Virus Corona Meradang, Waspadai Tekanan IHSG

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
30 January 2020 08:48
Pemerintah China mengumumkan, sebanyak 132 orang meninggal dunia akibat virus mematikan ini.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Laju Indeks Harga Saham Gabungan pada perdagangan Kamis (30/1/2020) masih rentan menghadapi tekanan dari dampak menyebarnya virus korona. Dalam sehari, pejabat kesehatan China mengatakan ada 38 orang lagi di China yang meninggal akibat wabah virus corona yang mematikan.

Ini menjadikan total korban meninggal akibat virus yang berasal dari kota Wuhan ini mencapai 170 orang per Kamis pagi (30/1/2020). Sementara itu, jumlah korban terjangkit virus ini sudah mencapai 7.711 kasus, bertambah sebanyak 1.737 kasus baru dalam sehari.

Rabu kemarin, IHSG ditutup menguat 0,03% ke level 6.113,05. Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,71%, indeks Straits Times menguat 0,03%, dan indeks Kospi bertambah 0,39%.

PT Valbury Sekuritas mencermati, virus korona menimbulkan pesimisme yang menggulung ekonomi pada Januari. Artinya, pertumbuhan ekonomi Cina kehilangan momentum karena di tengah perayaan Chinese New Year yang bahkan liburnya diperpanjang sampai early Februari.

Kejadian ini berkaca pada virus SARS yang sempat merebak di tahun 2003 yang berasal dari Provinsi Guangdong. SARS terjadi di satu kuartal pertama dan berpengaruh terhadap perekonomian Cina di dua kuartal berikutnya.

"Diperkirakan sentimen virus Corona masih mendominasi bagi pasar saham global dan kembali dapat menjadi salah satu faktor tekanan bagi IHSG hari ini," tulis Valbury, Kamis (30/1/2020).

Dari domestik, Valbury menyoroti data realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) sepanjang kuartal IV 2019 sebesar Rp 423,1 triliun. Nilai ini meleset dari target tahun lalu yang mencapai 87,5% dari Rp 483,7 triliun.

Selama 2019, Singapura masih menjadi negara asal investasi terbesar di Indonesia. tercatat menanam dananya sebesar US$ 6,5 miliar atau 23,1% dari keseluruhan investasi. Selanjutnya, Cina sebesar US$ 4,7 miliar atau mencapai 16,8%, Jepang US$ 4,3 miliar atau 15,3%, Hong Kong US$ 2,9 miliar atau 10,2%, dan Belanda US$ 2,6 miliar sebesar 9,2%.

Dengan demikian, Valbury memproyeksikan, IHSG akan melaju di kisaran support 6.093/6.073/6.043 dan resistance 6.143/6.173/6.193.

Sementara itu, Panin Sekuritas, dalam riset hariannya menerangkan, dari indikator yang ada sudah menunjukkan bahwa IHSG sudah oversold maka potensi rebound masih terbuka dengan target masih pada level 6.131.

"Sejauh ini sentimen eksternal masih dari pergerakan bursa Asia. IHSG berpotensi bergerak cenderung menguat dalam kisaran 6.100 - 6.131," tulis Panin Sekuritas.

Indosurya Sekuritas menjelaskan, saat ini IHSG terlihat sedang melewati rentang konsolidasi wajar sebelum dapat melanjutkan kenaikannya, support level masih tampak cukup kuat dan tahan uji.

"Momentum koreksi wajar masih dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan akumulasi pembelian dengan target jangka menengah hingga panjang," tandas Indosurya.
(hps/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular