Bos Schroders Bicara Dampak Virus Corona Bagi Ekonomi RI

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
17 February 2020 17:56
Mata rantai ekonomi dunia mulai tertanggu karena lalu lintas barang dari dan keluar dari China.
Foto: Ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Wabah virus korona (Covid-19) sudah mulai berdampak negatif bagi perekonomian global. Mata rantai ekonomi dunia mulai terganggu karena lalu lintas barang dari dan masuk ke China terganggu.

Presiden Direktur Schroder Investment Management Indonesi, Michael Tjoajadi mengatakan tidak satupun yang bisa memprediksi kapan wabah ini akan berhenti memakan korban. Jika wabah tersebut berlangsung lama ada potensi ekonomi Indonesia akan mengalami gangguan.

Hingga 16 Februari 2020, korban yang tewas bertambah akibat virus ini sebanyak 1,770 orang dan menginfeksi sebanyak 70,548 orang dan menjadi kecemasan global.


Menurut Michael dampak yang paling terasa terhadap perekonomian domestik adalah lesunya sektor pariwisata karena pemerintah telah menutup penerbangan dari dan ke China sejak 5 Februari 2020. China, menurut data Badan Pusat Statistik, pada 2019 termasuk negara dengan wisatawan terbanyak kedua setelah Malaysia dengan kunjungan sebanyak 2,07 juta wisatawan.

Tak hanya menekan industri pariwisata, logistik juga terdampak. Pasalnya, banyak barang impor produk e-commerce yang tertunda pengirimannya dari China.

"Volatilitas akan terjadi di kuartal I-2020," kata Michael Tjoajadi, saat wawancara dengan CNBC di kantor Schroders Indonesia, Jakarta, Senin (17/2/2020).

Michael mencermati meluasnya Covid-19 akan berdampak negatif ke hampir semua negara, mengingat China adalah negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.


Menurut Michael dalam situasi seperti sekarang ini yang perlu dijaga adalah belanja pemerintah (government spending) tetap harus dijaga. Untungnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih terjaga dengan baik. Apalagi cadangan devisa Indonesia saat ini cukup tinggi, per Januari tercatat US$ 131 miliar.

"Kita punya tools untuk mempertahankan ekonomi, dengan menjaga defisit transaksi berjalan, meski ekspor turun sedikit, masih bisa menjaga CAD (current account defisit)," kata Michael membeberkan.

Rupiah, kata Michael, mendapat momentum karena impor migas Indonesia mengalami penurunan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) impor migas Januari 2020 mencapai US$1,99 miliar atau turun 6,85% dibanding Desember 2019. Sebaliknya jika dibanding Januari 2019 meningkat 19,95%.


(hps/hps) Next Article Omicron Mengintai, Ekonomi Global di 2022 Aman atau Suram?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular