Investasi Rp 5,2 T, BCA Siap Bikin 20 Cabang Berkonsep Baru

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
20 February 2020 17:41
Capex BCA tahun ini untuk investasi cabang Rp 5,2 triliun.
Foto: Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja (REUTERS/Willy Kurniawan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menegaskan akan menyiapkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 5,2 triliun untuk pengembangan digital dalam hal penambahan 20 cabang baru berkonsep "BCA Express". 

"[Invetasi digital] kita masukan untuk ATM. Kita siapkan capex Rp 5,2 triliun, ada 20 cabang baru, modelnya akan lebih slim. BCA Express," kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiatmadja, dalam konferensi pers kinerja 2019, di Jakarta, Kamis (20/2/2020).

Selain itu, perseroan juga mencadangkan sekitar Rp 2-3 triliun pencadangan untuk kebutuhan anak perusahaan. "Tidak spesifik si A si B [anak usaha] dapat berapa, kalau ada bagus dan berkembang akan kita penuhi," kata Jahja.


Dia menjelaskan terjadi penurunan NPL (kredit bermasalah) dari 1,4% menjadi 1,3% pada Desember 2019. "Memang NPL ada beberapa korporasi yang terkena, BCA kena sedikit pencadangan kita fully reserved. Dibanding NPL tahun sebelumnya turun dari 1,4 ke 1,3%. Situasi yang seperti ini gak mungkin kita prediksi."

Dalam kesempatan tersebut, Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim menambahkan terkait dengan implementasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) baru yaitu, PSAK 71, 72, dan 73.

Salah satu implementasi PSAK 71 adalah mengenai pemenuhan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) bagi perbankan.

"Kita sampaikan CKPN tambahan di bawah Rp 6 triliun, setengahnya CKPN untuk fasilitas yang belum digunakan. Yang baru fasilitas belum ditarik, kredit belum dicairkan, setengah dari tambahan tadi dialokasikan ke fasilitas yang belum ditarik. Kredit sebenarnya kecil CKPN-nya. Kuartal, ada tambahan biaya, pendapatan operasional yang penting."


BCA melaporkan kinerja laba bersih sepanjang tahun 2019. Hasilnya, laba bersih bank milik Grup Djarum ini tumbuh 10,5% menjadi Rp 28,6 triliun dari tahun sebelumnya Rp 25,9 triliun.

Manajemen mengungkapkan kinerja usaha BCA tetap solid di tengah konsumsi domestik yang moderat dan ketidakpastian global yang masih berlanjut.

Manajemen BCA menegaskan pihaknya mampu mempertahankan keuntungan bisnisnya dalam perbankan transaksi dan penyaluran kredit sehingga dana giro dan tabungan (CASA) dapat tumbuh 9,9% mencapai Rp 532,0 triliun dan total kredit meningkat 9,5% menjadi Rp 603,7 triliun.

"BCA berhasil mencatat pertumbuhan kinerja yang baik di tahun 2019 dengan kenaikan laba sebelum provisi dan pajak penghasilan (PPOP) sebesar 15,%% ditopang oleh pertumbuhan laba operasional sebesar 13,6%," kata Jahja.


Pertumbuhan kredit terutama didukung segmen bisnis termasuk kredit korporasi yang tumbuh 11,1% menjadi Rp 236,9 triliun dan peningkatan kredit komersial dan SME sebesar 12% menjadi Rp 202,9 triliun pada Desember.

Sementara kredit konsumer tumbuh 4,3% menjadi Rp 158,3 triliun, di mana segmen KPR tumbuh 6,5% menjadi 93,7 triliun, KKB (kredit kendaraan bermotor) turun 1,1% menjadi Rp 47,6 triliun dan outstanding kartu kredit tumbuh 9,4% menjadi Rp 14,1 triliun.

Pada periode yang sama pembiayaan syariah tumbuh 15,2% menjadi Rp 5,6 triliun. "Pertumbuhan kredit BCA yang berkelanjutan dapat tercapai berkat kualitas yang terjaga melalui penerapan prinsip kehati-hatian, NPL tercatat 1,3% pada Desember dari 1,4% pada tahun sebelumnya" kata Jahja.

Sebagai perbandingan, pada 2018, BBCA mencatat laba bersih hingga Rp 25,9 triliun atau naik 10,9% dibandingkan 2017 lalu yang sebesar Rp 23,3 triliun.

[Gambas:Video CNBC]


(tas/tas) Next Article BCA Cetak Laba Rp 48 T, Sahamnya Malah Ambles 1,84%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular