
Dibuka Memerah, IHSG ke Zona Hijau, Asing Masuk Rp 120 M
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
18 February 2020 09:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah Senin kemarin ditutup menguat tipis, pagi ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditransaksikan melemah. Hantu resesi yang ternyata belum hilang masih jadi pemberat bursa saham tanah air untuk berbalik arah.
IHSG masih tertekan. Sejak awal tahun kinerja indeks bursa saham tanah air minus hampir 7%. Setelah kemarin ditutup menguat tipis 0,01%, pagi ini, Selasa (18/2/2020) pukul 09.00 WIB IHSG dibuka di zona merah terkoreksi 0.09% ke level 5.862.2.
Nasib IHSG juga dialami oleh bursa saham utama kawasan benua kuning lainnya. Pada 09.00 WIB, indeks Kospi turun 1,15% , indeks Shang Hai terpangkas 0,26%, indeks Hang Seng terkoreksi 1,02% dan indeks Strait Times melemah 0,5%.
Namun pada pukul 09.33 WIB, IHSG rebound dan menguat 0,45% di level 5.894. Asing mulai masuk Rp 120,56 miliar di semua pasar, khususnya karena ada beli bersih di pasar nego dan tunai Rp 148,13 miliar, sementara ada jual bersih di pasar reguler Rp 28 miliar.
Kondisi global saat ini masih dibayangi dengan ketidakpastian. Virus corona yang masih belum dapat dijinakkan juga menjadi salah satu faktor yang berpotensi membuat perekonomian global terguncang.
Virus yang resmi dinamai COVID-19 ini kini telah menyebabkan lebih dari 70 ribu orang terinfeksi. Data terbaru yang dirilis oleh John Hopkins University CSSE menunjukkan sampai dengan hari ini sudah ada 73.326 kasus positif terinfeksi virus corona di berbagai belahan dunia.
Kasus paling banyak dijumpai di China. Namun jumlah kasus yang dilaporkan di negara lain juga semakin banyak. Korban meninggal akibat terinfeksi patogen ganas ini mencapai 1.873 orang. Lima kasus meninggal dilaporkan di lima negara masing-masing satu kasus di Hong Kong, Perancis, Jepang, Filipina dan Taiwan.
Berbagai kajian yang memperkirakan dampak ekonomi dari merebaknya wabah virus corona ini sudah banyak dipublikasikan. Menurut kajian Morgan Stanley, dampak virus corona berpotensi memangkas pertumbuhan ekonomi China sebesar 0,3-0,5 persen poin pada semester pertama 2020.
Morgan Stanley meramal pertumbuhan ekonomi China juga berpotensi terpangkas sebesar 0,8-1,3 persen poin pada semester pertama 2020. Sementara lembaga lain yaitu S&P Global meramal dampak virus mematikan ini terhadap PDB China menyebabkan perlambatan hingga 1,3 persen poin.
Jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Tiongkok diramal tumbuh sebesar 4,5% pada kuartal pertama 2020. Jauh melambat dibanding kuartal IV-2019 yang mencapai 6%.
Merebaknya COVID-19 kembali membangkitkan ketakutan akan hantu resesi yang sempat dirasakan di sepanjang tahun 2019. Beberapa negara terancam masuk ke jurang resesi. Pertama adalah Singapura yang tahun ini memperkirakan pertumbuhan ekonominya di -0,5%- 1,5%.
Kedua adalah Jerman yang tahun lalu perekonomiannya tidak tumbuh. Jerman merupakan negara dengan perekonomian terbesar di zona Euro. Terakhir adalah Jepang yang pertumbuhan ekonominya pada kuartal IV terkontraksi sebesar 1,6% secara kuartalan (qoq), jika pada kuartal pertama 2020 ekonomi Jepang kembali terkontraksi maka Jepang akan mengalami resesi.
Hantu resesi yang masih membayangi membuat pelaku pasar was-was dan kembali aset-aset minim risiko seperti emas dan obligasi pemerintah. Hal ini membuat tekanan jual terjadi di pasar saham.
Sentimen lain yang memberatkan IHSG adalah neraca dagang Januari 2020 yang tekor. Poling yang dihimpun CNBC Indonesia menunjukkan neraca dagang Indonesia Januari minus US$ 152 juta. Namun kenyataannya neraca dagang tekor lebih besar hingga US$ 870 juta.
Kepala BPS, Suhariyanto menyebutkan ekspor RI pada Januari 2020 mencapai USD 13,41 miliar atau turun 3,71% (yoy) dengan kinerja impor mencapai USD 14,28 miliar atau turun 4,78% (yoy).
Sentimen negatif lain yang juga memberi tekanan terhadap bursa saham tanah air adalah skandal kasus korupsi asuransi PT Jiwasraya. Kasus gagal bayar asuransi pelat merah tersebut kini telah merembet ke industri lain seperti reksadana.
Sejumlah perusahaan manajer investasi (MI) dikabarkan tak bisa membayar nasabah yang ingin menarik dana investasinya (redemption). Beberapa asuransi jiwa lainnya pun juga dikabarkan mengalami kasus serupa.
Pelaku pasar masih mencermati kemungkinan apakah kasus ini akan berdampak sistemik. OJK sampai saat ini masih terus mengawasi dan menertibkan beberapa produk reksa dana dari 37 perusahaan MI untuk perbaikan industri ini pada November tahun lalu.
Kompleksitas kasus Jiwasraya ini memang tak bisa dipungkiri. Sekarang sudah banyak kabar beredar di pasar, sejumlah perusahaan manajer investasi (MI) dan perusahaan asuransi mulai terdampak oleh kasus ini.
Sentimen negatif memang datang dari eksternal maupun internal. Wajar saja bursa saham tanah air tak bisa catatkan kinerja ciamik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/tas) Next Article Joss! IHSG Lawan Gravitasi, Dekati Lagi Level 6.000
IHSG masih tertekan. Sejak awal tahun kinerja indeks bursa saham tanah air minus hampir 7%. Setelah kemarin ditutup menguat tipis 0,01%, pagi ini, Selasa (18/2/2020) pukul 09.00 WIB IHSG dibuka di zona merah terkoreksi 0.09% ke level 5.862.2.
Nasib IHSG juga dialami oleh bursa saham utama kawasan benua kuning lainnya. Pada 09.00 WIB, indeks Kospi turun 1,15% , indeks Shang Hai terpangkas 0,26%, indeks Hang Seng terkoreksi 1,02% dan indeks Strait Times melemah 0,5%.
Namun pada pukul 09.33 WIB, IHSG rebound dan menguat 0,45% di level 5.894. Asing mulai masuk Rp 120,56 miliar di semua pasar, khususnya karena ada beli bersih di pasar nego dan tunai Rp 148,13 miliar, sementara ada jual bersih di pasar reguler Rp 28 miliar.
Kondisi global saat ini masih dibayangi dengan ketidakpastian. Virus corona yang masih belum dapat dijinakkan juga menjadi salah satu faktor yang berpotensi membuat perekonomian global terguncang.
Virus yang resmi dinamai COVID-19 ini kini telah menyebabkan lebih dari 70 ribu orang terinfeksi. Data terbaru yang dirilis oleh John Hopkins University CSSE menunjukkan sampai dengan hari ini sudah ada 73.326 kasus positif terinfeksi virus corona di berbagai belahan dunia.
Kasus paling banyak dijumpai di China. Namun jumlah kasus yang dilaporkan di negara lain juga semakin banyak. Korban meninggal akibat terinfeksi patogen ganas ini mencapai 1.873 orang. Lima kasus meninggal dilaporkan di lima negara masing-masing satu kasus di Hong Kong, Perancis, Jepang, Filipina dan Taiwan.
Berbagai kajian yang memperkirakan dampak ekonomi dari merebaknya wabah virus corona ini sudah banyak dipublikasikan. Menurut kajian Morgan Stanley, dampak virus corona berpotensi memangkas pertumbuhan ekonomi China sebesar 0,3-0,5 persen poin pada semester pertama 2020.
Morgan Stanley meramal pertumbuhan ekonomi China juga berpotensi terpangkas sebesar 0,8-1,3 persen poin pada semester pertama 2020. Sementara lembaga lain yaitu S&P Global meramal dampak virus mematikan ini terhadap PDB China menyebabkan perlambatan hingga 1,3 persen poin.
Jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Tiongkok diramal tumbuh sebesar 4,5% pada kuartal pertama 2020. Jauh melambat dibanding kuartal IV-2019 yang mencapai 6%.
Merebaknya COVID-19 kembali membangkitkan ketakutan akan hantu resesi yang sempat dirasakan di sepanjang tahun 2019. Beberapa negara terancam masuk ke jurang resesi. Pertama adalah Singapura yang tahun ini memperkirakan pertumbuhan ekonominya di -0,5%- 1,5%.
Kedua adalah Jerman yang tahun lalu perekonomiannya tidak tumbuh. Jerman merupakan negara dengan perekonomian terbesar di zona Euro. Terakhir adalah Jepang yang pertumbuhan ekonominya pada kuartal IV terkontraksi sebesar 1,6% secara kuartalan (qoq), jika pada kuartal pertama 2020 ekonomi Jepang kembali terkontraksi maka Jepang akan mengalami resesi.
Hantu resesi yang masih membayangi membuat pelaku pasar was-was dan kembali aset-aset minim risiko seperti emas dan obligasi pemerintah. Hal ini membuat tekanan jual terjadi di pasar saham.
Sentimen lain yang memberatkan IHSG adalah neraca dagang Januari 2020 yang tekor. Poling yang dihimpun CNBC Indonesia menunjukkan neraca dagang Indonesia Januari minus US$ 152 juta. Namun kenyataannya neraca dagang tekor lebih besar hingga US$ 870 juta.
Kepala BPS, Suhariyanto menyebutkan ekspor RI pada Januari 2020 mencapai USD 13,41 miliar atau turun 3,71% (yoy) dengan kinerja impor mencapai USD 14,28 miliar atau turun 4,78% (yoy).
Sentimen negatif lain yang juga memberi tekanan terhadap bursa saham tanah air adalah skandal kasus korupsi asuransi PT Jiwasraya. Kasus gagal bayar asuransi pelat merah tersebut kini telah merembet ke industri lain seperti reksadana.
Sejumlah perusahaan manajer investasi (MI) dikabarkan tak bisa membayar nasabah yang ingin menarik dana investasinya (redemption). Beberapa asuransi jiwa lainnya pun juga dikabarkan mengalami kasus serupa.
Pelaku pasar masih mencermati kemungkinan apakah kasus ini akan berdampak sistemik. OJK sampai saat ini masih terus mengawasi dan menertibkan beberapa produk reksa dana dari 37 perusahaan MI untuk perbaikan industri ini pada November tahun lalu.
Kompleksitas kasus Jiwasraya ini memang tak bisa dipungkiri. Sekarang sudah banyak kabar beredar di pasar, sejumlah perusahaan manajer investasi (MI) dan perusahaan asuransi mulai terdampak oleh kasus ini.
Sentimen negatif memang datang dari eksternal maupun internal. Wajar saja bursa saham tanah air tak bisa catatkan kinerja ciamik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/tas) Next Article Joss! IHSG Lawan Gravitasi, Dekati Lagi Level 6.000
Most Popular