Corona Bikin Seram, Singapura Waspada "Rush Money"

Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
15 February 2020 14:50
Corona Bikin Seram, Singapura Waspada
Foto: CNBC
Jakarta, CNBC Indonesia - Wabah virus baru corona yang kian merebak membuat Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) meminta lembaga keuangan di Negeri Merlion untuk bersiap mengelola setiap peningkatan permintaan pada layanan keuangan tertentu, seperti penarikan tunai atau layanan keuangan online.

Dari data Johns Hopkins CSSE pada Sabtu (15/2/2020) tercatat sejauh ini Singapura telah melaporkan 67 kasus yang dikonfirmasi virus corona, dan menaikkan penilaian risiko nya ke tingkat siaga tertinggi kedua sejak Jumat (7/2/2020). Negara berpenduduk 5,6 juta orang itu memiliki banyak kasus terkonfirmasi setelah wilayah China.


Monetary Authority of Singapore (MAS) yang merupakan bank sentral dan otoritas moneter dan keuangan Singapura juga mengingatkan perusahaan keuangan agar berhati-hati terhadap ancaman keamanan siber.

"Ada beberapa kasus pelaku ancaman dunia maya untuk mengambil keuntungan dari situasi Novel Coronavirus (2019-nCoV), untuk melakukan penipuan email, serangan phishing dan ransomware," kata MAS dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir dari CNBC International.


Lalu, bagaimana dampak dari potensi 'rush money' ini ke perbankan maupun pasar saham domestik?

Menurut Head of Research Division PT BNI Sekuritas, Damhuri Nasution, dampak dari potensi rush money di Singapura ke perbankan Indonesia masih relatif terbatas.

[Gambas:Video CNBC]



Duta Besar Indonesia untuk Singapura, I Gde Ngurah Swajaya, menyampaikan isu 'rush money' perbankan di Singapura tidak berimplikasi langsung dengan fakta di lapangan. Hal itu mengingat hingga saat ini tidak ada gejolak penarikan dana bank secara besar-besaran di negeri jiran itu.

"Kami melihat, warga Singapura, dalam 3 hari ini, kami melihat, mendengar, memantau langsung, yang ada hanya rush di supermarket [tak ada rush di bank]. Itu pun rush belanja di supermarket hanya 2 hari, hari ini situasi normal lagi," kata I Gde, dalam dialog langsung dengan CNBC Indonesia, dalam program Squawk Box, Kamis ini (13/2/2020).

Adapun terkait dengan posisi Singapura sebagai salah satu investor penanaman modal asing terbesar bagi RI, I Gde menegaskan perlambatan investasi langsung Singapura ke Indonesia lebih karena dampak ekonomi global.

"Jadi sebenarnya kita melihat perkembangan ekonomi dunia, trade war dan pelemahan petumbuhan ekonomi dunia sehingga tahun lalu, kami melihat ada penurunan investasi [ke Indonesia dari Singapura] pada tahun lalu, dari tahun sebelumnya, tapi masih Singapura yang tertinggi dalam 5 tahun terakhir," tegas mantan Duta Besar Indonesia untuk Perbara (perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara) ini.

"Kami harapkan, memang di tengah kondisi sulit ini, kami terus dorong upaya peningkatan investasi," katanya lagi.

Pihaknya, katanya, berharap terjadi peningkatan investasi dari tahun sebelumnya dengan catatan pemerintah Singapura dan China bisa mendorong penyelesaian virus corona selesai pada April 2020.

"Mungkin dampak diantisipasi oleh Singapura dan RRC [China] bisa menekan, sehingga virus mulai pulih pada April 2020, saya kira upaya dengan mendorong promosi investasi terus dilakukan. Upaya mendorong potensi Indonesia menjadi destinasi investasi Singapura masih terus dilakukan."
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular