Dipimpin Eks Deputi BUMN, Begini Strategi Bisnis Barata

Monica Wareza, CNBC Indonesia
21 February 2020 16:51
Manajemen PT Barata Indonesia (Persero) menyebutkan saat ini daya serap dalam negeri untuk barang manufaktur rendah.
Foto: Eks Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno yang kini jadi Dirut Barata (CNBC Indonesia/Anastasia Arvirianty)

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Barata Indonesia (Persero) menyebutkan saat ini daya serap dalam negeri untuk barang manufaktur, terutama yang diproduksi oleh perusahaan masih rendah sehingga perusahaan terpaksa mencari pasar ekspor untuk menggenjot kinerja.

Padahal, tingkat impor untuk barang-barang manufaktur juga tinggi sehingga menyebabkan beratnya neraca perdagangan.

Direktur Utama Barata Indonesia Fajar Harry Sampurno mengatakan hal ini berdampak pada penurunan kinerja industri manufaktur selama 20 tahun terakhir dan menyisakan kontribusi sektor ini hanya tinggal 19% dari sebelumnya 13%.

Untuk itu dia mengharapkan adanya dorongan pemerintah untuk meningkatkan substitusi impor untuk industri manufaktur.


"Harapannya ada substitusi impor, gak harus diproduksi di Barata tapi yang penting dibikinnya di Indonesia, made in Indonesia," kata Fajar di kantor Kementerian BUMN, Jumat (21/2/2020).

Dia menjelaskan, untuk Barata hingga saat ini untuk turbin yang diproduksi Barata saja 90%-nya dipasarkan ke luar negeri seperti Korea, Filipina, Australia dan Amerika. Selain itu juga diekspor ke Taiwan, Sudan, UEA dan Arab Saudi.

Sementara itu, untuk bogie (komponen kereta) yang diproduksi Barata hanya diserap oleh PT INKA (Persero) sebesar 20%. Sisanya dipasarkan ke Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko.


Dari sisi kinerja, perusahaan menargetkan tahun ini peningkatan penjualan sebesar 50% dibandingkan dengan tahun lalu yang senilai Rp 2,2 triliun. Sementara untuk laba, perusahaan menargetkan ada peningkatan dua kali lipat dibanding tahun lalu menjadi Rp 142 miliar dari sebelumnya di akhir Desember 2019 yang sebesar Rp 71 miliar.

Upaya yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kinerja keuangannya ini ialah dengan meningkatkan ekspor ke beberapa negara yang saat ini sedang dibidik perusahaan, seperti Kongo dan Tanzania. Selain itu, perusahaan juga akan melakukan efisiensi produksi.


Fajar baru beberapa bulan memegang kendali Barata. Sebelumnya Fajar digeser Menteri BUMN Erick Thohir dari posisi sebelumnya Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media. Fajar menggantikan dirut Barata yang sebelumnya dijabat Oksarlidady Arifin. Sebelumnya lagi perusahaan ini dipimpin Silmy Karim yang kemudian ditunjuk Menteri BUMN sebagai Dirut PT Krakatau Steel Tbk (KRAS).

Adapun Barata merupakan BUMN yang bergerak di bidang pengecoran,
manufacturing dan EPC (Engineering, Procurement, Construction). 

[Gambas:Video CNBC]




(tas/tas) Next Article Erick Thohir Tunjuk Fajar Harry Jadi Dirut Barata Indonesia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular