
IHSG Loyo, 12 Saham Liquid Ambles ke Level Terendah 2020

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak 12 saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami penurunan tajam ke level terendah pada tahun ini setelah ditutup pada perdagangan Senin kemarin (27/1/2020), dibandingkan dengan posisi perdagangan di awal Januari 2020 atau year to date.
Pelemahan ke-12 saham tersebut seiring dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang minus 2,64% secara year to date. Adapun Senin kemarin, IHSG ditutup 1,78% di level 6.133,21. Nilai transaksi harian kemarin hanya mencapai Rp 4,94 triliun.
Data perdagangan mencatat ke-12 saham emiten tersebut yakni:
NO | Emiten | Harga 27 Jan (Rp) | Harga 2 Jan (Rp) | % |
1 | Sentul City/BKSL | 65 | 83 | -23,53 |
2 | Bumi Resources/BUMI | 51 | 66 | -22,73 |
3 | Medco Energi/MEDC | 675 | 835 | -21,97 |
4 | Eagle High/BWPT | 125 | 153 | -20,38 |
5 | Adaro/ADRO | 1.295 | 1.495 | -16,72 |
6 | PGN/PGAS | 1.815 | 2.140 | -16,36 |
7 | Smartfren/FREN | 116 | 136 | -15,94 |
8 | Bukit Asam/PTBA | 2.240 | 2.630 | -15,79 |
9 | Waskita/WSKT | 1.250 | 1.505 | -15,82 |
10 | Antam/ANTM | 750 | 840 | -10,71 |
11 | PT PP/PTPP | 1.420 | 1.610 | -10,41 |
12 | United Tractors/UNTR | 19.925 | 21.500 | -7,43 |
Sumber: BEI, per 27 Januari 2020
Data perdagangan mencatat, beberapa di antara emiten tersebut yakni Sentul City yang minus 23,53%. Bahkan dalam sehari kemarin, saham BKSL minus 8,45% dan setahun terakhir ambles 43%. Padahal saham BKSL sempet menyentuh tertinggi tahun ini Rp 85/saham pada 13 Januari lalu.
Saham Medco juga melorot dari level tertinggi tahun ini Rp 915/saham pada 8 Januari lalu.
Sementara saham Waskita juga terjerembab dari level tertinggi tahun ini Rp 1.543/saham yang dicapai pada 3 Januari lalu. Tahun lalu, saham WSKT sempat cetak level tinggi Rp 2.180/saham pada 17 Juli 2019.
Dari 12 emiten tersebut, 7 di antaranya masuk Indeks LQ45 periode Februari-Juli 2020 yakni ADRO, ANTM, PGAS, PTBA, PTPP, UNTR, dan WSKT. Sementara 5 lainnya juga masuk Indeks SMC Composite yakni BKSL, BUMI, BWPT, FREN, dan MEDC
Hans Kwee, Direktur PT Anugerah Mega Investama, menilai pembubaran reksa dana menjadi sentimen negatif bagi IHSG dalam beberapa pekan terakhir di tengah optimisme penandatangan fase satu perang dagang AS-China, IHSG justru beberapa kali mengalami tekanan turun.
Ketika Dow Jones membuat rekor kenaikan baru di bursa Wall Street, IHSG masih tertekan akibat aksi jual reksa dana yang dibubarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Beberapa saham blue chip atau saham unggulan yang ada di dalam list produk yang dibubarkan telah mengalami tekanan jual.
"Lebih dari 35 reksa dana yang NAB-nya turun lebih dari 50% ketika melakukan rebalancing untuk mengembalikan dana nasabah juga pasti akan menekan indeks ke depannya. Belum lagi pembekuan 800 rekening nasabah kami perkirakan akan menimbulkan sentiment negative di pasar," kata Hans, dalam keterangannya, dikutip CNBC Indonesia, Selasa (28/1/2020).
Analis Bahana Sekuritas Muhammad Wafi mengatakan kendati IHSG masih mengalami tekanan akibat kondisi pasar keuangan di dalam negeri dan juga tekanan dari pasar global, dalam sepekan ini, Bahana Sekuritas memperkirakan indeks masih akan bergerak terbatas menanti sentimen dari laporan keuangan 2019, yang masih akan dirilis oleh emiten.
Isu geopolitikal khususnya penyebaran virus corona yang sudah menyebar ke 13 negara hingga Minggu kemarin, juga menjadi pemicu pergerakan indeks yang terbatas karena sejumlah investor masih mengamati penyebaran virus ini di Indonesia.
''Sejumlah emiten masih akan melaporkan kinerja keuangan pada kuartal empat dan keseluruhan 2019, hal ini membuat investor wait and see untuk masuk, selain kekhawatiran akan penyebaran virus corona,'' papar Wafi.
"Bila melihat pola-pola akumulasi dari investor asing serta indikator-indikator teknikal yang masih positif, beberapa saham di atas cukup layak untuk diperhatikan."
(tas/sef) Next Article 27 Saham Blue Chip Menguat Tahun Ini, Siapa yang Tertinggal?
