2 Perusahaan Petrokimia Crazy Rich Prajogo Pangestu Dilebur

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
03 January 2020 14:29
Prajogo menggabungkan entitas dua usaha petrokimianya.
Foto: dok Situs Resmi Chandra Asri
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dan PT Petrokimia Butadiene Indonesia (PBI) resmi menggabungkan usaha kedua entitas.

Penggabungan usaha kedua perusahaan resmi diumumkan hari ini, Jumat (3/1/2020) melalui keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia. Dua perusahaan itu milik konglomerat Prajogo Pangestu.

Dalam keterbukaan tersebut, Chandra Asri menjadi perusahaan penerima penggabungan. "Setelah penggabungan usaha menjadi efektif, Chandra Asri akan tetap menjadi perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI)," kata Presiden Direktrur Chandra Asri Erwin Ciputra dalam keterbukaan informasi, Jumat (1/3/2020).

Penggabungan usaha tersebut sudah mendapat persetujuan dari kreditur kedua perusahaan, mendapat pernyataan efektif dari OJK, mendapat persetujuan pemegang saham, dan sudah ditetapkan dalam akta penggabungan.

Erwin menjelaskan dampak positif penggabungan akan menciptakan integrasi produksi secara keseluruhan. Chandra Asri juga akan menjadi perusahaan petrokimia dengan portofolio yang lebih beragam.

"Peningkatan efisiensi dan efektivitas kegiatan operasional Chandra Asri akan menguntungkan seluruh pemangku kepentingan termasuk pemegang saham publik," kata Erwin.

Untuk diketahui, PBI merupakan anak usaha yang seluruh kepemilikan sahamnya dipegang oleh TPIA. Melansir situs perusahaan, PBI didirikan pada tahun 2010 dan satu-satunya produsen butadiene di Indonesia dengan kapasitas produksi 137KTA.

Butadiene adalah bahan baku untuk Styrene Butadiene Rubber (SBR) untuk produksi ban, Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS), dan Styrene Butadiene Latex (SBL).

Kemudian, dikarenakan TPIA mengendalikan 100% saham PBI, penggabungan usaha tersebut tidak akan merubah struktur modal, neraca, atau pun laporan laba rugi TPIA. Hal ini disebabkan semua komponen tersebut telah diperhitungkan dalam laporan keuangan konsolidasi perusahaan.

Lebih lanjut, penggabungan usaha ini sejatinya bertujuan untuk menciptakan perusahaan petrokimia yang lebih terintegrasi di Indonesia dalam rangka menghadapi siklus industri petrokimia.

Direksi dan dewan komisaris kedua perusahaan menyampaikan penggabungan ini akan mengintegrasikan proses produksi secara keseluruhan, pemetaan produk yang lebih baik serta meningkatkan sinergi pengadaan dan akuntansi. Alhasil akan meningkatkan kinerja operasional sehingga menciptakan perusahaan yang lebih sinergis, kuat, dan efisien.

[Gambas:Video CNBC]


Kemudian, ke depannya hasil penggabungan usaha diharapkan dapat meningkatkan performa keuangan perusahaan, terutama TPIA yang pada paruh pertama tahun ini mencatatkan penurunan laba bersih hingga 71,43% secara tahunan menjadi US$ 32,92 juta atau setara Rp 465,51 miliar (asumsi kurs Rp 14.141/US$).

Padahal pada periode yang sama tahun lalu, perusahaan mampu mencatatkan laba bersih sebesar Rp US$ 115,21 juta atau setara Rp 1,63 triliun.

Peningkatan kerugian yang dibukukan oleh entitas anak, seperti PBI, merupakan salah satu momok yang menekan kinerja TPIA.
Hingga akhir Juni 2019, PBI mencatatkan rugi bersih senilai US$ 5,62 juta, membengkak dari kerugian yang dibukukan pada semester I-2018 yang hanya US$ 2,7 juta.
(hps/hoi) Next Article Bos Chandra Asri Borong Saham TPIA 400 Ribu Lembar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular