
Sudah Seminggu 'Terkapar', Rupiah Tunjukkan Tanda Kebangkitan
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 February 2020 10:17

Rupiah memang punya alasan untuk menguat. Sejak awal pekan lalu hingga kemarin, rupiah sudah melemah cukup dalam yaitu 1,29%.
Ini membuat rupiah menjadi menarik karena sudah 'murah'. Aksi borong akan mengantar rupiah keluar dari jalur merah.
Kebetulan minat pelaku pasar terhadap aset-aset berisiko juga pulih. Dini hari tadi, bursa saham New York ditutup menguat di mana indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,51%, S&P 500 terangkat 0,73%, dan Nasdaq Composite melesat 1,34%.
Kekhawatiran pasar terhadap penyebaran virus Corona memang belum sepenuhnya reda. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pada pukul 09:52 WIB, jumlah kasus Corona terus bertambah menjadi 20.588 di seluruh dunia. Sebagian besar atau 20.400 kasus terjadi di China.
Korban jiwa pun semakin banyak. Sudah ada 426 orang yang meninggal akibat virus ini, seluruhnya di Negeri Tirai Bambu.
Namun kecemasan terhadap virus Corona sudah membuat aset-aset berisiko terkoreksi dalam. Ini melahirkan peluang untuk technical rebound.
"Investor melihat lebih dari dampak negatif virus Corona. Secara historis, kejadian-kejadian seperti ini menciptakan peluang untuk aksi beli," kata Michael Arone, Chief Investment Strategist di State Street Global Advisors yang berbasis di Boston, seperti dikutip dari Reuters.
(aji/aji)
Ini membuat rupiah menjadi menarik karena sudah 'murah'. Aksi borong akan mengantar rupiah keluar dari jalur merah.
Kebetulan minat pelaku pasar terhadap aset-aset berisiko juga pulih. Dini hari tadi, bursa saham New York ditutup menguat di mana indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,51%, S&P 500 terangkat 0,73%, dan Nasdaq Composite melesat 1,34%.
Kekhawatiran pasar terhadap penyebaran virus Corona memang belum sepenuhnya reda. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pada pukul 09:52 WIB, jumlah kasus Corona terus bertambah menjadi 20.588 di seluruh dunia. Sebagian besar atau 20.400 kasus terjadi di China.
Korban jiwa pun semakin banyak. Sudah ada 426 orang yang meninggal akibat virus ini, seluruhnya di Negeri Tirai Bambu.
Namun kecemasan terhadap virus Corona sudah membuat aset-aset berisiko terkoreksi dalam. Ini melahirkan peluang untuk technical rebound.
"Investor melihat lebih dari dampak negatif virus Corona. Secara historis, kejadian-kejadian seperti ini menciptakan peluang untuk aksi beli," kata Michael Arone, Chief Investment Strategist di State Street Global Advisors yang berbasis di Boston, seperti dikutip dari Reuters.
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular