
Pekan Ini Pasar Sibuk, Pekan Depan Boleh Santai?

Sementara dari luar negeri, tidak banyak data penting yang akan dirilis pekan depan. Di China, akan ada rilis suku bunga acuan kredit (20 Januari) dan pertumbuhan investasi (20 Januari).
Pelaku pasar berharap data-data ekonomi China membaik, terutama setelah berdamai dengan AS. Pada kuartal IV-2019, ekonomi China tumbuh 6,1% year-on-year (YoY) dan sepanjang 2019 Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Panda tumbuh 6,1%.
Angka 6% berarti pertumbuhan ekonomi China pada kuartal IV-2019 sama seperti kuartal sebelumnya dan sesuai dengan konsensus pasar yang dihimpun Reuters. Namun tetap saja ini adalah laju terlemah sejak setidaknya 1992.
Seiring dengan tercapainya damai dagang, prospek ekonomi Negeri Tirai Bambu sepertinya akan membaik. China adalah perekonomian terbesar di Asia, sehingga apa yang terjadi di sana tentu akan mempengaruhi seluruh benua. Jadi wajar saja rilis data ekonomi China akan sangat berdampak terhadap pasar keuangan Benua Kuning, termasuk nasib Indonesia.
Beralih ke Jepang, pekan depan akan ada rilis produksi industri (20 Januari), pengumuman suku bunga acuan (21 Januari), neraca perdagangan (23 Januari), dan inflasi (24 Januari). Data yang perlu dicermati mungkin adalah pengumuman suku bunga acuan oleh Bank Sentral Jepang (BoJ).
Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan Gubernur Haruhiko Kuroda dan kolega akan mempertahankan suku bunga acuan di -0,1%. Selain itu, pasar memperkirakan proyeksi terhadap pertumbuhan ekonomi akan membaik. Sebelumnya, BoJ memperkirakan ekonomi Jepang pada tahun fiskal 2020 akan tumbuh 0,7% dan meningkat menjadi 1% pada tahun berikutnya.
Â
"Momentum ekonomi sepertinya terjaga sehingga BoJ akan memulai 2020 dengan mempertahankan posisi (stance) kebijakan moneter dengan perhatian khusus terhadap kondisi ekonomi terkini," kata Mari Iwashita, Chief Market Economist di Daiwa Securities, seperti diberitakan Reuters.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
