
Darurat Corona, Dolar Singapura Akhirnya ke Bawah Rp 10.000
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 January 2020 10:57

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar dolar Australia kembali melemah melawan rupiah di awal perdagangan Kamis (30/1/2020) hingga menembus ke bawah Rp 10.000/SG$.
Dolar Singapura sempat melemah 0,23% ke level Rp 9.983,14/SG$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang terendah sejak 22 November 2020. Menjelang tengah hari, mata uang Negeri Merlion ini berhasil memperbaiki posisinya, pada pukul 10:20 WIB, SG$ 1 setara dengan Rp 10.009,54, menguat tipis 0,03%.
Penyebaran virus corona yang diprediksi berdampak lebih besar daripada Sindrom Pernapasan Akut Berat (Severe Acute Respiratory Syndrome/SARS) pada ekonomi China dikhawatirkan akan berdampak buruk juga bagi Singapura.
Perang dagang China dengan Amerika Serikat (AS) menjadi bukti bagaimana pelambatan ekonomi China pada tahun lalu berdampak pada pelambatan ekonomi Singapura, bahkan sempat terancam mengalami resesi.
"Pasti akan ada dampak ke kami, khususnya untuk ekonomi, bisnis, dan kepercayaan konsumen di tahun ini," kata Menteri Perdagangan dan Industri Singapura, Chan Chun Sing, dilansir dari Reuters, Senin (27/1/2020).
Jumlah korban meninggal maupun yang terjangkit virus corona masih terus bertambah. Mengutip CNBC International, di China sebanyak 170 orang meninggal dan menjangkiti lebih dari 7.700 orang.
Jumlah kasus virus corona di China kini melebihi wabah Sindrom Pernapasan Akut Berat (Severe Acute Respiratory Syndrome/SARS) pada 2002-2003 lalu sebanyak 5.327 kasus. Dampaknya ke perekonomian terbesar kedua I dunia tersebut juga diprediksi lebih besar.
"Kami percaya dampak ekonomi dari virus corona akan lebih besar jika dibandingkan dengan SARS" kata analis dari Nomura, sebagaimana dilansir Reuters.
Menurun Nomura, saat terjadi SARS produk domestic bruto (PDB) China turun 2% di kuartal II-2003 dari kuartal sebelumnya.
"Berdasarkan asumsi kami, pertumbuhan PDB riil China di kuartal I-2020 bisa turun dari 6% yang dicatat pada kuartal IV-2019, dalam skala kemungkinan penurunannya lebih besar dari 2% yang dibukukan saat wabah SARS 2003" tambahnya.
Meski demikian analis dari Nomura tersebut menyakini pelambatan tersebut hanya sementara.
Selain Nomura, hasil riset S&P menunjukkan virus corona akan memangkas pertumbuhan ekonomi China sebesar 1,2%.
Akibat prediksi tersebut, dolar Singapura yang sudah turun tajam melawan rupiah semakin tertekan, Sejak awal tahun hingga Rabu kemarin dolar Singapura sudah melemah lebih dari 3% melawan Mata Uang Garuda.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah
Dolar Singapura sempat melemah 0,23% ke level Rp 9.983,14/SG$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang terendah sejak 22 November 2020. Menjelang tengah hari, mata uang Negeri Merlion ini berhasil memperbaiki posisinya, pada pukul 10:20 WIB, SG$ 1 setara dengan Rp 10.009,54, menguat tipis 0,03%.
Penyebaran virus corona yang diprediksi berdampak lebih besar daripada Sindrom Pernapasan Akut Berat (Severe Acute Respiratory Syndrome/SARS) pada ekonomi China dikhawatirkan akan berdampak buruk juga bagi Singapura.
Perang dagang China dengan Amerika Serikat (AS) menjadi bukti bagaimana pelambatan ekonomi China pada tahun lalu berdampak pada pelambatan ekonomi Singapura, bahkan sempat terancam mengalami resesi.
"Pasti akan ada dampak ke kami, khususnya untuk ekonomi, bisnis, dan kepercayaan konsumen di tahun ini," kata Menteri Perdagangan dan Industri Singapura, Chan Chun Sing, dilansir dari Reuters, Senin (27/1/2020).
Jumlah korban meninggal maupun yang terjangkit virus corona masih terus bertambah. Mengutip CNBC International, di China sebanyak 170 orang meninggal dan menjangkiti lebih dari 7.700 orang.
Jumlah kasus virus corona di China kini melebihi wabah Sindrom Pernapasan Akut Berat (Severe Acute Respiratory Syndrome/SARS) pada 2002-2003 lalu sebanyak 5.327 kasus. Dampaknya ke perekonomian terbesar kedua I dunia tersebut juga diprediksi lebih besar.
"Kami percaya dampak ekonomi dari virus corona akan lebih besar jika dibandingkan dengan SARS" kata analis dari Nomura, sebagaimana dilansir Reuters.
Menurun Nomura, saat terjadi SARS produk domestic bruto (PDB) China turun 2% di kuartal II-2003 dari kuartal sebelumnya.
"Berdasarkan asumsi kami, pertumbuhan PDB riil China di kuartal I-2020 bisa turun dari 6% yang dicatat pada kuartal IV-2019, dalam skala kemungkinan penurunannya lebih besar dari 2% yang dibukukan saat wabah SARS 2003" tambahnya.
Meski demikian analis dari Nomura tersebut menyakini pelambatan tersebut hanya sementara.
Selain Nomura, hasil riset S&P menunjukkan virus corona akan memangkas pertumbuhan ekonomi China sebesar 1,2%.
Akibat prediksi tersebut, dolar Singapura yang sudah turun tajam melawan rupiah semakin tertekan, Sejak awal tahun hingga Rabu kemarin dolar Singapura sudah melemah lebih dari 3% melawan Mata Uang Garuda.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular