Pertama di 2020, Sepekan Ini IHSG Masuk ke Zona Hijau

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
18 January 2020 16:15
Setelah dua pekan beruntun terkoreksi, IHSG pekan ini mencatatkan kinerja positif dengan menguat 0,27% secara mingguan.
Foto: detik.com

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah dua pekan beruntun terkoreksi, IHSG pekan ini mencatatkan kinerja positif dengan menguat 0,27% secara mingguan, setara dengan 16,72 poin, dan berakhir di level 6.291,66.

Penguatan IHSG tersebut senada dengan tren yang terjadi di bursa Asia Tenggara, meski terhitung kedodoran. Indeks bursa Singapura selama sepekan naik 2,7%, Thailand menguat 2,6%, Malaysia naik 1,75%, Vietnam tumbuh 1,6%.


Indonesia hanya unggul dari bursa Filipina yang masih tertekan 1%. DIbandingkan dengan bursa Korea Selatan, misalnya, IHSG tertinggal jauh karena KOSPI terhitung menguat hingga 8%.

Ini merupakan penguatan mingguan perdana di tahun 2020. Pada pekan pertama Januari, IHSG melemah 0,11% dan berlanjut pada pekan kedua dengan koreksi mingguan sebesar 0,76%.

Selama sepekan, investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) senilai Rp 762,5 miliar di semua pasar. Nilai transaksi sepekan mencapai Rp 35.892 triliun dan melibatkan 47,3 miliar unit saham yang berpindah tangan.

Sentimen positif memang sedang mendera bursa global pada perdagangan pekan lalu, menyusul penandatanganan kesepakatan dagang fase satu antara Amerika Serikat (AS) dan China pada Rabu, 15 Januari.

Penandatanganan dilakukan oleh Presiden AS Donald Trump dan Wakil Perdana Menteri China Liu He di Washington. Menurut kesepakatan tersebut, China bakal diwajibkan membeli produk AS senilai US$ 200 miliar dalam 2 tahun ke depan.

Dengan begitu, ekspor AS ke China di atas kertas bakal meningkat US$ 263 miliar pada 2020 dan US$ 309 miliar pada 2021. Jika benar tercapai, maka itu akan menjadi lonjakan ekspor terbesar dari AS ke China dalam sepanjang sejarah ini.

Menepis kekhawatiran pemasok dalam negeri tak kebagian, Liu He dalam laporan ke CCTV, media televisi pelat merah di Negeri Panda pada Kamis, menegaskan bahwa pembelian tersebut akan dilakukan berdasarkan pada prinsip pasar.

Para analis masih meyakini bahwa AS masih bisa menerapkan tambahan tarif baru dan ketidakpastian perdagangan bisa kembali terjadi akibat faktor yang muncul dari sudut persoalan lain, seperti misalnya Eropa.

Namun demikian, secara umum pelaku pasar berharap kesepakatan tersebut bakal menurunkan eskalasi antara kedua negara dengan perekonomian terbesar dunia tersebut.

[Gambas:Video CNBC]



TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular