'Obat Kuat' dari China Kurang Joss, Rupiah Terlemah di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 February 2020 12:21
Stimulus China Kurang Cespleng
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Pagi ini sempat ada harapan bagi pasar keuangan Asia seiring pengumuman bank sentral China (PBoC) yang menurunkan suku bunga acuan kredit perbankan (Loan Prime Rate/LPR). Untuk LPR tenor setahun turun dari 4,15% menjadi 4,05%, sementara lima tahun turun dari 4,8% menjadi 4,75%.

Awal pekan ini, PBoC sudah menurunkan suku bunga Medium Term Lending Facility (MLF). Berbagai stimulus tersebut diharapkan mampu memerangi dampak virus Corona dan meningkatkan gairah di pasar seiring likuiditas yang berlimpah.


Akan tetapi, ternyata harapan tidak seindah kenyataan. Penyebaran virus Corona yang semakin menggila dan belum tahu kapan bakal berakhir membuat kecemasan investor masih tinggi.

"Pelaku pasar akhirnya mundur teratur karena belum ada kepastian kapan penyebaran virus akan berakhir. Sebab stimulus tidak akan berguna kalau orang-orang masih duduk di rumah dan tidak bekerja," tegas Sea Darby, Global Equity Strategist di Jeffries yang berbasis di Hong Kong, seperti dikutip dari Reuters.

Ibarat penonton pertandingan sepakbola yang kecewa dan memutuskan untuk meninggalkan stadion, investor kini mundur dari pasar keuangan Asia. Akibatnya, mata uang Asia pun melemah.



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular