'Obat Kuat' dari China Kurang Joss, Rupiah Terlemah di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 February 2020 12:21
Corona Bikin Pasar Was-was
Ilustrasi Dolar Singapura (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Apalagi investor sedang sangat berhati-hati menyikapi penyebaran virus Corona yang semakin luas. Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGi per 11:03 WIB, jumlah korban Corona di seluruh dunia mencapai 75.725. Korban jiwa semakin bertambah menjadi 2.128.

Prospek perekonomian global yang sempat cerah gara-gara kesepakatan damai dagang Fase I antara AS-China kini mendung lagi. Virus Corona membuat aktivitas masyarakat, terutama di China, menjadi terhambat dan lesu. Berbagai kalangan mulai mengingatkan soal risiko gelombang Pemutusan Hubungan (PHK) di Negeri Panda.

"Pasar tenaga kerja masih oke pada kuartal I ini. Namun jika penyebaran virus tidak bisa teratasi sampai akhir Maret, maka mungkin kita akan melihat gelombang PHK. Kami memperkirakan akan ada 4,5 juta pekerjaan yang hilang," tegas Dan Wang, Analis Economist Intelligence Unit, seperti diberitakan Reuters.


China adalah perekonomian terbesar kedua dunia yang memegang peran penting dalam rantai pasok global. Riset DBS menyebutkan China menyumbang 30-40% dari total ekspor produk tekstil dan alas kaki global. Selain itu, sekitar 20% ekspor mesin dan peralatan listrik dunia berasal dari Negeri Tirai Bambu.

Oleh karena itu, perlambatan ekonomi di China pasti akan mempengaruhi perekonomian dunia. Bahkan sejumlah negara sudah mulai mendekati jurang resesi seperti Singapura dan Jepang.


Indonesia juga pasti akan merasakan dampaknya. Walau belum ada laporan penderita virus Corona di Tanah Air, tetapi dampak ekonomi pasti akan sangat terasa.

"Masalah coronavirus, spill over ke dunia akan semakin besar karena RRT (Republik Rakyat Tiongkok) berperan sebagai global value chain, perdagangan, produksi, maupun (kontribusi) turis. FDI (Foreign Direct Investment) juga akan terpengaruh. Indonesia akan terpengaruh pada share turis 13%. China menyumbang share kedua dari Malaysia.

Apabila pertumbuhan ekonomi RRT melemah 1% dari baseline mereka 6%, Indonesia akan mengalami penurunan 0,3-06%. Ini cukup besar karena baseline pertumbuhan kita 5,02% dari pertumbuhan ekonomi 2019," jelas Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.



(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular