Optimisme Ekonomi Jerman Terbang Tinggi, Euro Cuma Naik Tipis

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 January 2020 20:18
ZEW menggunakan angka 0 sebagai batas antara sikap optimistis & pesimistis. Di atas 0 berarti optimistis, di bawah 0 berarti pesimistis
Foto: euro (REUTERS/Heinz-Peter Bader)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar euro hanya menguat tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (21/1/2020), padahal para investor di Jerman menunjukkan optimisme yang tinggi terhadap perekonomian Negeri Panser.

Pada pukul 19:55 WIB, euro diperdagangkan di level US$ 1,1107, menguat 0,12% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Data yang dirilis oleh Institut ZEW menunjukkan tingkat keyakinan investor terhadap ekonomi Jerman untuk enam bulan ke depan melesat naik ke level tertinggi dalam nyaris lima tahun terakhir.

Angka indeks tingkat optimisme ekonomi yang dirilis ZEW sebesar 26,7, menjadi yang tertinggi sejak bulan Juli 2019, dan jauh lebih tinggi dari prediksi ekonomi yang disurvei Reuters sebesar 15. Angka di atas 0 berarti para pelaku pasar sedang optimistis, sebaliknya di bawah 0 berarti pesimistis.

Presiden ZEW, Achim Wambach, mengatakan semakin optimisnya para investor tersebut berkat kesepakatan dagang fase I antara AS dengan China yang telah diteken pada pekan lalu.



Dengan kesepakatan dagang tersebut diharapkan arus perputaran barang menjadi lebih lancar, dan Jerman sebagai negara yang berorientasi ekspor mendapat keuntungan. Negara dengan perekonomian terbesar Eropa itu menjadi salah satu yang terkena pukulan telak akibat perang dagang AS-China. Di tahun 2019 lalu, Jerman bahkan nyaris mengalami resesi.

Namun, kabar bagus dari Jerman belum mampu mendorong penguatan mata uang euro lebih tinggi. Pelaku pasar hari ini bermain aman dengan masuk ke aset-aset safe haven. Dari sisi mata uang, yen Jepang, franc Swiss, dan tentunya dolar AS merupakan aset yang dianggap safe haven.

Aksi main aman tersebut terjadi setelah Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi penyebab jebloknya bursa hari ini.

Penurunan proyeksi tersebut terjadi setelah adanya kesepakatan dagang fase I antara AS dengan China. Itu artinya IMF melihat kesepakatan tersebut belum cukup untuk memacu perekonomian global di tahun ini.


IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 3,3% turun dibandingkan proyeksi yang diberikan bulan Oktober lalu sebesar 3,4%. Lembaga ini menyebut, revisi ke bawah disebabkan oleh lebih rendahnya pertumbuhan negara berkembang, sementara pertumbuhan ekonomi negara maju diprediksi stabil atau tidak jauh dari level saat ini.

"Pemulihan yang diproyeksikan (akan terjadi) dalam pertumbuhan global masih belum pasti. Itu bergantung pada pemulihan di negara-negara emerging market yang tertekan dan berkinerja buruk, karena pertumbuhan di negara maju stabil di dekat level saat ini," kata kepala ekonom IMF Gita Gopinath dalam sebuah pernyataan tertulis, Selasa (21/1/2020).

Akibat proyeksi tersebut, aset-aset berisiko berguguran, bursa saham Asia dan Eropa kompak memerah, bursa saham AS juga terlihat akan menyusul, sementara aset-aset safe haven termasuk dolar AS menguat pada hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular