Mata Uang Eropa Masih Kalem Hadapi Isu Virus Corona

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 January 2020 21:22
Penyebaran virus corona menjadi isu utama yang mempengaruhi pergerakan pasar pada hari ini.
Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Eropa bergerak variatif melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (27/1/2020), tidak seperti mata uang utama Asia yang berguguran. Pada pukul 20:27 WIB euro stagnan di level US$ 1,1025, poundsterling melemah tipis di level US$ 1,3064. Sementara franc menguat 0,2% ke level 0,9692/US$.

Penyebaran virus corona menjadi isu utama yang mempengaruhi pergerakan pasar pada hari ini. Mengutip CNBC International, 81 orang meninggal, 461 orang kritis, dan 2.800 orang positif terjangkiti. Angka tersebut meningkat signifikan dibandingkan Jumat lalu, di mana dilaporkan 26 orang meninggal dan hanya 800 orang yang terjangkit.

Selain China yang merupakan asal virus corona, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Vietnam Singapura, Nepal Prancis, Australia, Amerika Serikat (AS), dan Kanada merupakan negara-negara yang sudah mengindentifikasi kasus yang sama. Semua pasien tersebut pernah berpergian atau datang dari China.



Wuhan merupakan asal virus corona, pemerintah Beijing telah mengisolasi kota dengan jumlah penduduk sekitar 11 juta orang tersebut. Jumlah korban meninggal yang bertambah banyak dalam waktu singkat, serta penyebarannya ke berbagai negara mencemaskan pelaku pasar yang khawatir dampaknya akan buruk bagi perekonomian China.

Ketika perekonomian China memburuk, maka kondisi ekonomi global turut menurun karena China merupakan negara dengan nilai ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS. Hal tersebut tentunya memicu kecemasan pelaku pasar yang membuat aset-aset berisiko berguguran, sementara aset-aset safe haven menguat.



Yen Jepang, franc Swiss, dan dolar AS merupakan mata uang yang dianggap safe haven, maka wajar jika ketiga mata uang tersebut menguat. Kecuali melawan yen, dolar AS berjaya di Asia pada hari ini. Sementara melawan mata uang Eropa, dolar AS masih belum begitu perkasa, bahkan melemah melawan franc.

Sementara itu dari Jerman, indeks keyakinan dunia usaha dilaporkan menurun oleh institusi Ifo. Angka indeks di bulan Januari dilaporkan sebesar 95,9 turun dari bulan Desember 2019 sebesar 96,3 sekaligus mematahkan prediksi Reuters sebesar 97.

Data tersebut menunjukkan dunia usaha di Jerman kurang optimistis terhadap ekonomi Negeri Panser dalam enam bulan ke depan. Dampaknya, kurs euro sempat melemah melawan dolar AS pada hari ini sebelum akhirnya stagnan.

Sementara itu, poundsterling melemah akibat bank sentral Inggris yang diprediksi akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Klaim Pengangguran AS Melonjak Lagi, Dolar Mulai Tertekan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular