
Gara-gara Virus Corona, Akankah China Mengeluarkan Stimulus?
Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
01 February 2020 13:40

Beijing, CNBC Indonesia - Pemerintah China mengucurkan anggaran besar untuk membantu masyarakatnya yang terkena dampak virus corona yang muncul pada Desember di Kota Wuhan, Provinsi Hubei.
Virus corona ini telah menewaskan 259 orang dan telah menyebar ke negara dunia lainnya. Ini membuat World Health Organization (WHO) menetapkan corona virus sebagai darurat kesehatan global.
Kepala Ekonom Nomura China Ting Lu mengatakan, virus ini pun mulai mengganggu ekonomi China, meskipun belum diketahui apakah akan berdampak hingga akhir tahun ini. Oleh karenanya, ia berharap pemerintah akan melakukan kebijakan tepat agar ekonomi China tidak terdampak terlalu besar.
"Kami mengharapkan Beijing untuk memperkenalkan serangkaian langkah-langkah untuk menyediakan likuiditas dan dukungan kredit bagi ekonomi," ujarnya yang dikutip dari CNBC Internasional, Sabtu (1/2/2020).
"Namun, kami tidak berpikir langkah-langkah (kebijakan moneter dan fiskal) ini akan mengubah ekonomi dalam waktu dekat, karena wabah virus dapat semakin melemahkan permintaan domestik dan dengan demikian membuat pelonggaran kebijakan mendatang kurang efektif," katanya.
Setelah munculnya virus corona ini, China memang telah mengarantina kota Wuhan dan banyak kota lainnya yang berada disekitarnya. Langkah ini dampaknya sangat negatif, bahkan ke sektor transportasi.
Diketahui, operator transportasi udara dan darat seperti kereta api mengatakan akan mengembalikan uang tiket masyarakat yang telah dibeli untuk rencana Tahun Baru Imlek lalu. Maka dengan adanya virus corona ini, perjalanan kereta api Kamis (30/1/2020) telah turun 77,6% dari tanggal perjalanan liburan yang sama tahun lalu.
Pemerintah bahkan memperpanjang hari libur yang awalnya hingga 1 Februari menjadi 2 Februari 2020, dan bahkan ada beberapa provinsi yang meliburkan hingga 10 Februari 2020.
Kepala Ekonom Macquarie China Larry Hu mengatakan, ada tiga perbedaan utama dari dampak jangka pendek virus corona dan SARS kepada perekonomian China.
Pertama, saat ini konsumsi memainkan peran yang jauh lebih besar ke perekonomian daripada saat itu. Kedua, pasar properti sudah di bawah tekanan dan ketiga, permintaan global untuk barang-barang China juga turun.
Untuk mengembalikan perekonomian China maka pemerintah China telah mengeluarkan beberapa stimulus dalam bentuk, yakni:
1. Meluncurkan subsidi
Kementerian Keuangan China mengatakan bahwa pada pada hari Rabu, kementerian keuangan di semua tingkat pemerintahan telah mengeluarkan subsidi sebesar 27,3 miliar yuan (USS 3,94 miliar) untuk pencegahan dan pengendalian virus.
Tak hanya itu, Kementerian Keuangan dan Komisi Kesehatan Nasional juga berencana mengganti biaya pengobatan pribadi yang dikeluarkan masyarakat. Juga mensubsidi tenaga medis dan pekerja lain dalam pencegahan virus sebesar 200 yuan hingga 300 yuan setiap hari.
Pabrik di China yang memasok peralatan medis juga tetap buka untuk membantu penyediakan pasokan. Misalnya produsen pakaian pelindung masker wajah tetap buka dan ada lebih dari 200 karyawan yang bekerja seharian.
Para pekerja ini menerima gaji 200 yuan sehari, selain jumlah yang tidak ditentukan per potong, dengan subsidi pemerintah 100 yuan (US$ 14,50) per pekerja, per hari.
"Dengan kebijakan fiskal ini, kami percaya Beijing akan lebih berani pada defisit fiskal dan meningkatkan transfer pendapatan pemerintah pusat ke pemerintah lokal yang terkena dampak, terutama untuk mendukung layanan medis dan proyek-proyek yang terkait dengan produksi instrumen medis dalam waktu dekat," kata Lu.
Virus corona ini telah menewaskan 259 orang dan telah menyebar ke negara dunia lainnya. Ini membuat World Health Organization (WHO) menetapkan corona virus sebagai darurat kesehatan global.
Kepala Ekonom Nomura China Ting Lu mengatakan, virus ini pun mulai mengganggu ekonomi China, meskipun belum diketahui apakah akan berdampak hingga akhir tahun ini. Oleh karenanya, ia berharap pemerintah akan melakukan kebijakan tepat agar ekonomi China tidak terdampak terlalu besar.
"Kami mengharapkan Beijing untuk memperkenalkan serangkaian langkah-langkah untuk menyediakan likuiditas dan dukungan kredit bagi ekonomi," ujarnya yang dikutip dari CNBC Internasional, Sabtu (1/2/2020).
"Namun, kami tidak berpikir langkah-langkah (kebijakan moneter dan fiskal) ini akan mengubah ekonomi dalam waktu dekat, karena wabah virus dapat semakin melemahkan permintaan domestik dan dengan demikian membuat pelonggaran kebijakan mendatang kurang efektif," katanya.
Setelah munculnya virus corona ini, China memang telah mengarantina kota Wuhan dan banyak kota lainnya yang berada disekitarnya. Langkah ini dampaknya sangat negatif, bahkan ke sektor transportasi.
Diketahui, operator transportasi udara dan darat seperti kereta api mengatakan akan mengembalikan uang tiket masyarakat yang telah dibeli untuk rencana Tahun Baru Imlek lalu. Maka dengan adanya virus corona ini, perjalanan kereta api Kamis (30/1/2020) telah turun 77,6% dari tanggal perjalanan liburan yang sama tahun lalu.
Pemerintah bahkan memperpanjang hari libur yang awalnya hingga 1 Februari menjadi 2 Februari 2020, dan bahkan ada beberapa provinsi yang meliburkan hingga 10 Februari 2020.
Kepala Ekonom Macquarie China Larry Hu mengatakan, ada tiga perbedaan utama dari dampak jangka pendek virus corona dan SARS kepada perekonomian China.
Pertama, saat ini konsumsi memainkan peran yang jauh lebih besar ke perekonomian daripada saat itu. Kedua, pasar properti sudah di bawah tekanan dan ketiga, permintaan global untuk barang-barang China juga turun.
Untuk mengembalikan perekonomian China maka pemerintah China telah mengeluarkan beberapa stimulus dalam bentuk, yakni:
1. Meluncurkan subsidi
Kementerian Keuangan China mengatakan bahwa pada pada hari Rabu, kementerian keuangan di semua tingkat pemerintahan telah mengeluarkan subsidi sebesar 27,3 miliar yuan (USS 3,94 miliar) untuk pencegahan dan pengendalian virus.
Tak hanya itu, Kementerian Keuangan dan Komisi Kesehatan Nasional juga berencana mengganti biaya pengobatan pribadi yang dikeluarkan masyarakat. Juga mensubsidi tenaga medis dan pekerja lain dalam pencegahan virus sebesar 200 yuan hingga 300 yuan setiap hari.
Pabrik di China yang memasok peralatan medis juga tetap buka untuk membantu penyediakan pasokan. Misalnya produsen pakaian pelindung masker wajah tetap buka dan ada lebih dari 200 karyawan yang bekerja seharian.
Para pekerja ini menerima gaji 200 yuan sehari, selain jumlah yang tidak ditentukan per potong, dengan subsidi pemerintah 100 yuan (US$ 14,50) per pekerja, per hari.
"Dengan kebijakan fiskal ini, kami percaya Beijing akan lebih berani pada defisit fiskal dan meningkatkan transfer pendapatan pemerintah pusat ke pemerintah lokal yang terkena dampak, terutama untuk mendukung layanan medis dan proyek-proyek yang terkait dengan produksi instrumen medis dalam waktu dekat," kata Lu.
Next Page
Kebijakan Moneter & Tambah Utang
Pages
Most Popular