
Duh! IHSG Ambles Lagi Nih, Turun Hampir 1%
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
30 January 2020 15:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) benar-benar tak kuasa menahan tekanan jual karena investor merespons perkembangan terbaru dari wabah virus corona.
Hingga pukul 14.36 WIB, IHSG hampir terkoreksi 1%, tepatnya 0,84% ke level 6.061,75. Saham-saham dari sektor aneka industri dan pertambangan menjadi motor koreksi IHSG hari ini.
Indeks saham sektor aneka industri drop 1,91% dan indeks sektor pertambahan turun 1,18%.
Saham-saham dari jajaran LQ45 yang terkoreksi dalam dan memberikan bobot tekanan yang cukup besar di antaranya, saham PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) yang terkoreksi 4,78%, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) turun 4,27%, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) turun 3,45%, PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) turun 3,21% dan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) turun 3,07%.
Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang juga sedang ditransaksikan di zona merah. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei turun 1,72%, indeks Hang Seng jatuh 2,75%, indeks Straits Times terkoreksi 0,79%, dan indeks Kospi melemah 1,71%.
Bursa saham Benua Kuning melemah pasca The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga acuan di rentang 1,5%-1,75%, sesuai dengan konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv.
Lebih lanjut, bursa saham Asia diterpa tekanan jual seiring dengan meluasnya infeksi virus Corona. Virus Corona sendiri merupakan virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Gejala dari paparan virus Corona meliputi batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam, seperti dilansir dari CNN International.
Berpusat di China, kasus infeksi virus Corona juga dilaporkan telah terjadi di negara-negara lain. Kini, setidaknya sebanyak 18 negara telah mengonfirmasi terjadinya infeksi virus Corona di wilayah mereka.
China, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, AS, Vietnam, Prancis, Jerman, Nepal, dan Kanada termasuk ke dalam daftar negara yang sudah melaporkan infeksi virus Corona.
Melansir CNBC International, hingga hari ini sebanyak 170 orang di China telah meninggal akibat infeksi virus Corona, dengan jumlah kasus mencapai lebih dari 7.700.
Padahal hingga hari Minggu (26/1/2020), jumlahnya baru mencapai 56 orang. Ini artinya, dalam kurun waktu tiga hari jumlah korban meninggal akibat infeksi virus Corona telah bertambah tiga kali lipat lebih.
Terdapat kemungkinan bahwa infeksi virus Corona akan mewabah seperti SARS. Jika ini yang terjadi, perekonomian China bisa kian tertekan. Pasalnya, kini masyarakat China sedang merayakan hari raya Tahun Baru China atau yang dikenal dengan istilah Imlek di Indonesia.
Di China, perdagangan di bursa sahamnya sudah diliburkan mulai tanggal 24 Januari hingga 30 Januari guna memperingati Tahun Baru China.
Selama libur Tahun Baru China, masyarakat China biasanya kembali ke kampung halamannya, sama seperti yang dilakukan masyarakat Indonesia pada hari raya Idul Fitri. Dalam periode tersebut, konsumsi masyarakat China biasanya akan meningkat drastis.
Pemerintah China sendiri memperkirakan akan ada sebanyak tiga miliar perjalanan pada Tahun Baru China kali ini, naik dibandingkan tahun lalu yaitu 2,99 miliar perjalanan. Dari tiga miliar perjalanan tersebut, 2,43 miliar diperkirakan ditempuh dengan mobil, 440 juta dengan kereta api, 79 juta dengan pesawat terbang, dan 45 juta dengan kapal laut.
Pada akhir 2002 hingga tahun 2003 kala wabah SARS merebak di China, laju pertumbuhan ekonominya jelas tertekan. Pada kuartal III-2002, perekonomian China tercatat tumbuh sebesar 9,6% secara tahunan, mengutip data dari Refinitiv. Pada kuartal IV-2002 kala wabah SARS mulai merebak, pertumbuhannya melemah menjadi 9,1% saja.
(hps/tas) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Hingga pukul 14.36 WIB, IHSG hampir terkoreksi 1%, tepatnya 0,84% ke level 6.061,75. Saham-saham dari sektor aneka industri dan pertambangan menjadi motor koreksi IHSG hari ini.
Indeks saham sektor aneka industri drop 1,91% dan indeks sektor pertambahan turun 1,18%.
Bursa saham Benua Kuning melemah pasca The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga acuan di rentang 1,5%-1,75%, sesuai dengan konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv.
Lebih lanjut, bursa saham Asia diterpa tekanan jual seiring dengan meluasnya infeksi virus Corona. Virus Corona sendiri merupakan virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Gejala dari paparan virus Corona meliputi batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam, seperti dilansir dari CNN International.
Berpusat di China, kasus infeksi virus Corona juga dilaporkan telah terjadi di negara-negara lain. Kini, setidaknya sebanyak 18 negara telah mengonfirmasi terjadinya infeksi virus Corona di wilayah mereka.
China, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, AS, Vietnam, Prancis, Jerman, Nepal, dan Kanada termasuk ke dalam daftar negara yang sudah melaporkan infeksi virus Corona.
Melansir CNBC International, hingga hari ini sebanyak 170 orang di China telah meninggal akibat infeksi virus Corona, dengan jumlah kasus mencapai lebih dari 7.700.
Padahal hingga hari Minggu (26/1/2020), jumlahnya baru mencapai 56 orang. Ini artinya, dalam kurun waktu tiga hari jumlah korban meninggal akibat infeksi virus Corona telah bertambah tiga kali lipat lebih.
Terdapat kemungkinan bahwa infeksi virus Corona akan mewabah seperti SARS. Jika ini yang terjadi, perekonomian China bisa kian tertekan. Pasalnya, kini masyarakat China sedang merayakan hari raya Tahun Baru China atau yang dikenal dengan istilah Imlek di Indonesia.
Di China, perdagangan di bursa sahamnya sudah diliburkan mulai tanggal 24 Januari hingga 30 Januari guna memperingati Tahun Baru China.
Selama libur Tahun Baru China, masyarakat China biasanya kembali ke kampung halamannya, sama seperti yang dilakukan masyarakat Indonesia pada hari raya Idul Fitri. Dalam periode tersebut, konsumsi masyarakat China biasanya akan meningkat drastis.
Pemerintah China sendiri memperkirakan akan ada sebanyak tiga miliar perjalanan pada Tahun Baru China kali ini, naik dibandingkan tahun lalu yaitu 2,99 miliar perjalanan. Dari tiga miliar perjalanan tersebut, 2,43 miliar diperkirakan ditempuh dengan mobil, 440 juta dengan kereta api, 79 juta dengan pesawat terbang, dan 45 juta dengan kapal laut.
Pada akhir 2002 hingga tahun 2003 kala wabah SARS merebak di China, laju pertumbuhan ekonominya jelas tertekan. Pada kuartal III-2002, perekonomian China tercatat tumbuh sebesar 9,6% secara tahunan, mengutip data dari Refinitiv. Pada kuartal IV-2002 kala wabah SARS mulai merebak, pertumbuhannya melemah menjadi 9,1% saja.
(hps/tas) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Most Popular