
Ubah Konstitusi, Hasrat Putin Berkuasa Lagi 2024?
Efrem Limsan Siregar, CNBC Indonesia
18 January 2020 21:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Pidato tahunan Presiden Rusia Vladimir Putin menimbulkan polemik bagi anggota parlemen dan anggota elit. Putin mengumumkan niatnya untuk mereformasi konstitusi.
Pernyataan itu direspon PM Rusia Dmitry Medvedev beberapa jam kemudian dengan mengundurkan diri dari jabatannya. Putin pun menominasikan PM baru, Mikhail Mishustin, yang menjabat sebagai kepala Layanan Pajak Federal Rusia.
Kontroversi Putin berlanjut setelah dia berkomentar soal perubahan konstitusi. Langkah ini akan mengurangi kekuasaan kepresidenan. Jabatannya dibatasi hanya dua periode. Sementara kekuasaan PM akan diperkuat.
Pengumuman Putin memicu spekulasi. Konon, rencana ini dibuat untuk mengamankan posisi Putin di pemerintahan setelah masa jabatannya berakhir pada 2024.
"Putin mengusulkan referendum pada paket perubahan konstitusi, yang akan membentuk kembali keseimbangan kekuasaan dalam sistem politik negara itu," kata analis Andrius Tursa dikutip dari CNBC International, Jumat (17/1/2020).
"Kunci menyarankan amandemen akan mengekang pengaruh presiden yang luas dengan memperluas peran Duma (parlemen Rusia) dan gubernur regional, sementara mandat Dewan Negara yang sebagian besar simbolis akan ditentukan (dan berpotensi diperkuat) dalam konstitusi," tambahnya.
Tursa memandang amandemen belum menggambarkan jelas posisi apa untuk Putin ketika masa jabatannya berakhir pada 2024. Santer beredar kabar bahwa Putin ingin menjadi PM Rusia pada 2024.
"Namun amandemen konstitusi yang diusulkan, tidak banyak berbicara tentang posisi apa yang akan ia perankan pasca-2024, karena ia bisa menjadi kepala pemerintahan, juru bicara parlemen atau tetap menjadi ketua Dewan Keamanan yang telah diperkuat (kendalinya)," jelasnya.
Kepala eksekutif Chantico Global Gina Sanchez juga meyakini ada kepentingan Putin untuk mempertahakan pengaruhnya pasca 2024.
"Perubahan yang direncanakan pada konstitusi menambah keyakinan kami bahwa Putin bermaksud mengundurkan diri sebagai presiden pada tahun 2024. Tetapi dengan memotong sayap penggantinya, Putin memberikan ruang bagi dirinya untuk mempertahankan pengaruh bagi dirinya sendiri setelah ia meninggalkan kantor (kepresidenan)."
"Saya akan mengatakan bahwa dia (Putin) berusaha memastikan bahwa tidak ada orang yang lebih kuat dari dirinya," kata Sanchez.
(hps/hps) Next Article Suriah Perang, Erdogan vs Putin 'Konfrontasi' Langsung?
Pernyataan itu direspon PM Rusia Dmitry Medvedev beberapa jam kemudian dengan mengundurkan diri dari jabatannya. Putin pun menominasikan PM baru, Mikhail Mishustin, yang menjabat sebagai kepala Layanan Pajak Federal Rusia.
Kontroversi Putin berlanjut setelah dia berkomentar soal perubahan konstitusi. Langkah ini akan mengurangi kekuasaan kepresidenan. Jabatannya dibatasi hanya dua periode. Sementara kekuasaan PM akan diperkuat.
Pengumuman Putin memicu spekulasi. Konon, rencana ini dibuat untuk mengamankan posisi Putin di pemerintahan setelah masa jabatannya berakhir pada 2024.
"Kunci menyarankan amandemen akan mengekang pengaruh presiden yang luas dengan memperluas peran Duma (parlemen Rusia) dan gubernur regional, sementara mandat Dewan Negara yang sebagian besar simbolis akan ditentukan (dan berpotensi diperkuat) dalam konstitusi," tambahnya.
Tursa memandang amandemen belum menggambarkan jelas posisi apa untuk Putin ketika masa jabatannya berakhir pada 2024. Santer beredar kabar bahwa Putin ingin menjadi PM Rusia pada 2024.
"Namun amandemen konstitusi yang diusulkan, tidak banyak berbicara tentang posisi apa yang akan ia perankan pasca-2024, karena ia bisa menjadi kepala pemerintahan, juru bicara parlemen atau tetap menjadi ketua Dewan Keamanan yang telah diperkuat (kendalinya)," jelasnya.
Kepala eksekutif Chantico Global Gina Sanchez juga meyakini ada kepentingan Putin untuk mempertahakan pengaruhnya pasca 2024.
"Perubahan yang direncanakan pada konstitusi menambah keyakinan kami bahwa Putin bermaksud mengundurkan diri sebagai presiden pada tahun 2024. Tetapi dengan memotong sayap penggantinya, Putin memberikan ruang bagi dirinya untuk mempertahankan pengaruh bagi dirinya sendiri setelah ia meninggalkan kantor (kepresidenan)."
"Saya akan mengatakan bahwa dia (Putin) berusaha memastikan bahwa tidak ada orang yang lebih kuat dari dirinya," kata Sanchez.
(hps/hps) Next Article Suriah Perang, Erdogan vs Putin 'Konfrontasi' Langsung?
Most Popular