
Duh! Kekayaan Prajogo Pangestu Hilang Rp 15,6 T, kok Bisa?
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
10 February 2020 10:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Kekayaan pengusahaan Prajogo Pangestu terhitung berkurang Rp 15,58 triliun, menyusul koreksi dalam harga saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) sejak awal tahun hingga pekan lalu.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) harga saham BRPT tercatat turun 16,23% dari harga Rp 1.510/unit pada akhir 2019 menjadi Rp 1.265/unit pada Jumat pekan lalu (7/2/2020). Ini membuat nilai kapitalisasi saham BRPT turun Rp 21,81 triliun.
Total jumlah saham yang tercatat di BEI mencapai 89,02 miliar saham. Porsi kepemilikan Prajogo di Barito Pacific mencapai 71,46%.
Artinya Prajogo memegang sebanyak 63,61 miliar saham. Nilai saham yang dimiliki Prajogo pada akhir 2019 mencapai Rp 96,05 triliun dan pada akhir pekan lalu nilai kepemilikan Prajogo tercatat sebesar Rp 80,46 triliun, dengan demikian nilai kepemilikannya menyusut Rp 15,58 triliun.
Sementara itu, kinerja Barito Pacific berdasarkan laporan keuangan terakhir, kuartal III-2019, laba bersihnya ambles 78% menjadi US$ 12,47 juta dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 57,13 juta.
Data laporan keuangan BRPT mencatat, pendapatan BRPT melorot 25% menjadi US$ 1,77 miliar atau setara dengan Rp 24,81 triliun dari sebelumnya US$ 2,36 miliar.
Penurunan ini disebabkan karena pabrik tidak beroperasi secara penuh lantaran pemeliharaan rutin dan penurunan harga jual.
Investor Relation Barito Pacific Allan Alcazar menjelaskan, aktivitas operasional sempat terhenti selama 51 hari atau hampir 2 bulan karena turn around maintenance (TAM).
Kondisi ini, berdampak pada penurunan volume penjualan perseroan secara keseluruhan sebesar 14% menjadi 1.394 KT (kilo ton) hingga triwulan III 2019 dibandingkan 1.619 KT pada periode yang sama tahun lalu.
"Harga jual rata-rata yang direalisasikan lebih rendah terutama untuk ethylene dan polyethylene," kata Allan saat ditemui di kawasan SCBD, Sudirman, Jakarta, Kamis (26/12/2019).
Allan menambahkan, penurunan pendapatan juga terdampak dari penurunan harga jual secara rata-rata akibat belum meredanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Namun, dia berharap kondisinya membaik di tahun depan dan kapasitas produksi terus meningkat.
(hps/tas) Next Article Laba Barito Pacific Anjlok 78% (yoy) Jadi USD 12,5 Juta
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) harga saham BRPT tercatat turun 16,23% dari harga Rp 1.510/unit pada akhir 2019 menjadi Rp 1.265/unit pada Jumat pekan lalu (7/2/2020). Ini membuat nilai kapitalisasi saham BRPT turun Rp 21,81 triliun.
Total jumlah saham yang tercatat di BEI mencapai 89,02 miliar saham. Porsi kepemilikan Prajogo di Barito Pacific mencapai 71,46%.
Artinya Prajogo memegang sebanyak 63,61 miliar saham. Nilai saham yang dimiliki Prajogo pada akhir 2019 mencapai Rp 96,05 triliun dan pada akhir pekan lalu nilai kepemilikan Prajogo tercatat sebesar Rp 80,46 triliun, dengan demikian nilai kepemilikannya menyusut Rp 15,58 triliun.
Sementara itu, kinerja Barito Pacific berdasarkan laporan keuangan terakhir, kuartal III-2019, laba bersihnya ambles 78% menjadi US$ 12,47 juta dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 57,13 juta.
Data laporan keuangan BRPT mencatat, pendapatan BRPT melorot 25% menjadi US$ 1,77 miliar atau setara dengan Rp 24,81 triliun dari sebelumnya US$ 2,36 miliar.
Penurunan ini disebabkan karena pabrik tidak beroperasi secara penuh lantaran pemeliharaan rutin dan penurunan harga jual.
Investor Relation Barito Pacific Allan Alcazar menjelaskan, aktivitas operasional sempat terhenti selama 51 hari atau hampir 2 bulan karena turn around maintenance (TAM).
Kondisi ini, berdampak pada penurunan volume penjualan perseroan secara keseluruhan sebesar 14% menjadi 1.394 KT (kilo ton) hingga triwulan III 2019 dibandingkan 1.619 KT pada periode yang sama tahun lalu.
"Harga jual rata-rata yang direalisasikan lebih rendah terutama untuk ethylene dan polyethylene," kata Allan saat ditemui di kawasan SCBD, Sudirman, Jakarta, Kamis (26/12/2019).
Allan menambahkan, penurunan pendapatan juga terdampak dari penurunan harga jual secara rata-rata akibat belum meredanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Namun, dia berharap kondisinya membaik di tahun depan dan kapasitas produksi terus meningkat.
(hps/tas) Next Article Laba Barito Pacific Anjlok 78% (yoy) Jadi USD 12,5 Juta
Most Popular