Penggerak Pasar Pekan Depan: Virus Corona Hingga The Fed

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 January 2020 17:10
The Fed dan Brexit Jadi Perhatian Pasar
Foto: Shanghai Disney Resort yang ditutup karena ancaman virus Corona di China (AP Photo/Fu Ting)
Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (30/1/2020) dini hari. Pada akhir tahun 2019 lalu, The Fed menyatakan tidak akan menaikkan suku bunga di tahun ini. Pernyataan tersebut memberi angin segar bagi pasar finansial Indonesia. 

Jika Ketua The Fed, Jerome Powell, kembali menegaskan sikap tersebut atau bahkan memberikan sinyal suku bunga akan kembali diturunkan, pasar dalam negeri akan kembali ceria. Indeks Harga Saham Gabungan, rupiah, hingga obligasi berpeluang ke zona hijau. 

Selain itu, data-data ekonomi dari ekstenal akan mempengaruhi sentimen pelaku pasar. 

AS akan melaporkan data pembacaan pertama pertumbuhan ekomomi kuartal IV-2019 pada Kamis pekan depan. Hasil survei polling Reuters menunjukkan, ekonomi Paman Sam diprediksi tumbuh 2,1% secara kuartalan yang disetahunkan, sama dengan pertumbuhan kuartal sebelumnya. 

Kemudian China merilis data purchasing managers' index (PMI) manufaktur dan jasa di hari Jumat. 

Sektor manufaktur China sudah menunjukkan ekspansi dua bulan beruntun, sementara sektor jasa memang sedang menunjukkan ekspansi yang berkelanjutan. 



Data PMI tersebut bisa memberikan gambaran awal sebesapa parah virus corona mengganggu perekonomian China. Pariwisata yang temasuk dalam sektor jasa tentunya akan terpukul akibat banyaknya wisatawan yang membatalkan perjalan ke Negeri Tiongkok. 

Penurunan drastis dua data PMI tersebut dapat memperburuk sentimen pelaku pasar di perdagangan terakhir pekan depan. 

Selain itu di hari Jumat, Inggris akan resmi bercerai dengan Uni Eropa (UE) pada pukul 23:00 GMT, atau saat pasar dalam negeri sudah ditutup. Meski demikian, pelaku pasar tentunya akan bereaksi sejak awal pekan ini. 

Sejauh ini reaksi pasar masih positif yang tercermin dari penguatan bursa saham Inggris. Kesiapan pelaku pasar menghadapai Brexit juga terlihat dari masuknya aliran modal ke saham dan reksa dana di Inggris. Berdasarkan data EPRF Global, sejak Partai Konservatif memenangi Pemilu bulan lalu, aliran modal yang masuk ke saham dan reksa dana sebesar US$ 1,9 miliar, sebagaimana dilansir Bloomberg. 

Bisa dikatakan dengan resminya Inggris keluar dari UE atau yang dikenal dengan Brexit, satu lagi ketidakpastian sudah hilang dari pasar. Hal yang lebih penting untuk diperhatikan adalah bagaimana Inggris akan mencapai kesepakatan dagang dengan UE.
 
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular