
Terus Melaju, Pasar SUN Lanjutkan Penguatan Harga

Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga kenaikan harga akan menekan yield , begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0081 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 6,2 basis poin (bps) menjadi 5,68%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 19 Feb'20 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 18 Feb'20 (%) | Yield 19 Feb'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 19 Feb'21 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 5.743 | 5.681 | -6.20 | 5.6407 |
FR0082 | 10 tahun | 6.549 | 6.527 | -2.20 | 6.5069 |
FR0080 | 15 tahun | 7.034 | 7.025 | -0.90 | 6.9988 |
FR0083 | 20 tahun | 7.279 | 7.276 | -0.30 | 7.2424 |
Sumber: Refinitiv
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,38 poin (0,13%) menjadi 280,23 dari posisi kemarin 279,85.
Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 496 bps, menyempit dari posisi kemarin 499 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik 0,7 bps hingga 1,56% dari posisi kemarin 1,55%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada yield pasangan seri 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, dan 3 bulan-10 tahun. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 19 Feb'20 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 18 Feb'20 (%) | Yield 19 Feb'20 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 1.582 | 1.585 | 3 bulan-5 tahun | 18 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.41 | 1.422 | 2 tahun-5 tahun | 1.7 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.375 | 1.388 | 3 tahun-5 tahun | -1.7 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.393 | 1.405 | 3 bulan-10 tahun | 2.1 |
UST 2028 | 10 Tahun | 1.556 | 1.564 | 2 tahun-10 tahun | -14.2 |
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.067,37 triliun SBN, atau 38,09% dari total beredar Rp 2.802 triliun berdasarkan data per 18 Februari.
Angka itu menunjukkan kepemilikan investor asing masih masuk ke pasar SUN senilai Rp 470 miliar sejak akhir pekan lalu, sedangkan sejak awal bulan masih defisit Rp 11,17 triliun.
Sejak awal tahun ini, posisi investor asing masih positif Rp 4,03 triliun dibanding posisi akhir Desember 2019 Rp 1.061,86 triliun, tetapi persentasenya masih turun dari 38,57% pada periode yang sama.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, koreksi harga masih terjadi secara luas sehingga yield mayoritas obligasi negara naik. Hal tersebut mencerminkan investor global sedang menghindari obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen positif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 18 Feb'20 (%) | Yield 19 Feb'20 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil (BB-) | 6.49 | 6.495 | 0.50 |
China (A+) | 2.916 | 2.929 | 1.30 |
Jerman (AAA) | -0.409 | -0.409 | 0.00 |
Prancis (AA) | -0.169 | -0.174 | -0.50 |
Inggris Raya (AA) | 0.615 | 0.609 | -0.60 |
India (BBB-) | 6.387 | 6.384 | -0.30 |
Jepang (A) | -0.047 | -0.042 | 0.50 |
Malaysia (A-) | 2.889 | 2.929 | 4.00 |
Filipina (BBB) | 4.443 | 4.409 | -3.40 |
Rusia (BBB) | 6.06 | 6.01 | -5.00 |
Singapura (AAA) | 1.65 | 1.654 | 0.40 |
Thailand (BBB+) | 1.12 | 1.14 | 2.00 |
Amerika Serikat (AAA) | 1.556 | 1.563 | 0.70 |
Afrika Selatan (BB+) | 8.915 | 8.875 | -4.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor