
Keperkasaan CPO Luluh, Virus Corona Bikin Konsumsi Turun
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
14 February 2020 11:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak sawit mentah (CPO) masih berada dalam tekanan. Harga CPO masih terus melanjutkan tren pelemahan.
Data Refinitiv menunjukkan harga CPO kontrak di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) turun 6 ringgit hari ini, Jumat (14/2/2020). Harga CPO terkoreksi 0,23% dibanding posisi penutupan perdagangan kemarin berada di level RM 2.619/ton.
Harga CPO masih dibayang-bayangi oleh merebaknya kasus virus corona di China. Virus yang resmi diberi nama COVID-19 oleh WHO ini terus menelan korban setiap harinya. Berdasarkan data terbaru John Hopkins CSSE, jumlah kasus yang dilaporkan secara global mencapai 64.422, sementara jumlah korban yang meninggal mencapai 1.491 orang.
Sentimen ini menjadi penggerak utama harga CPO. Wajar saja, mengingat China merupakan pembeli minyak nabati terbesar kedua setelah India. Kala wabah ini terus merebak maka dapat mempengaruhi permintaan minyak nabati.
Momen libur tahun baru imlek yang harusnya penuh suka cita berubah menjadi penuh kengerian saat belasan kota di China dikarantina agar wabah virus corona tak terus menyebar luas.
Momen libur panjang tahun baru yang umumnya membuat perdagangan sepi serta ditambah dengan isu merebaknya virus corona membuat harga-harga komoditas tertekan, salah satunya adalah CPO.
Menurut data Dewan Minyak Sawit Malaysia, ekspor bulan Januari 2020 Malaysia anjlok lebih dari 13%. Sementara menurut survei yang dilakukan oleh kargo surveyor, ekspor Malaysia 10 hari pertama bulan Februari diperkirakan anjlok 20% - 29,4% dibanding bulan sebelumnya.
Selain itu, impor minyak nabati India pada bulan Januari turun 6% menjadi 1,2 juta ton dari bulan sebelumnya. Hal ini juga menjadi faktor pemberat lain dari sisi permintaan. India sebagai pembeli terbesar minyak nabati pada awal Januari lalu memberlakukan larangan untuk mengimpor minyak sawit olahan.
Hubungan India dan Malaysia pun memanas akibat kritikan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad yang mengkritik pedas sikap India terhadap Jammu dan Kashmir serta Undang - Undang Kewaganegaraan India yang baru.
Kritik itu berbuntut panjang. Pemerintah India yang tak terima karena merasa urusan dalam negerinya dicampuri lebih memilih untuk mengambil tindakan balasan.
Menurut salah satu sumber yang menerangkan kepada Reuters, pemerintah India meminta para pelaku industri untuk tak membeli minyak sawit dari Malaysia. Faktor ini juga jadi pemicu tertekannya harga komoditas unggulan RI dan Negeri Jiran ini.
Harga CPO yang melemah pada perdagangan hari ini juga senada dengan pelemahan minyak nabati jenis lain. Harga minyak kedelai kontrak di bursa komoditas Dalian ditransaksikan melemah 1,2%, sementara untuk minyak sawitnya turun 1,6%.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/twg) Next Article Ekspor Malaysia Anjlok, Harga CPO Tak Lagi Perkasa
Data Refinitiv menunjukkan harga CPO kontrak di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) turun 6 ringgit hari ini, Jumat (14/2/2020). Harga CPO terkoreksi 0,23% dibanding posisi penutupan perdagangan kemarin berada di level RM 2.619/ton.
Harga CPO masih dibayang-bayangi oleh merebaknya kasus virus corona di China. Virus yang resmi diberi nama COVID-19 oleh WHO ini terus menelan korban setiap harinya. Berdasarkan data terbaru John Hopkins CSSE, jumlah kasus yang dilaporkan secara global mencapai 64.422, sementara jumlah korban yang meninggal mencapai 1.491 orang.
Sentimen ini menjadi penggerak utama harga CPO. Wajar saja, mengingat China merupakan pembeli minyak nabati terbesar kedua setelah India. Kala wabah ini terus merebak maka dapat mempengaruhi permintaan minyak nabati.
Momen libur panjang tahun baru yang umumnya membuat perdagangan sepi serta ditambah dengan isu merebaknya virus corona membuat harga-harga komoditas tertekan, salah satunya adalah CPO.
Menurut data Dewan Minyak Sawit Malaysia, ekspor bulan Januari 2020 Malaysia anjlok lebih dari 13%. Sementara menurut survei yang dilakukan oleh kargo surveyor, ekspor Malaysia 10 hari pertama bulan Februari diperkirakan anjlok 20% - 29,4% dibanding bulan sebelumnya.
Selain itu, impor minyak nabati India pada bulan Januari turun 6% menjadi 1,2 juta ton dari bulan sebelumnya. Hal ini juga menjadi faktor pemberat lain dari sisi permintaan. India sebagai pembeli terbesar minyak nabati pada awal Januari lalu memberlakukan larangan untuk mengimpor minyak sawit olahan.
Hubungan India dan Malaysia pun memanas akibat kritikan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad yang mengkritik pedas sikap India terhadap Jammu dan Kashmir serta Undang - Undang Kewaganegaraan India yang baru.
Kritik itu berbuntut panjang. Pemerintah India yang tak terima karena merasa urusan dalam negerinya dicampuri lebih memilih untuk mengambil tindakan balasan.
Menurut salah satu sumber yang menerangkan kepada Reuters, pemerintah India meminta para pelaku industri untuk tak membeli minyak sawit dari Malaysia. Faktor ini juga jadi pemicu tertekannya harga komoditas unggulan RI dan Negeri Jiran ini.
Harga CPO yang melemah pada perdagangan hari ini juga senada dengan pelemahan minyak nabati jenis lain. Harga minyak kedelai kontrak di bursa komoditas Dalian ditransaksikan melemah 1,2%, sementara untuk minyak sawitnya turun 1,6%.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/twg) Next Article Ekspor Malaysia Anjlok, Harga CPO Tak Lagi Perkasa
Most Popular