Tunggu Pengumuman dari MH Thamrin, Rupiah Menguat Tipis

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 January 2020 08:08
Tunggu Pengumuman dari MH Thamrin, Rupiah Menguat Tipis
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat terbatas di perdagangan pasar spot pagi ini. Faktor domestik sepertinya menjadi pemberat bagi langkah mata uang Tanah Air.

Pada Kamis (23/1/2020), US$ 1 setara dengan Rp 13.635 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat tipis 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Tahun lalu, rupiah menguat hampir 3,5% di hadapan dolar AS. Keperkasaan rupiah berlanjut tahun ini, di mana secara year-to-date terjadi apresiasi 1,73%. Rupiah masih berstatus sebagai mata uang terbaik dunia.

Refinitiv


Oleh karena itu, rupiah tentu menjadi 'sasaran empuk' untuk ambil untung (profit taking). Cuan dari rupiah sudah lumayan tinggi, sehingga sangat menggoda untuk dicairkan. Ketika ini terjadi, penguatan rupiah menjadi terbatas bahkan mungkin bisa melemah.


Selain itu, investor juga menantikan pengumuman suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat masih akan mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate di 5%.

Namun pasar terbelah. Dari 10 ekonom yang terlibat dalam pembentukan konsensus, ada dua yang meramal suku bunga acuan diturunkan 25 basis poin (bps) menjadi 4,75%.


Salah satu yang memperkirakan BI perlu menurunkan suku bunga acuan adalah Damhuri Nasution, Ekonom BNI Sekuritas. Menurut Damhuri, ada beberapa faktor yang memungkinkan BI untuk kembali menurunkan suku bunga acuan setelah terakhir dilakukan pada Oktober tahun lalu.



Pertama tentu nilai tukar rupiah. Penguatan rupiah yang 'ugal-ugalan' tentu pada saatnya akan memukul ekspor Indonesia, dan menghambat laju pertumbuhan ekonomi.


Kedua adalah inflasi yang kemungkinan tetap terjaga rendah. Pada 2019, laju inflasi nasional adalah 2,72% year-on-year (YoY), terendah dalam 20 tahun terakhir. Memasuki 2020, sejauh ini belum ada tekanan inflasi yang berarti.

Ketiga adalah perlunya stimulus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. BI dan pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2019 berada di kisaran 5,05%. Melambat dibandingkan 2018 yang sebesar 5,17%.

Sembari menunggu pengumuman dari MH Thamrin, investor melepas pedal gas dulu. Akibatnya, laju penguatan rupiah tertahan.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular