
Corona Dituding 'Senjata Biologis', Kewaspadaan Kudu Dijaga!
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
29 January 2020 09:27

Untuk perdagangan hari ini, pelaku pasar perlu mencermati tiga sentimen utama. Pertama, Wall Street sebagai kiblat pasar saham dunia yang ditutup menghijau. Hal ini diharapkan jadi sinyal positif untuk bursa kawasan Asia yang akan memulai perdagangan hari ini.
Kedua, pelaku pasar masih perlu mencermati perkembangan kasus merebaknya virus corona yang akhir-akhir ini menggemparkan dunia. Virus penyebab pneumonia ini masih satu jenis dengan virus penyebab wabah SARS pada 2003.
Walau tingkat mortalitas yang diakibatkan oleh virus ini lebih rendah dari SARS, tetapi virus ini menyebar dengan sangat cepat. Dalam waktu kurang dari satu bulan virus ini telah menjangkiti ribuan orang.
Menurut data pemetaan spasial ArcGis oleh John Hopkins CSSE, hingga pagi ini jumlah kasus bertambah menjadi 4.960. Jumlah penderita yang dikabarkan meninggal ada 106 orang dan yang dinyatakan pulih ada 79 orang.
Mayoritas kasus ditemukan di China. Jumlahnya mencapai 4.610 kasus. Sementara untuk kasus di luar China jumlahnya bertambah menjadi 80 kasus dibanding kemarin yang hanya 61 kasus.
Di luar China, virus ini sudah menjangkiti beberapa negara Asia lain seperti Thailand (14 kasus), Hong Kong (8 kasus), Taiwan (8 kasus), Jepang dan Makao masing-masing 7 kasus, Singapura (7 kasus), Malaysia dan Korea Selatan masing-masing 4 kasus, Vietnam (2 kasus) serta Kamboja, Nepal dan Sri Lanka yang masing-masing tercatat melaporkan satu kasus.
Kemarin, pimpinan WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus bertemu dengan Presiden Xi Jinping beserta pemerintah China lainnya membahas upaya penanganan virus corona baru ini. WHO saat ini telah mengirim para peneliti dan ahli kesehatan untuk membantu China melawan serangan virus corona.
“Menghentikan penyebaran virus ini di China dan secara global merupakan prioritas utama WHO” kata pimpinan WHO itu. “Kami sangat mengapresiasi keseriusan pemerintah China dalam menangani masalah ini, termasuk transparansi data mengenai sekuens genetik dari virus ini” tambahnya, melansir CNBC Internasional.
Sementara itu, Center for Disease Control and Prevention (CDC) AS mewanti-wanti warganya untuk tidak bepergian ke China. Padahal sebelumnya peringatan ini hanya ditujukan untuk orang yang akan bepergian ke Wuhan saja. Di saat yang sama AS juga meningkatkan screening di fasilitas transportasinya. Screening sebelumnya dilakukan di 5 bandara kini menjadi 20 bandara.
Virus ini bahkan dituding sebagai senjata biologis. Hal itu diungkapkan oleh seorang berkebangsaan Israel yang juga mantan intel militer Israel, Dany Shoham. Shoham yang seorang mantan perwira intelijen Israel malah mengklaim virus corona berasal dari dua laboratorium yang terhubung dengan program "bio-warfare " di Wuhan.
Ia menuding corona sebenarnya "senjata biologis" China. "Laboratorium tertentu di lembaga ini mungkin terlibat, dalam hal penelitian dan pengembangan (corona), ini (senjata biologis) China," kata Shoham kepada The Washington Times, Jumat (24/1/2020). Shoham mengatakan penelitian pada senjata biologis merupakan bagian dari penelitian sipil-militer yang bersifat sangat rahasia dilakukan China.
Terlepas dari benar atau tidaknya kabar ini pelaku pasar masih perlu mencermati dampaknya terhadap pasar dan aktivitas perekonomian. Bagaimanapun juga akibat penyebaran virus ini yang sangat cepat, akses terhadap transportasi umum di berbagai kota di China dibatasi.
Fasilitas stasiun dan bandara ditutup. Saat ini ada lebih dari 30 juta warga China dalam karantina. Jika ini terus berlarut-larut, maka dampak terhadap ekonominya juga makin terasa terutama untuk sektor jasa seperti transportasi dan pariwisata.
Selain dua sentimen di atas, sentimen lain yang perlu dicermati datang dari dalam negeri. Hari ini, BKPM akan merilis data realisasi investasi kuartal IV 2019 pada pukul 13.00 WIB. Hingga kuartal ketiga realisasi investasi yang tercatat jumlahnya mencapai Rp 601,3 triliun.
Pada kuartal III-2019 nilai realisasi investasi asing mencapai Rp 105 triliun atau naik 17,8% dibanding periode yang sama tahun lalu. Menarik minat investasi merupakan salah satu agenda besar pemerintah.
Untuk mewujudkan cita-cita besar Indonesia 2045 sebagai salah ekonomi terbesar di dunia, pemerintah harus menggenjot pertumbuhan ekonomi di angka 6% per tahun. Realitanya, dalam lima tahun terakhir ekonomi RI hanya tumbuh mentok di angka 5%.
Salah satu cara menggenjot pertumbuhan ekonomi adalah dengan investasi baik yang sifatnya asing (FDI) maupun domestik (DDI). Saat ini pemerintah tengah menggodok UU sapu jagad yang dinamai Cipta Lapangan Kerja dengan metode omnibus.
Terlepas dari pro dan kontranya, Trading Economics memperkirakan realisasi investasi asing RI di kuartal IV 2019 tumbuh 9,5% (yoy). Jika realisasi investasi asing di kuartal IV tahun lalu tumbuh signifikan, maka hal ini akan jadi kabar yang bagus untuk pasar. (twg)
Kedua, pelaku pasar masih perlu mencermati perkembangan kasus merebaknya virus corona yang akhir-akhir ini menggemparkan dunia. Virus penyebab pneumonia ini masih satu jenis dengan virus penyebab wabah SARS pada 2003.
Walau tingkat mortalitas yang diakibatkan oleh virus ini lebih rendah dari SARS, tetapi virus ini menyebar dengan sangat cepat. Dalam waktu kurang dari satu bulan virus ini telah menjangkiti ribuan orang.
Mayoritas kasus ditemukan di China. Jumlahnya mencapai 4.610 kasus. Sementara untuk kasus di luar China jumlahnya bertambah menjadi 80 kasus dibanding kemarin yang hanya 61 kasus.
Di luar China, virus ini sudah menjangkiti beberapa negara Asia lain seperti Thailand (14 kasus), Hong Kong (8 kasus), Taiwan (8 kasus), Jepang dan Makao masing-masing 7 kasus, Singapura (7 kasus), Malaysia dan Korea Selatan masing-masing 4 kasus, Vietnam (2 kasus) serta Kamboja, Nepal dan Sri Lanka yang masing-masing tercatat melaporkan satu kasus.
Kemarin, pimpinan WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus bertemu dengan Presiden Xi Jinping beserta pemerintah China lainnya membahas upaya penanganan virus corona baru ini. WHO saat ini telah mengirim para peneliti dan ahli kesehatan untuk membantu China melawan serangan virus corona.
“Menghentikan penyebaran virus ini di China dan secara global merupakan prioritas utama WHO” kata pimpinan WHO itu. “Kami sangat mengapresiasi keseriusan pemerintah China dalam menangani masalah ini, termasuk transparansi data mengenai sekuens genetik dari virus ini” tambahnya, melansir CNBC Internasional.
Sementara itu, Center for Disease Control and Prevention (CDC) AS mewanti-wanti warganya untuk tidak bepergian ke China. Padahal sebelumnya peringatan ini hanya ditujukan untuk orang yang akan bepergian ke Wuhan saja. Di saat yang sama AS juga meningkatkan screening di fasilitas transportasinya. Screening sebelumnya dilakukan di 5 bandara kini menjadi 20 bandara.
Virus ini bahkan dituding sebagai senjata biologis. Hal itu diungkapkan oleh seorang berkebangsaan Israel yang juga mantan intel militer Israel, Dany Shoham. Shoham yang seorang mantan perwira intelijen Israel malah mengklaim virus corona berasal dari dua laboratorium yang terhubung dengan program "bio-warfare " di Wuhan.
Ia menuding corona sebenarnya "senjata biologis" China. "Laboratorium tertentu di lembaga ini mungkin terlibat, dalam hal penelitian dan pengembangan (corona), ini (senjata biologis) China," kata Shoham kepada The Washington Times, Jumat (24/1/2020). Shoham mengatakan penelitian pada senjata biologis merupakan bagian dari penelitian sipil-militer yang bersifat sangat rahasia dilakukan China.
Terlepas dari benar atau tidaknya kabar ini pelaku pasar masih perlu mencermati dampaknya terhadap pasar dan aktivitas perekonomian. Bagaimanapun juga akibat penyebaran virus ini yang sangat cepat, akses terhadap transportasi umum di berbagai kota di China dibatasi.
Fasilitas stasiun dan bandara ditutup. Saat ini ada lebih dari 30 juta warga China dalam karantina. Jika ini terus berlarut-larut, maka dampak terhadap ekonominya juga makin terasa terutama untuk sektor jasa seperti transportasi dan pariwisata.
Selain dua sentimen di atas, sentimen lain yang perlu dicermati datang dari dalam negeri. Hari ini, BKPM akan merilis data realisasi investasi kuartal IV 2019 pada pukul 13.00 WIB. Hingga kuartal ketiga realisasi investasi yang tercatat jumlahnya mencapai Rp 601,3 triliun.
Pada kuartal III-2019 nilai realisasi investasi asing mencapai Rp 105 triliun atau naik 17,8% dibanding periode yang sama tahun lalu. Menarik minat investasi merupakan salah satu agenda besar pemerintah.
Untuk mewujudkan cita-cita besar Indonesia 2045 sebagai salah ekonomi terbesar di dunia, pemerintah harus menggenjot pertumbuhan ekonomi di angka 6% per tahun. Realitanya, dalam lima tahun terakhir ekonomi RI hanya tumbuh mentok di angka 5%.
Salah satu cara menggenjot pertumbuhan ekonomi adalah dengan investasi baik yang sifatnya asing (FDI) maupun domestik (DDI). Saat ini pemerintah tengah menggodok UU sapu jagad yang dinamai Cipta Lapangan Kerja dengan metode omnibus.
Terlepas dari pro dan kontranya, Trading Economics memperkirakan realisasi investasi asing RI di kuartal IV 2019 tumbuh 9,5% (yoy). Jika realisasi investasi asing di kuartal IV tahun lalu tumbuh signifikan, maka hal ini akan jadi kabar yang bagus untuk pasar. (twg)
Next Page
Simak Data dan Agenda Berikut
Pages
Most Popular