Harga Minyak Mentah Masih Kuat Nanjak Walau Terancam Corona

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
19 February 2020 10:41
Harga minyak mentah naik di tengah ancaman virus corona
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah kontrak mengalami penguatan pada perdagangan pagi ini. Setelah terperosok dalam, harga minyak mulai bangkit sejak 11 Februari lalu.

Data Refinitiv menunjukkan harga minyak mentah kontrak pada Rabu (19/2/2020) Brent menguat 0,28% ke US$ 57,9/barel. Sementara itu, harga minyak mentah acuan Amerika Serikat (AS) yakni WTI menguat 0,22% ke level US$ 52,4/barel.

Hari ini China melaporkan jumlah kasus virus corona yang mulai melandai. Namun organisasi kesehatan dunia (WHO) menegaskan turunnya jumlah kasus yang dilaporkan belum menjadi bukti yang kuat bahwa epidemi virus corona ini sudah mulai melambat dan berhasil dikontrol.


Menurut data John Hopkins University CSSE, sampai dengan hari ini sudah ada 75.198 kasus orang terinfeksi patogen mematikan itu secara global. Sebanyak 2.009 orang dilaporkan meninggal dunia. Lima kasus meninggal dilaporkan di luar China, masing-masing satu di Hong Kong, Perancis, Jepang, Filipina dan Taiwan.

Virus corona diperkirakan memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap perekonomian terutama China.

Virus corona yang resmi dinamai COVID-19 ini membuat libur tahun baru imlek diperpanjang dan juga puluhan kota di China mengalami karantina. Fasilitas transportasi umum ditutup.

Banyak penerbangan dari dan ke China banyak yang dibatalkan. Kunjungan ke China menjadi drop. Hal ini membuat konsumsi bahan bakar pesawat menjadi turun.


Sebelumnya Agensi Energi Internasional (IEA) melaporkan konsekuensi dari merebaknya virus ini membuat permintaan minyak pada kuartal pertama 2020 akan terkontraksi sebanyak 435.000 barel per hari (bpd).

Kontraksi yang terjadi pertama kali sejak krisis keuangan pada 2009. Untuk tahun 2020 secara keseluruhan, IEA memperkirakan permintaan minyak berpotensi turun 365.000 - 825.000 bpd yang menandai level terendah sejak 2011.

IEA juga menyebutkan permintaan minyak akan mulai berangsur pulih pada kuartal kedua tahun ini, naik 1,2 juta bpd dan kemudian naik lagi pada 1,5 juta bpd pada kuartal ketiga setelah China memberikan stimulus untuk perekonomiannya.

Pelaku pasar yang melihat kemungkinan besar permintaan minyak mengalami kontraksi membuatnya kembali menyorot kebijakan organisasi pengekspor minyak dan aliansinya (OPEC+) merespons hal tersebut.

Join Technical Committee selaku penasihat OPEC+ mengadakan rapat awal bulan ini dan merekomendasikan OPEC+ kembali memangkas produksi minyak sebanyak 600.000 bpd.

[Gambas:Video CNBC]


Jika ditotal dengan upaya yang dilakukan OPEC+ saat ini, maka total pemangkasan produksi minyak OPEC+ akan menjadi 2,3 juta bpd. Para menteri dari organisasi ini dijadwalkan akan bertemu pada Maret untuk membahas hal ini.

"OPEC+ ingin mencegah kemungkinan pasokan berlebih karena penurunan permintaan akibat krisis kesehatan yang terjadi di China sebagai importir terbesar minyak mentah di dunia" tulis Eurasia Group dalam sebuah catatan, melansir Reuters.

Jika OPEC+ benar-benar mengambil tindakan pemangkasan minyak lebih dalam lagi mulai Maret nanti, hal ini berpotensi untuk mengerek naik harga minyak.


TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Ganasnya Serangan Virus Corona Buat Harga Minyak Ambles

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular