Dolar Ngamuk, Corona, Resesi, Rupiah Bisa Apa...?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 February 2020 10:06
Dolar AS Jadi Safe Haven Baru
Ilustrasi Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Setidaknya ada dua alasan yang membuat rupiah dkk di Asia melemah. Pertama, dolar AS memang sedang perkasa.

Pada pukul 09:25 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,03%. Dalam sebulan terakhir, indeks ini melesat 2,37% dan secara year-to-date (YtD) meroket 3,58%.

Keperkasaan dolar AS datang dari pernyataan Wakil Ketua The Federal Reserve/The Fed (bank sentral AS) Richard Clarida. Dalam wawancara dengan CNBC International, Clarida menegaskan fundamental ekonomi Negeri Adidaya masih kuat.

"Pertumbuhan ekonomi terus berlangsung, pasar tenaga kerja berada di posisi terbaik dalam 50 tahun, harga-harga stabil tercermin dari inflasi yang semakin mendekati target kami. Ini adalah gambaran yang baik," kata Clarida.


Pembacaan awal indeks manufaktur versi The Fed Philadelphia periode Februari 2020 menunjukkan angka 36,7. Melonjak dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 17 dan menjadi yang tertinggi sejak Februari 2017.

Data ekonomi AS yang terus positif membuat pelaku pasar memperkirakan The Fed tidak akan menurunkan suku bunga acuan, setidaknya dalam waktu dekat. Mengutip CME FedWatch, peluang Federal Funds Rate bertahan di 1,5-1,75% dalam rapat The Fed 18 Maret mencapai 94,5%.

Tanpa penurunan suku bunga acuan seperti di negara-negara lain, berinvestasi di dolar AS masih menarik. Ini membuat permintaan terhadap mata uang Negeri Paman Sam melonjak.

Bahkan ada pameo dolar AS kini menjadi aset aman (safe haven) yang lebih manjur ketimbang yen Jepang. Maklum, Jepang sendiri sedang dalam ancaman resesi gara-gara virus Corona. "Kasus-kasus baru virus Corona di Jepang membuat yen kurang menarik sebagai safe haven," ujar David Bloom, Global Head FX di HSBC, seperti diberitakan Reuters.



(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular