
Dilanda Profit Taking, IHSG Sesi I Melemah
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 February 2020 12:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah di perdagangan sesi I hari Jumat (21/2/2020) setelah membukukan penguatan empat hari beruntun. Kurangnya sentimen positif di pasar hari ini membuat IHSG diterpa aksi ambil untung (profit taking) setelah menguat 1,28% sepanjang pekan ini.
IHSG membuka perdagangan dengan melemah tipis 0,03% di 5.940,785, seiring berjalannya waktu depresiasi bertambah hingga 0,59% ke 5.907,271 di akhir sesi I.
Dalam empat hari terakhir, IHSG terus menguat terbantu oleh gelontoran stimulus moneter oleh bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) untuk meredam dampak wabah virus corona ke perekonomian.
Kamis kemarin stimulus moneter dari China serta pemangkasan suku bunga oleh BI masih akan menjadi sentimen positif, dan masih akan berpengaruh pada hari ini. Seperti yang telah disebutkan di halaman pertama, PBoC sudah tiga kali memangkas suku bunga di bulan ini. Di awal bulan, PBoC menurunkan suku bunga suku bunga reverse repo tenor 7 hari menjadi 2,4%, sementara tenor 14 hari diturunkan menjadi 2,55%.
Kemudian di awal pekan ini PBoC juga menurunkan suku bunga MLF tenor setahun menjadi 3,15% dari 3,25%. Kamis kemarin giliran LPR yang diturunkan, tenor setahun menjadi 4,05% dari 4,15%, dan tenor lima tahun turun 4,75% menjadi 4,8%.
Belum lagi suntikan dana jumbo dalam bentuk operasi pasar guna menambah likuiditas. Semua itu dilakukan untuk meminimalisir dampak Covid-19 ke perekonomian. Semua upaya China tersebut disambut baik oleh pelaku pasar dan mulai masuk ke aset-aset berisiko. Meski demikian, masih ada sikap hati-hati sehingga penguatan bursa belum merata.
Sementara itu dari dalam negeri, setelah melakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG) selama dua hari, BI memutuskan memangkas suku bunga 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Februari 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,50%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (20/2/2020).
Dengan pemangkasan suku bunga tersebut, diharapkan roda perekonomian dalam negeri lebih terpacu untuk meredam efek pelambatan ekonomi China.
Sayangnya sentimen positif dari stimulus PBoC dan BI belum bisa berlanjut di sesi I. Kenaikan lebih dari 1% menggoda para investor untuk mencairkan cuan. Apalagi bursa saham AS (Wall Street) sempat mengalami aksi jual "misterius" pada perdagangan Kamis yang mengirim sinyal negatif ke pasar Asia pagi ini.
CNBC International mewartakan hanya dalam waktu dua menit, indeks Dow Jones yang sebelumnya melemah 188 poin tiba-tiba menjadi turun 388 poin. Dow Jones pada akhirnya mampu rebound dan menutup perdagangan dengan melemah 128 poin atau 0,4% di level 29.219,98.
Trader dilaporkan tidak mengetahui katalis apa yang menyebabkan Dow Jones anjlok secara tiba-tiba. Tetapi beberapa analis melihat penurunan tersebut terjadi akibat faktor teknikal dan naiknya sentimen alih risiko akibat kecemasan akan pelambatan ekonomi global yang dipicu oleh wabah virus corona.
Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis dari Johns Hopkins CSSE, hingga saat ini virus corona telah memakan korban meninggal sebanyak 2.247 orang, dan menjangkiti lebih dari 76.000 orang di berbagai negara.
Wabah virus corona yang berpusat di kota Wuhan China diprediksi akan memangkas pertumbuhan ekonomi Negeri Tiongkok sebesar 1,2% oleh S&P. Sementara Reuters melakukan jajak pendapat terhadap 40 ekonom yang hasilnya pertumbuhan ekonomi China kuartal I-2019 diperkirakan sebesar 4,5%. Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 6%. Untuk pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020, proyeksinya adalah 5,5%. Juga jauh melambat dibandingkan realisasi 2019 yang sebesar 6,1%.
Akibat pelambatan tersebut, BI juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetapi masih optimis di atas 5%.
Untuk tahun ini, BI menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi 5%-5,4% dari sebelumnya 5,1%-5,5%. Sementara untuk tahun 2021, pertumbuhan ekonomi diprediksi lebih tinggi 5,2%-5,6%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Tunggui BI, IHSG Menguat Tipis di Perdagangan sesi I
IHSG membuka perdagangan dengan melemah tipis 0,03% di 5.940,785, seiring berjalannya waktu depresiasi bertambah hingga 0,59% ke 5.907,271 di akhir sesi I.
Dalam empat hari terakhir, IHSG terus menguat terbantu oleh gelontoran stimulus moneter oleh bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) untuk meredam dampak wabah virus corona ke perekonomian.
Kemudian di awal pekan ini PBoC juga menurunkan suku bunga MLF tenor setahun menjadi 3,15% dari 3,25%. Kamis kemarin giliran LPR yang diturunkan, tenor setahun menjadi 4,05% dari 4,15%, dan tenor lima tahun turun 4,75% menjadi 4,8%.
Belum lagi suntikan dana jumbo dalam bentuk operasi pasar guna menambah likuiditas. Semua itu dilakukan untuk meminimalisir dampak Covid-19 ke perekonomian. Semua upaya China tersebut disambut baik oleh pelaku pasar dan mulai masuk ke aset-aset berisiko. Meski demikian, masih ada sikap hati-hati sehingga penguatan bursa belum merata.
Sementara itu dari dalam negeri, setelah melakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG) selama dua hari, BI memutuskan memangkas suku bunga 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Februari 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,50%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (20/2/2020).
Dengan pemangkasan suku bunga tersebut, diharapkan roda perekonomian dalam negeri lebih terpacu untuk meredam efek pelambatan ekonomi China.
Sayangnya sentimen positif dari stimulus PBoC dan BI belum bisa berlanjut di sesi I. Kenaikan lebih dari 1% menggoda para investor untuk mencairkan cuan. Apalagi bursa saham AS (Wall Street) sempat mengalami aksi jual "misterius" pada perdagangan Kamis yang mengirim sinyal negatif ke pasar Asia pagi ini.
CNBC International mewartakan hanya dalam waktu dua menit, indeks Dow Jones yang sebelumnya melemah 188 poin tiba-tiba menjadi turun 388 poin. Dow Jones pada akhirnya mampu rebound dan menutup perdagangan dengan melemah 128 poin atau 0,4% di level 29.219,98.
Trader dilaporkan tidak mengetahui katalis apa yang menyebabkan Dow Jones anjlok secara tiba-tiba. Tetapi beberapa analis melihat penurunan tersebut terjadi akibat faktor teknikal dan naiknya sentimen alih risiko akibat kecemasan akan pelambatan ekonomi global yang dipicu oleh wabah virus corona.
Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis dari Johns Hopkins CSSE, hingga saat ini virus corona telah memakan korban meninggal sebanyak 2.247 orang, dan menjangkiti lebih dari 76.000 orang di berbagai negara.
Wabah virus corona yang berpusat di kota Wuhan China diprediksi akan memangkas pertumbuhan ekonomi Negeri Tiongkok sebesar 1,2% oleh S&P. Sementara Reuters melakukan jajak pendapat terhadap 40 ekonom yang hasilnya pertumbuhan ekonomi China kuartal I-2019 diperkirakan sebesar 4,5%. Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 6%. Untuk pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020, proyeksinya adalah 5,5%. Juga jauh melambat dibandingkan realisasi 2019 yang sebesar 6,1%.
Akibat pelambatan tersebut, BI juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetapi masih optimis di atas 5%.
Untuk tahun ini, BI menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi 5%-5,4% dari sebelumnya 5,1%-5,5%. Sementara untuk tahun 2021, pertumbuhan ekonomi diprediksi lebih tinggi 5,2%-5,6%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Tunggui BI, IHSG Menguat Tipis di Perdagangan sesi I
Most Popular