
Sepekan Meroket 3,7%, Emas Dunia Siap Cetak Rekor Tertinggi?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 February 2020 13:12

Penguatan emas dunia di pekan ini juga terjadi saat dolar AS sedang perkasa. Indeks dolar di pekan ini menyentuh level tertinggi sejak Mei 2017.
Ketika dolar AS menguat, harga emas yang dibanderol dengan mata yang Paman Sam tersebut akan menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, permintaan berisiko menurun.
Fakta emas terus melaju naik saat dolar AS perkasa bisa menunjukkan aksi beli yang cukup besar. Hal tersebut tercermin dari jumlah kempemilikan aset di SPDR Gold Trust, ETF berbasis emas terbesar di dunia, sebesar 0,25% 933,93 ton, yang menjadi level tertinggi sejak November 2016.
Harga emas dunia saat ini memang masih cukup jauh dari rekor tertinggi sepanjang masa US$ 1.920,30/troy ons yang disentuh pada 6 September 2011. Itu artinya, emas sudah lebih dari 8 tahun belum lagi memecahkan rekor tertinggi.
Waktu tersebut sudah cukup lama, misalnya jika dibandingkan dengan rekor tertinggi yang dicetak Wall Street. Indeks S&P 500 misalnya, waktu paling lama memecahkan rekor tertinggi kurang dari 8 tahun, dari bulan Februari tahun 2000 dan baru pecah rekor lagi pada Oktober 2007. Setelahya kurang dari 6 tahun S&P pecah rekor lagi, yakni pada April 2013. Sejak saat itu, S&P 500 membutuhkan waktu kurang dari 1 tahun untuk mencetak rekor tertinggi, hingga saat ini.
Indeks Dow Jones bahkan lebih singkat lagi dari rekor di bulan Januari 2007, dipecahkan kembali pada Oktober 2006. Tetapi Nasdaq membutuhkan waktu yang cukup lama. Indeks sektor teknologi ini membukukan rekor tertinggi pada Maret 2000, sebelum mengalami crash dari dot-com bubble. Nasdaq baru bisa memecahkan rekor tertinggi pada Juli 2015, alias lebih dari 15 tahun.
Harga emas dunia diprediksi naik dua digit persentase di tahun ini, bahkan tidak menutup kemungkinan memecahkan rekor tertinggi.
Dalam survei tahunan LBMA yang dirilis 3 Februari lalu, hasil survei terhadap 30 analis menunjukkan rata-rata harga emas di tahun ini diprediksi di level US$ 1.558,8/troy ons, naik 11,9% dibandingkan rata-rata actual tahun 2019 sebesar US$ 1.392,6/troy ons.
James Stell analis dari HSBC, yang disuervei London Bullion Market Association (LBMA) memprediksi rata-rata harga emas berada di US$ 1.613/troy ons, dengan level terendah di US$ 1.475 dan tertinggi di US$ 1.705/troy ons. Harry Tchilinguirian dari BNP Paribas memprediksi rata-rata emas di level US$ 1.520/troy ons, dengan level terendah US$ 1.425 dan tertinggi US$ 1.680/troy ons.
Sementara itu Ross Norman mantan CEO Sharps Pixely, salah satu broker emas terbesar di London, menjadi yang paling bullish dalam survei tersebut. Norman memprediksi harga emas dunia bisa mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.080/troy ons di tahun ini, dengan level terendah di US$ 1.520/troy ons. Rata-rata harga emas di tahun ini diramal di level US$ 1.755/troy ons.
Untuk diketahui, Ross Norman pada tahun lalu menjadi pemenangan survei harga palladium. Rata-rata prediksi harga palladium yang ia berikan di tahun 2019 menjadi yang paling mendekati rata-rata aktual, dibandingkan dengan analis lainnya.
Kemudian pemenang survei harga emas tahun lalu, Rene Hochreiter dari Noah Capital Markets/Sieberana Research memprediksi rata-rata harga emas di tahun ini di level US$ 1.670/troy ons, dengan level terendah US$ 1.550 dan tertinggi di US$ 1.720/troy ons.
Dalam survei tersebut, LBMA melihat ada tiga faktor utama yang menggerakkan harga emas di tahun ini. Pertama, tensi ekonomi dan geopolitik, misalnya perang dagang, Brexit, dan Pemilu AS. Faktor ini diprediksi memberikan pengaruh sebesar 38% terhadap harga emas dunia.
Kedua, dengan pengaruh 35% adalah kebijakan moneter bank sentral dunia, khususnya bank sentral AS. Ketiga, adalah permintaan dari China dan India yang akan mempengaruhi pergerakan emas sebesar 15%. 12% sisanya dipengaruhi faktor-faktor lainnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/dru)
Ketika dolar AS menguat, harga emas yang dibanderol dengan mata yang Paman Sam tersebut akan menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, permintaan berisiko menurun.
Fakta emas terus melaju naik saat dolar AS perkasa bisa menunjukkan aksi beli yang cukup besar. Hal tersebut tercermin dari jumlah kempemilikan aset di SPDR Gold Trust, ETF berbasis emas terbesar di dunia, sebesar 0,25% 933,93 ton, yang menjadi level tertinggi sejak November 2016.
Harga emas dunia saat ini memang masih cukup jauh dari rekor tertinggi sepanjang masa US$ 1.920,30/troy ons yang disentuh pada 6 September 2011. Itu artinya, emas sudah lebih dari 8 tahun belum lagi memecahkan rekor tertinggi.
Indeks Dow Jones bahkan lebih singkat lagi dari rekor di bulan Januari 2007, dipecahkan kembali pada Oktober 2006. Tetapi Nasdaq membutuhkan waktu yang cukup lama. Indeks sektor teknologi ini membukukan rekor tertinggi pada Maret 2000, sebelum mengalami crash dari dot-com bubble. Nasdaq baru bisa memecahkan rekor tertinggi pada Juli 2015, alias lebih dari 15 tahun.
Harga emas dunia diprediksi naik dua digit persentase di tahun ini, bahkan tidak menutup kemungkinan memecahkan rekor tertinggi.
Dalam survei tahunan LBMA yang dirilis 3 Februari lalu, hasil survei terhadap 30 analis menunjukkan rata-rata harga emas di tahun ini diprediksi di level US$ 1.558,8/troy ons, naik 11,9% dibandingkan rata-rata actual tahun 2019 sebesar US$ 1.392,6/troy ons.
James Stell analis dari HSBC, yang disuervei London Bullion Market Association (LBMA) memprediksi rata-rata harga emas berada di US$ 1.613/troy ons, dengan level terendah di US$ 1.475 dan tertinggi di US$ 1.705/troy ons. Harry Tchilinguirian dari BNP Paribas memprediksi rata-rata emas di level US$ 1.520/troy ons, dengan level terendah US$ 1.425 dan tertinggi US$ 1.680/troy ons.
Sementara itu Ross Norman mantan CEO Sharps Pixely, salah satu broker emas terbesar di London, menjadi yang paling bullish dalam survei tersebut. Norman memprediksi harga emas dunia bisa mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.080/troy ons di tahun ini, dengan level terendah di US$ 1.520/troy ons. Rata-rata harga emas di tahun ini diramal di level US$ 1.755/troy ons.
Untuk diketahui, Ross Norman pada tahun lalu menjadi pemenangan survei harga palladium. Rata-rata prediksi harga palladium yang ia berikan di tahun 2019 menjadi yang paling mendekati rata-rata aktual, dibandingkan dengan analis lainnya.
Kemudian pemenang survei harga emas tahun lalu, Rene Hochreiter dari Noah Capital Markets/Sieberana Research memprediksi rata-rata harga emas di tahun ini di level US$ 1.670/troy ons, dengan level terendah US$ 1.550 dan tertinggi di US$ 1.720/troy ons.
Dalam survei tersebut, LBMA melihat ada tiga faktor utama yang menggerakkan harga emas di tahun ini. Pertama, tensi ekonomi dan geopolitik, misalnya perang dagang, Brexit, dan Pemilu AS. Faktor ini diprediksi memberikan pengaruh sebesar 38% terhadap harga emas dunia.
Kedua, dengan pengaruh 35% adalah kebijakan moneter bank sentral dunia, khususnya bank sentral AS. Ketiga, adalah permintaan dari China dan India yang akan mempengaruhi pergerakan emas sebesar 15%. 12% sisanya dipengaruhi faktor-faktor lainnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/dru)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular