utang yang melibatkan 10 bank nasional dan swasta ini diharapkan dapat menghemat biaya sebanyak US$ 685 juta dalam sembilan tahun.
Selain KRAS utang dari BUMN konstruksi juga disorot. Gencarnya pembangunan infrastruktur membuat BUMN karya ini membutuhkan dana untuk ekspansi besar-besaran yang bersumber dari utang.
Ambil contoh adalah PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dan anak usahanya yaitu PT Waskita Beton Precast (WSBP) yang mendapat outlook negatif untuk surat utangnya. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) merevisi outlook surat utang WSKT dari idA- stable menjadi negatif.
Sementara anak usahanya yaitu WSBP juga masih mendapat meraih peringkat BBB-(idn) dari BBB+(idn) untuk utang atau sukuk dari PT Fitch Rating Indonesia.
Penurunan tersebut seiring pemeringkatan serupa terhadap induk usaha perseroan yaitu WSKT. Fitch Rating menurunkan profil kredit standalone (SCP) ke BBB-(idn) dari BBB+(idn) karena leverage yang tinggi. (twg/twg)
Next Page
Cermati Betul Sentimennnya
Pages
Most Popular