Dolar AS "Ngamuk" di Asia, Rupiah Jadi yang Terburuk?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 January 2020 17:36
Dolar AS
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (21/1/2020). Dolar AS sedang mengamuk di pasar Asia, nyaris semua mata uang utama dibuat tak berdaya.

Rupiah membuka perdagangan dengan melemah tipis 0,04% ke Rp 13.630/US$. Pelemahan tersebut terus bertambah hingga 0,26% di level Rp 13.660/US$ pada pukul 12:00 WIB.

Selepas tengah hari, pelemahan rupiah semakin membesar hingga 0,33% ke Rp 13.670/US$. Level tersebut menjadi yang terlemah bagi rupiah pada hari ini, sebelum mengakhiri perdagangan di level Rp 13.650/US$, melemah 0,18% di pasar spot, melansir data Refinitiv.



Hingga pukul 16:10 WIB, won Korea Selatan menjadi mata uang terburuk dengan pelemahan 0,66%, disusul oleh China sebesar 0,55%. Hanya yen Jepang yang mampu menguat 0,18% melawan dolar AS pada hari ini. 

Fakta hanya yen yang menguat menunjukkan sentimen pelaku pasar hari ini sedang memburuk dan memilih bermain aman dengan masuk ke aset safe haven. Rupiah dengan pelemahan yang "hanya" 0,18% bisa dikatakan masih cukup bagus apalagi melihat performa rupiah sejak awal tahun yang begitu perkasa.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hari ini.

Memburuknya sentimen pelaku pasar membuat rupiah dan mata uang utama Asia tertekan pada hari ini. Setidaknya ada dua penyebab memburuknya sentiment pelaku pasar pada hari ini. Yang pertama, tensi di Timur Tengah yang kembali meningkat. 

Tiga roket kembali menghantam zona internasional Amerika Serikat (AS) di Baghdad Irak. Menurut sumber AFP, tiga roket menghantam wilayah di dekat Kedutaan Besar AS, Selasa (21/1/2020) dini hari waktu setempat.

Polisi Irak kepada Reuters mengatakan tiga roket Kathyusa diluncurkan dari distrik Zafaraniyah di luar Baghdad.

Sebelumnya AS menyalahkan kelompok paramiliter yang didukung Iran atas serangan serupa beberapa bulan belakangan. Meski demikian, tidak pernah ada klaim tanggung jawab. Sebelum hari ini, dua roket juga dikabarkan diluncurkan dari distrik yang sama. 

Sejauh ini belum ada keterangan resmi dari AS terkait serangan hari ini. Meski demikian, pasar dibuat cemas AS akan kembali menggunakan kekuatan militer akibat aksi "main api" tersebut.



Kemudian yang kedua, Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) yang kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini. 
Penurunan proyeksi tersebut terjadi setelah adanya kesepakatan dagang fase I antara AS dengan China. Itu artinya IMF melihat kesepakatan tersebut belum cukup untuk memacu perekonomian global di tahun ini. 

IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 3,3% turun dibandingkan proyeksi yang diberikan bulan Oktober lalu sebesar 3,4%. 

Lembaga ini menyebut, revisi ke bawah sebagian besar disebabkan oleh lebih rendahnya pertumbuhan di negara-negara berkembang, sementara negara-negara maju pertumbuhan ekonominya diprediksi stabil atau tidak jauh dari level saat ini. 

"Pemulihan yang diproyeksikan (akan terjadi) dalam pertumbuhan global masih belum pasti. Itu terus bergantung pada pemulihan di negara-negara emerging markets yang tertekan dan berkinerja buruk, karena pertumbuhan di negara maju stabil di dekat level saat ini," kata kepala ekonom IMF Gita Gopinath dalam sebuah pernyataan tertulis, Selasa (21/1/2020). 

Akibat proyeksi tersebut, aset-aset berisiko berguguran, bursa saham Asia dan Eropa kompak memerah, bursa saham AS juga terlihat akan menyusul, sementara aset-aset safe haven menguat. Dolar AS juga merupakan salah satu aset yang dianggap safe haven, sehingga menjadi perkasa hari ini. 

Selain itu, rupiah yang sudah menguat 1,85% sejak awal tahun tentunya menggoda pelaku pasar untuk mencairkan cuan, sehingga memicu aksi ambil untung (profit taking) yang membuat rupiah melemah pada hari ini. 


TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular