Semesta Mendukung, Lelang SUN Lagi-Lagi Rekor Capai Rp 96 T

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
04 February 2020 20:26
Di tengah hijaunya pasar global yang sedang tertekan kekhawatiran virus corona Wuhan, lelang SUN sukses galang permintaan pelaku pasar.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah dukungan sentimen positif dari hijaunya pasar global yang sedang lelah tertekan kekhawatiran virus corona Wuhan, lelang surat utang negara (SUN) yang digelar pemerintah hari ini sukses menggalang permintaan pelaku pasar hingga mencetak rekor baru.

Dalam lelang hari ini (4/2/20), peserta lelang mengajukan permintaan hingga Rp 96,9 triliun. Angka itu lebih tinggi dari rekor sebelumnya yang dicetak pada lelang SUN konvensional terakhir yaitu pada 21 Januari senilai Rp 94,97 triliun. Sebagai pembanding, rerata permintaan lelang sepanjang 2019 hanya Rp 21,66 triliun dan 2018 Rp 17,02 triliun.

Rekor tersebut mencerminkan minat pelaku pasar global yang tinggi ke pasar SUN terutama setelah koreksi yang sudah terjadi dalam 2 pekan terakhir sudah menonjolkan keseksian pasar obligasi pemerintah di mata dunia. Pemerintah akhirnya menerbitkan utang senilai Rp 21 triliun, atau di rentang target indikatif Rp 15 triliun-Rp 22,5 triliun.

Hari ini, penguatan terjadi secara masif yang tercermin dari tingkat imbal hasil (yield) pasar wajar yang diterbitkan PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), di mana penurunan yield yang cukup dalam mengindikasikan adanya kenaikan harga yang juga lumayan.

Naiknya harga SUN itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain. Data PHEI itu menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling menguat adalah FR00 yang bertenor ?? tahun dengan kenaikan/penurunan yield ?? basis poin (bps) menjadi ??%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

 

Yield Wajar Obligasi Negara Acuan PHEI 4 Feb'20

Indeks PHEI Gov Total Return

Seri

Jatuh tempo

Yield 3 Feb'20 (%)

Yield 4 Feb'20 (%)

Selisih (basis poin)

FR0081

5 tahun

6.0403

5.9672

-7.31

275.4829

FR0082

10 tahun

6.6879

6.5784

-10.95

276.6598

FR0080

15 tahun

7.1738

7.1283

-4.55

=

FR0083

20 tahun

7.3625

7.2929

-6.96

1.18

Sumber: PHEI

 

 

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 1,18 poin (0,43%) menjadi 276,65 dari posisi kemarin 275,48.

Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 509 bps, menyempit dari posisi kemarin 517 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik 5,5 bps hingga 1,57% dari posisi kemarin 1,52%.

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada yield pasangan seri 3 bulan-5 tahun dan 3 bulan-10 tahun. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

 

 

Yield US Treasury Acuan 4 Feb'20

Seri

Benchmark

Yield 3 Feb'20 (%)

Yield 4 Feb'20 (%)

Selisih (Inversi)

Satuan Inversi

UST BILL 2019

3 Bulan

1.554

1.561

3 bulan-5 tahun

20.1

UST 2020

2 Tahun

1.329

1.355

2 tahun-5 tahun

-0.5

UST 2021

3 Tahun

1.307

1.34

3 tahun-5 tahun

-2

UST 2023

5 Tahun

1.325

1.36

3 bulan-10 tahun

1.5

UST 2028

10 Tahun

1.519

1.546

2 tahun-10 tahun

-19.1

Sumber: Refinitiv

 

 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.071,38 triliun SBN, atau 38,45% dari total beredar Rp 2.786 triliun berdasarkan data per 3 Februari.

Angka itu menunjukkan kepemilikan investor asing masih keluar dari pasar SUN senilai Rp 5,68 triliun sejak akhir pekan lalu sekaligus awal bulan lalu.

Sejak awal tahun ini, posisi investor asing masih positif Rp 9,52 triliun dibanding posisi akhir Desember 2019 Rp 1.061,86 triliun, tetapi persentasenya turun dari 38,57% pada periode yang sama.

Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, koreksi harga terjadi secara luas sehingga yield mayoritas obligasi negara naik.

Hal tersebut mencerminkan investor global sedang menghindari obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen positif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.

 

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 3 Feb'20 (%)

Yield 4 Feb'20 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil (BB-)

6.615

6.63

1.50

China (A+)

2.86

2.89

3.00

Jerman (AAA)

-0.436

-0.414

2.20

Prancis (AA)

-0.173

-0.153

2.00

Inggris Raya (AA)

0.514

0.555

4.10

India (BBB-)

6.503

6.504

0.10

Jepang (A)

-0.051

-0.047

0.40

Malaysia (A-)

3.14

3.135

-0.50

Filipina (BBB)

4.498

4.486

-1.20

Rusia (BBB)

6.3

6.28

-2.00

Singapura (AAA)

1.598

1.627

2.90

Thailand (BBB+)

1.3

1.34

4.00

Amerika Serikat (AAA)

1.52

1.575

5.50

Afrika Selatan (BB+)

8.905

8.91

0.50

Sumber: Refinitiv



TIM RISET CNBC INDONESIA

 

 

 


(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular