Waspada! Ada Ancaman Resesi di Balik Harga Emas yang Menggila

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
23 February 2020 12:36
Waspada! Ada Ancaman Resesi di Balik Harga Emas yang Menggila
Foto: Ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas kembali mencetak rekor tertinggi baru akhir pekan lalu ketika penyebaran virus corona Wuhan (Covid-19) dan pertumbuhan angka kematian akibat penyakit tersebut semakin meningkat.

Selain dari kekhawatiran fisik akibat virus tersebut, pelaku pasar global juga semakin pesismistis terhadap pertumbuhan ekonomi di beberapa negara utama dunia, di mana kuartal I-2020 akan menjadi periode penentuan dari resesi-tidaknya negara tersebut.

Meskipun angka pertumbuhan kasus dan kematian di China mereda, pada akhir pekan ini kasus corona di Korea Selatan justru semakin menggila dan posisinya sudah diubah menjadi darurat.

Negeri Ginseng mengalami peningkatan kasus penyebaran Covid-19 menjadi sebanyak 556 kasus, naik dari 336 kasus kemarin. Dari tingkat kematian, kemarin juga terjadi dua kematian sekaligus sehingga melipatgandakan angka mortalitas akibat virus corona menjadi 4 orang, kematian terbesar setelah China.

Sebagai pembanding, negara lain yaitu Hong Kong masih mencatatkan dua kasus kematian, Italia dua kasus, Prancis satu kasus, Jepang satu kasus, Filipina satu kasus, dan Taiwan satu kasus. Meskipun demikian, Korsel masih belum berpotensi mengalami resesi mengingat kinerja ekonomi mereka masih positif sepanjang tiga kuartal terakhir.

Akibatnya, kondisi semakin mencekamnya Korsel diantisipasi pasar yang tercermin pada naiknya harga emas dunia. Harga emas melonjak 1,48% atau US$ 23,91/troy ounce menjadi US$ 1.643/troy ounce per akhir perdagangan 21 Februari, kenaikan tertinggi sejak 22 Agustus 2019.

Kenaikan itu juga membawa harga emas spot di tingkat global mencapai rekor tertinggi sejak 11 Februari 2013, atau lebih dari 7 tahun lalu.


Tampaknya memang kuartal I-2020 ini akan menjadi krusial karena menjadi momentum penentuan (moment of truth) dari beberapa negara dan juga menjadi tenggat waktu (deadline) dari angka penyebaran virus corona. Jika penyebaran virus corona tidak berhasil diturunkan pada akhir kuartal I-2020 maka dampaknya ke perekonomian negara-negara utama dunia akan semakin besar lagi.

Beberapa negara utama dunia saat ini sedang berhitung keras, karena sedang terancam resesi pada kuartal I-2020 mengingat pertumbuhan ekonominya pada kuartal IV-2019 lalu stagnan atau bahkan negatif. Meskipun pedih, tetapi tampaknya sebagian besar dari negara-negara tersebut harus menerima kenyataan bahwa resesi akan segera mereka alami.

Resesi dapat dinyatakan dengan adanya kontraksi (negatifnya) pertumbuhan ekonomi (PDB) pada dua kuartal berturut-turut. Di beberapa negara, resesi sudah terjadi dan sedang berusaha melepaskan diri dari jeratnya. Berikut daftarnya:


Hong Kong
Tiga kuartal sudah Hong Kong mengalami kontraksi pertumbuhan PDB, masing-masing pada -0,4%, -3%, dan -0,4% pada kuartal II, III, dan IV 2019. Karena masih terjebak pada resesi, maka pertumbuhan ekonomi setiap kuartal yang positif akan menjadi harapan bagi negara pulau tersebut.


Inggris Raya
Data pertumbuhan PDB terakhir menunjukkan negara itu mengalami stagnansi pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2019 dengan tingkat pertumbuhan 0%, alias tidak tumbuh ke mana-mana.

Pada kuartal III-2019, nilai pertumbuhan ekonominya sebesar 0,5% menyelamatkan Negeri Asap Hitam tersebut dari resesi karena pertumbuhan ekonomi negara itu pada kuartal II-2019 sudah negatif -0,1%. Pada kuartal I-2020 ini, Inggris Raya harus sekuat tenaga mengangkat nilai pertumbuhan ekonominya agar tidak 0% atau bahkan negatif, karena jika tidak maka mereka akan resmi masuk jurang resesi.



Jerman
Negara dengan nilai ekonomi terbesar Eropa tersebut juga memiliki tren yang sama dengan Inggris Raya. Dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2019 pada 0%, maka negeri Panser harus mampu mendorong pertumbuhan ekonominya lebih baik lagi pada kuartal I-2020 dan mengatasi potensi perlambatan akibat virus corona Wuhan yang masih mengancam.


Italia
Pada kuartal IV-2019, ekonomi Negeri Spaghetti terkontraksi -0,3%. Dengan adanya kasus kematian di negara tersebut akibat virus corona, beberapa agenda pemerintahan dan olahraga negara tersebut ditunda sehingga semakin memengaruhi aktivitas ekonomi negara tersebut.


Argentina
Pertumbuhan ekonomi Argentina sepanjang kuartal I 2018-kuartal II-2019 mengkhawatirkan karena 0% dan bahkan lebih banyak yang negatif. Meskipun pada kuartal III-2019 sempat positif hingga 0,9%, pertumbuhan ekonomi Negeri Tango akan diuji pada kuartal IV-2019 dan pada kuartal I-2020.


Meksiko
Terbilang sejak kuartal IV-2018, pertumbuhan ekonomi Meksiko belum mampu dibukukan positif. Pada dua kuartal terakhir, angka pertumbuhan ekonominya juga hanya 0%. Kuartal I-2020 ini mereka akan perlu bekerja keras agar pertumbuhan ekonomi mereka terangkat lagi.



 


TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular