IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Global, Bursa Asia Melemah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
21 January 2020 09:04
Seluruh bursa saham utama kawasan Asia mengawali perdagangan kedua di pekan ini, Selasa (21/1/2020), di zona merah.
Foto: REUTERS/Jason Lee
Jakarta, CNBC Indonesia - Seluruh bursa saham utama kawasan Asia mengawali perdagangan kedua di pekan ini, Selasa (21/1/2020), di zona merah.

Pada pembukaan perdagangan, indeks Nikkei terkoreksi 0,04%, indeks Shanghai turun 0,32%, indeks Hang Seng jatuh 1,2%, indeks Straits Times melemah 0,24%, dan indeks Kospi terpangkas 0,13%.

Dipangkasnya proyeksi pertumbuhan ekonomi global oleh International Monetary Fund (IMF) menjadi faktor yang melandasi aksi jual di bursa saham Benua Kuning.

Pada proyeksinya di bulan Oktober, IMF memproyeksikan perekonomian global tumbuh sebesar 3% pada tahun 2019 dan 3,4% pada tahun 2020. Dalam proyeksi terbarunya, angka pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 dipangkas menjadi 2,9%, sementara untuk tahun 2020 proyeksinya berada di level 3,3%.

Melansir CNBC International, dipangkasnya proyeksi pertumbuhan ekonomi global utamanya dipicu oleh pertumbuhan yang lebih rendah di India.

"Proyeksi terkait pemulihan pertumbuhan ekonomi global tetaplah diselimuti ketidakpastian. Perekonomian dunia terus bergantung kepada pemulihan dari negara-negara berkembang yang dipenuhi dengan tekanan, sementara pertumbuhan di negara-negara maju bergerak stabil di kisaran level saat ini," papar Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath dalam keterangan tertulis, seperti dilansir dari CNBC International.

Melalui publikasi World Economic Outlook (WEO) edisi Januari 2020, IMF memaparkan kekhawatirannya terkait dengan kondisi perekonomian dunia di masa depan, utamanya terkait dengan memanasnya tensi di bidang perdagangan antar negara-negara dengan nilai perekonomian raksasa.

"Tensi di bidang perdagangan yang baru bisa muncul antara AS dan Uni Eropa, dan tensi antara AS dan China bisa kembali memanas," jelas Gopinath.

Seperti yang diketahui, pada hari Rabu waktu setempat (15/1/2020) AS dan China menandatangani kesepakatan dagang tahap satu di Gedung Putih, AS. Dari pihak AS, penandatanganan dilakukan langsung oleh Presiden Donald Trump, sementara pihak China mengirim Wakil Perdana Menteri Liu He.

Sesuai dengan yang diumumkan oleh Trump pada bulan Desember, melalui kesepakatan dagang tahap satu AS akan memangkas bea masuk sebesar 15% terhadap produk impor asal China senilai US$ 120 miliar menjadi setengahnya atau 7,5%.

[Gambas:Video CNBC]



Namun, bea masuk sebesar 25% bagi produk impor asal China senilai US$ 250 miliar tetap akan dipertahankan. Hal ini dilakukan oleh AS guna menjaga daya tawarnya dengan China memasuki negosiasi dagang tahap dua.

Jadi, sejauh ini memang masih ada kemungkinan bahwa perang dagang AS-China bisa kembali memanas, mengingat keduanya belum mencapai kesepakatan dagang secara menyeluruh yang menghapuskan seluruh bea masuk tambahan.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article IMF Pangkas Proyeksi Ekonomi Global, Bursa Asia Melemah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular