Top! IHSG Cetak Penguatan Saat Bursa Utama Asia Berguguran

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 February 2020 13:35
Top! IHSG Cetak Penguatan Saat Bursa Utama Asia Berguguran
Foto: Ilustrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indoesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak penguatan di pekan ini, di saat bursa utama Asia berguguran. Dalam lima hari perdagangan, IHSG mampu mencatat penguatan 4 hari beruntun sebelum terkoreksi tajam Jumat kemarin.

Dalam 4 hari tersebut, IHSG mencetak penguatan 1,28%, sebelum merosot 1,01% Jumat kemarin dan mengakhiri perdagangan di level 5.882,225. Total dalam sepekan IHSG mampu menguat 0,27%.

Kenaikan tersebut masih cukup bagus melihat kinerja utama bursa utama Asia. Indeks Nikkei Jepang misalnya yang merosot 1,82%m indeks Kospi Korea Selatan bahkan anjlok 3,6%. Hanya indeks Shanghai Composite yang melesat lebih dari 4%.



Wabah virus corona yang melanda China dan negara lainnya masih menjadi fokus utama pelaku pasar.

Berdasarkan data dari ArcGis dari Johns Hopkins CSSE hingga saat ini Covid-19 sudah menewaskan 2.360 orang dan menjangkiti 77.661 orang di berbagai negara. Dari angka tersebut, sebanyak 13 korban meninggal di luar China yang merupakan pusat wabah Covid-19.

Wabah tersebut diprediksi akan memangkas pertumbuhan ekonomi China dan turut menyeret negara-negara lainnya, bahkan perekonomian global.
Hasil riset S&P memprediksi produk domestic bruto (PDB) Negeri Tiongkok akan terpangkas hingga 1,2%.

Kemudian, Reuters melakukan jajak pendapat terhadap 40 ekonom yang hasilnya pertumbuhan ekonomi China kuartal I-2019 diperkirakan sebesar 4,5%. Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 6%. Untuk pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020, proyeksinya adalah 5,5%. Juga jauh melambat dibandingkan realisasi 2019 yang sebesar 6,1%.

Jika ekonomi China diprediksi melambat, beberapa negara malah berisiko mengalami resesi. Singapura, Jerman, dan Jepang sudah ketar-ketir.



Pemerintah Singapura di awal pekan ini memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini. Mengutip Reuters, Singapura memprediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2020 ada di kisaran -0,5%-1,5%. Padahal sebelumnya, pemerintah memproyeksikan, pertumbuhan di kisaran 0,5%-2,5%.

Setelah Singapura, Jerman juga sudah waspada. Pertumbuhan ekonomi Negeri Panser di kuartal IV-2019 stagnan alias tidak tumbuh dari kuartal sebelumnya. Pada tahun lalu, Jerman sudah nyaris mengalami resesi akibat perang dagang AS dengan China.

Selanjutnya Jepang, negara dengan nilai ekonomi terbesar ketiga di dunia, yang sudah dekat dengan resesi. Perekonomian Jepang berkontraksi tajam di kuartal IV-2019, bahkan menjadi yang terdalam sejak 6 tahun terakhir. Data dari Cabinet Office menunjukkan produk domestic bruto (PBD) kuartal IV-2019 berkontraksi 1,6% quarter-on-quarter (QoQ), menjadi yang terdalam sejak kuartal II-2014.

Akibat risiko-risiko tersebut indeks Nikkei Jepang, Strait Times Singapura, dan bursa utama lainnya anjlok di pekan ini. Sementara Shanghai Composite mampu melesat naik berkat stimulus moneter dari bank sentral China.
Di awal pekan ini, bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) sekali lagi bertindak guna meredam dampak wabah virus corona ke perekonomian.

Di awal pekan ini PBoC menurunkan suku bunga Medium-term Lending Facility (MLF) tenor setahun dari 3,25% menjadi 3,15%. Selain itu PBoC juga akan menggelontorkan dana senilai US$ 29 miliar dalam bentuk pinjaman jangka menengah.

Kamis lalu giliran LPR yang diturunkan, tenor setahun menjadi 4,05% dari 4,15%, dan tenor lima tahun turun 4,75% menjadi 4,8%. 

Bukan di pekan ini saja China bertindak, di awal bulan lalu PBoC sudah menurunkan suku bunga reverse repo tenor 7 hari i menjadi 2,4%, sementara tenor 14 hari diturunkan menjadi 2,55%. Selain itu PBoC menyuntikkan likuiditas senilai 1,7 triliun yuan (US$ 242,74 miliar) melalui operasi pasar terbuka.




Sementara itu dari dalam negeri, setelah melakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG) selama dua hari, BI memutuskan memangkas suku bunga 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Februari 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,50%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (20/2/2020).



Dengan pemangkasan suku bunga tersebut, diharapkan roda perekonomian dalam negeri lebih terpacu untuk meredam efek pelambatan ekonomi China.
Akibat pelambatan tersebut, BI juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetapi masih optimis di atas 5%.

Untuk tahun ini, BI menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi 5%-5,4% dari sebelumnya 5,1%-5,5%. Sementara untuk tahun 2021, pertumbuhan ekonomi diprediksi lebih tinggi 5,2%-5,6%.

Gubernur Perry juga optimistis perekonomian dunia akan segera pulih dari dampak virus corona yang disebut bersifat V-Shape, artinya pelambatan ekonomi terjadi dengan cepat, tetapi pemulihan juga memakan waktu tidak lama.

Stimulus moneter dari PBoC dan BI tersebut membuat IHSG menguat selama 4 hari beruntun, sebelum akhirnya diterpa aksi profit taking Jumat kemarin.


TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular