
Dampak Virus Corona, Bos BCA Pantau Sektor Tekstil & Garmen
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
20 February 2020 17:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan dampak mewabahnya virus corona (Covid-19) belum dapat diinventarisir sepenuhnya.
Dia menegaskan pihaknya yakin perusahaan-perusahaan di Tanah Air mempunyai skema penahan atau buffer stock dalam menghadapi momen paling dekat yakni Lebaran Idul Fitri sehingga diprediksi tidak segera berdampak pada kuartal I-2020.
Hanya saja, ada industri tertentu memang belum langsung terpengaruh, tetapi menjadi perhatian perbankan nasional dengan catatan hingga Maret 2020 wabah ini belum pulih.
"Secara nasional, menurut saya belum terlalu langsung pengaruh. Tapi, yang kita harus amati kalau corona sampai Maret belum ada kepastian dan banyak perusahaan China tutup belum melakukan bisnis, ini kita khawatir akan terjadi shortage. Beberapa contoh menarik, tekstil garmen, secara umum positif, demand tidak bisa ekspor, garmen kita punya hal yang positif," kata Jahja, saat paparan publik kinerja BCA 2019, di Jakarta, Kamis (20/2/2020).
Dia mengatakan dampak virus corona sudah terjadi di China, sebagaimana virus SARS yang terjadi pada 2005 juga berdampak ke Asia.
"Yang beda sosmed tidak semarak sekarang, [bedanya dengan SARS 2005] pengaruh China saat itu tidak sedominan saat ini. Saya tanyakan ke beberapa pengusaha, kesan utama, bahwa peran China ternyata cukup besar, bukan hanya ke Indonesia, tapi ke India, Eropa AS," jelas Jahja.
"Yang terjadi banyak pabrik di Eropa relokasi ke China, banyak juga bahan baku bahan dasar mereka, harganya lebih murah. Ini menyebabkan dependency kepada China cukup besar. Pertanyaannya berapa lama virus corona akan dikatakan aman, lalu China bisa normal production."
Sebagai informasi, angka kematian karena virus corona di China terus bertambah. Kamis pagi (20/2), mengutip AFP, pemerintah Provinsi Hubei yang menjadi pusat penyebaran virus, kembali melaporkan 108 kematian baru.
Alhasil, per Kamis pagi, angka kematian karena corona di negeri Panda sudah naik menjadi 2.112. Jika ditambah dengan kematian di luar China yang berjumlah 6 orang, maka total kematian secara global adalah 2.118 orang.
"Kebanyakan mereka yang meninggal berada di ibu kota Wuhan," tulis media tersebut mengutip update harian otoritas kesehatan provinsi. Wuhan adalah pusat penyebaran corona.
Otoritas Hubei juga mengumumkan adanya 615 kasus baru. Mayoritas di Wuhan dan 13 lainnya di kota lain di dalam provinsi Hubei.
Meski demikian, pemerintah mengklaim angka kasus terus menurun. Sebelumnya di Rabu, ada 1.693 kasus baru di provinsi China Tengah itu. Saat ini ada 74.500 orang terinfeksi corona di seluruh dunia. Corona menyebar di 27 negara.
(tas/tas) Next Article Sikap Bos BCA Setelah Bank Dibobol Tukang Becak Rp 345 Juta
Dia menegaskan pihaknya yakin perusahaan-perusahaan di Tanah Air mempunyai skema penahan atau buffer stock dalam menghadapi momen paling dekat yakni Lebaran Idul Fitri sehingga diprediksi tidak segera berdampak pada kuartal I-2020.
Hanya saja, ada industri tertentu memang belum langsung terpengaruh, tetapi menjadi perhatian perbankan nasional dengan catatan hingga Maret 2020 wabah ini belum pulih.
Dia mengatakan dampak virus corona sudah terjadi di China, sebagaimana virus SARS yang terjadi pada 2005 juga berdampak ke Asia.
"Yang beda sosmed tidak semarak sekarang, [bedanya dengan SARS 2005] pengaruh China saat itu tidak sedominan saat ini. Saya tanyakan ke beberapa pengusaha, kesan utama, bahwa peran China ternyata cukup besar, bukan hanya ke Indonesia, tapi ke India, Eropa AS," jelas Jahja.
"Yang terjadi banyak pabrik di Eropa relokasi ke China, banyak juga bahan baku bahan dasar mereka, harganya lebih murah. Ini menyebabkan dependency kepada China cukup besar. Pertanyaannya berapa lama virus corona akan dikatakan aman, lalu China bisa normal production."
Sebagai informasi, angka kematian karena virus corona di China terus bertambah. Kamis pagi (20/2), mengutip AFP, pemerintah Provinsi Hubei yang menjadi pusat penyebaran virus, kembali melaporkan 108 kematian baru.
Alhasil, per Kamis pagi, angka kematian karena corona di negeri Panda sudah naik menjadi 2.112. Jika ditambah dengan kematian di luar China yang berjumlah 6 orang, maka total kematian secara global adalah 2.118 orang.
"Kebanyakan mereka yang meninggal berada di ibu kota Wuhan," tulis media tersebut mengutip update harian otoritas kesehatan provinsi. Wuhan adalah pusat penyebaran corona.
Otoritas Hubei juga mengumumkan adanya 615 kasus baru. Mayoritas di Wuhan dan 13 lainnya di kota lain di dalam provinsi Hubei.
Meski demikian, pemerintah mengklaim angka kasus terus menurun. Sebelumnya di Rabu, ada 1.693 kasus baru di provinsi China Tengah itu. Saat ini ada 74.500 orang terinfeksi corona di seluruh dunia. Corona menyebar di 27 negara.
(tas/tas) Next Article Sikap Bos BCA Setelah Bank Dibobol Tukang Becak Rp 345 Juta
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular