Virus Corona Belum Habiskan Keuntungan Obligasi di Januari

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
03 February 2020 21:34
Harga obligasi rupiah pemerintah kembali melemah hari ini di awal pekan dan awal bulan, meski sepanjang Januari masih positif.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali ditutup melemah hari ini di awal pekan dan awal bulan, meskipun sepanjang Januari instrumen surat utang negara (SUN) masih memberikan hasil positif.

Sejak Januari, keuntungan (return) pasar obligasi yang ditunjukkan INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menunjukkan penguatan 6 poin yaitu menjadi 275 dari 269 sepanjang bulan pertama 2020. Keuntungan masih terasa meskipun di pertengahan bulan pasar mulai terkoreksi karena virusWuhan.

Karena itu, lelang SUN yang akan digelas besok akan menjadi ujian ketahanan pasar obligasi di tengah sentimen negatif virus corona yang masih membekap pasar keuangan domestik dan global. 
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0081 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 6,2 basis poin (bps) menjadi 6,06%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

 

 

Yield Obligasi Negara Acuan 3 Feb'20

Seri

Jatuh tempo

Yield 31 Jan'20 (%)

Yield 3 Feb'20 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar PHEI 3 Feb'21 (%)

FR0081

5 tahun

6.007

6.069

6.20

6.0403

FR0082

10 tahun

6.646

6.692

4.60

6.6879

FR0080

15 tahun

7.16

7.193

3.30

7.1738

FR0083

20 tahun

7.332

7.369

3.70

7.3625

Sumber: Refinitiv

 

Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return masih melemah. Indeks tersebut turun 0,61 poin (0,22%) menjadi 275,48 dari posisi akhir pekan lalu 276,09.

Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 514 bps, melebar dari posisi akhir pekan lalu 512 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik 2,5 bps hingga 1,54% dari posisi akhir pekan lalu 1,51%.

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada yield pasangan seri 3 bulan-5 tahun dan 3 bulan-10 tahun. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

Kondisi tersebut juga mencerminkan adanya ketidak seimbangan kondisi pasar keuangan yang menyebabkan pasar antara tenor pendek dan menengah.

 

Yield US Treasury Acuan 3 Feb'20

Seri

Benchmark

Yield 31 Jan'20 (%)

Yield 3 Feb'20 (%)

Selisih (Inversi)

Satuan Inversi

UST BILL 2019

3 Bulan

1.554

1.561

3 bulan-5 tahun

20.1

UST 2020

2 Tahun

1.329

1.355

2 tahun-5 tahun

-0.5

UST 2021

3 Tahun

1.307

1.34

3 tahun-5 tahun

-2

UST 2023

5 Tahun

1.325

1.36

3 bulan-10 tahun

1.5

UST 2028

10 Tahun

1.519

1.546

2 tahun-10 tahun

-19.1

Sumber: Refinitiv

 

 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.077 triliun SBN, atau 38,65% dari total beredar Rp 2.786 triliun berdasarkan data per 31 Januari.

Angka itu menunjukkan kepemilikan investor asing masih keluar dari pasar SUN senilai Rp 14,96 triliun sejak akhir pekan sebelumnya, sedangkan sejak awal bulan dan awal tahun masih surplus Rp 15,2 triliun.

Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, koreksi harga terjadi setelah sebelumnya sempat menguat selama sepekan terakhir sehingga yield mayoritas obligasi negara naik.

Hal tersebut mencerminkan investor global sedang menghindari obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen positif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 31 Jan'20 (%)

Yield 3 Feb'20 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil (BB-)

6.69

6.7

1.00

China (A+)

2.822

2.86

3.80

Jerman (AAA)

-0.442

-0.43

1.20

Prancis (AA)

-0.182

-0.166

1.60

Inggris Raya (AA)

0.526

0.533

0.70

India (BBB-)

6.495

6.503

0.80

Jepang (A)

-0.059

-0.058

0.10

Malaysia (A-)

3.133

3.14

0.70

Filipina (BBB)

4.488

4.498

1.00

Rusia (BBB)

6.26

6.29

3.00

Singapura (AAA)

1.577

1.598

2.10

Thailand (BBB+)

1.24

1.3

6.00

Amerika Serikat (AAA)

1.519

1.544

2.50

Afrika Selatan (BB+)

8.89

8.91

2.00

Sumber: Refinitiv

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular