
Harga Emas Tembus US$ 1.600/Oz, Saham MDKA & PSAB Melesat

Jakarta, CNBC Indonesia - Emas kembali menjadi buruan karena investor global masih khawatir perekonomian global akan melambat karena terdampak oleh virus corona.
Harga emas di pasar spot global pada penutupan hari Rabu (19/2/2020) kemarin bahkan menembus rekor tertinggi dalam 7 tahun terakhir di harga US$ 1.611,34/troy ons. Pada Kamis (20/2) siang harganya terkoreksi tipis 0,11% namun masih di level tinggi pada harga US$ 1.610/troy.
Kenaikan tersebut rupanya menjadi berkah bagi emiten tambang emas yang sahamnya kembali diburu investor di bursa, dua saham yang mengalami penguatan yakni PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB).
Data bursa pada penutupan sesi I mencatat, saham MDKA diperdagangkan pada harga Rp 1.280/unit saham, naik 20 poin atau 1,59%. Dalam sepekan terakhir sahamnya mengalami kenaikan 4,92%.
Sedangkan saham PSAB diperdagangkan di harga Rp 248/unit saham, naik 6 poin atau 2,48%. Dalam sepekan terakhir sahamnya meroket 12,73%.
![]() |
Virus Corona masih menjadi perhatian pelaku pasar secara luas. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 12:45 WIB, jumlah kasus Corona di seluruh dunia mencapai 75.725 di mana korban jiwa menjadi 2.128.
Studi yang dilakukan Morgan Stanley mengatakan pertumbuhan ekonomi China akan terpangkas 0,8-1,3 persen pada semester pertama 2020. Sementara studi lain yang dilakukan oleh S&P Global menyebut pertumbuhan ekonomi China dapat terpangkas hingga 1,3 persen poin.
Untuk meredam dampak yang ditimbulkan tersebut, otoritas moneter China (PBoC) menurunkan suku bunga Medium-term Lending Facility (MLF) tenor setahun dari 3,25% menjadi 3,15%.
Selain itu PBoC juga akan menggelontorkan dana senilai US$ 29 miliar untuk pinjaman jangka menengah. Bukan kali ini saja otoritas moneter China bertindak.
Pekan lalu PBoC memutuskan menurunkan suku bunga reverse repo tenor 7 hari menjadi 2,4% dan tenor 14 hari menjadi 2,55%. PBoC juga menyuntikkan likuiditas ke pasar melalui operasi pasar terbuka sebanyak US$ 242,7 miliar.
Walau ekonomi China dipastikan terpukul akibat wabah virus corona ini, ada kabar baik yaitu lebih dari 80% BUMN atau sekitar 20.000 anak perusahaan manufaktur sudah mulai beroperasi setelah sebelumnya libur panjang akibat wabah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Saham 3 Emiten Emas Berkilau, Dipicu Wacana Mata Uang Emas?