
Nggak Ada Matinya, Rupiah Jawara Asia!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 January 2020 11:02

Performa rupiah memang luar biasa. Tahun lalu, rupiah menguat hampir 3,5% di hadapan dolar AS. Keperkasaan rupiah berlanjut tahun ini, di mana secara year-to-date terjadi apresiasi 1,95%. Rupiah masih berstatus sebagai mata uang terbaik dunia.
Helmi Arman, Ekonom Citi, penguatan rupiah disebabkan oleh derasnya arus modal ke pasar keuangan Indonesia. Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 2,56 triliun secara year-to-date.
Sementara di pasar obligasi pemerintah, investor asing memegang Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp 1.084,31 triliun. Bertambah Rp 2245 triliun (2,11%) dibandingkan posisi akhir tahun lalu.
"Permintaan valas korporasi juga masih sedikit karena baru awal tahun. Oleh karena itu, para pengambil kebijakan untuk saat ini boleh tenang dan Bank Indonesia (BI) tidak perlu melakukan intervensi yang belebihan," kata Helmi dalam risetnya.
Penguatan rupiah, lanjut Helmi, akan berdampak positif terhadap perekonomian nasional. Laju pertumbuhan ekonomi domestik yang masih lemah membutuhkan suntikan 'adrenalin' dan itu bisa datang dari investasi.
Dengan apresiasi rupiah, maka impor bahan baku/penolong dan barang modal akan lebih murah. Impor barang jenis ini akan meningkatkan investasi dan produktivitas sehingga pada gilirannya mendorong pertumbuhan ekonomi.
Akan tetapi, Helmi memperkirakan bahwa keperkasaan rupiah akan mulai memudar pada kuartal II-2019. Saat itu, kebutuhan valas korporasi mulai tinggi seiring aktivitas ekonomi yang sudah 'panas'.
"Belum lagi ada musim pembayaran dividen. Jadi ada alasan untuk waspada pada kuartal II," sebutnya.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
![]() |
Helmi Arman, Ekonom Citi, penguatan rupiah disebabkan oleh derasnya arus modal ke pasar keuangan Indonesia. Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 2,56 triliun secara year-to-date.
Sementara di pasar obligasi pemerintah, investor asing memegang Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp 1.084,31 triliun. Bertambah Rp 2245 triliun (2,11%) dibandingkan posisi akhir tahun lalu.
Penguatan rupiah, lanjut Helmi, akan berdampak positif terhadap perekonomian nasional. Laju pertumbuhan ekonomi domestik yang masih lemah membutuhkan suntikan 'adrenalin' dan itu bisa datang dari investasi.
Dengan apresiasi rupiah, maka impor bahan baku/penolong dan barang modal akan lebih murah. Impor barang jenis ini akan meningkatkan investasi dan produktivitas sehingga pada gilirannya mendorong pertumbuhan ekonomi.
Akan tetapi, Helmi memperkirakan bahwa keperkasaan rupiah akan mulai memudar pada kuartal II-2019. Saat itu, kebutuhan valas korporasi mulai tinggi seiring aktivitas ekonomi yang sudah 'panas'.
"Belum lagi ada musim pembayaran dividen. Jadi ada alasan untuk waspada pada kuartal II," sebutnya.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular