Deal AS-China Kok Malah Bikin Harga Batu Bara Anjlok Sih

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
17 January 2020 11:21
Damai dagang AS-China fase satu yang diteken dua hari lalu malah bikin harga batu bara anjlok
Foto: REUTERS/Stringer
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kontrak kembali terperosok pada perdagangan kemarin. Nyatanya memasuki tahun baru 2020 pun batu bara masih kena gempuran dari sana sini.

Kemarin, Kamis (16/1/2020) harga batu bara kontrak ICE Newcastle turun 2,11% ke level US$ 71,85/ton. Harga batu bara sempat melesat ke titik tertinggi sejak September tahun lalu pada 13 Januari di level US$ 77,15/ton.

Sejak saat itu harga batu bara kembali melorot. Hingga periode perdagangan kemarin, harga batu bara telah melemah 6,9% secara point to point.

Kesepakatan dagang AS-China sempat membuat harga batu bara melesat. Pasalnya perang dagang yang berlangsung dalam 18 bulan terakhir itu membuat laju roda ekonomi global melambat.

Hal tersebut dirasakan betul dengan adanya kontraksi pada aktivitas perdagangan maupun manufaktur di sepanjang tahun 2019, terutama di negara-negara dengan konsumsi batu bara terbesar di kawasan Asia seperti India, Jepang dan China.

Damai dagang yang kemarin diteken membawa euforia dan membuat ada harapan bahwa aktivitas manufaktur akan kembali pulih. Namun nyatanya poin kesepakatan yang dihasilkan tak menyasar masalah inti perseteruan.

AS hanya memangkas tarif untuk barang China senilai US$ 120 miliar menjadi 7,5% dari 15%. Masih ada barang impor asal China yang dikenakan tarif tambahan 25% senilai US$ 250 miliar.

Tak hanya itu, target pembelian barang dan jasa AS oleh China senilai US$ 200 miliar juga tak realistis. China akan membeli US$ 77 miliar produk energi, pertanian, jasa dan manufaktur AS pada 2020 dan sisanya pada 2021.

Untuk produk energi China akan membeli batu bara AS. Tentu hal ini adalah sesuatu yang tak realistis. Menurut kajian Fitch, impor batu bara dari AS tidaklah memungkinkan dari sisi kalkulasi ekonomis. Pertama karena biaya pengiriman yang mahal dan harga batu bara di kawasan Asia yang lebih murah.

Selain itu, jika China berusaha menepati kesepakatan ini, menurut Reuters Negeri Panda harus mengimpor batu bara dengan jumlah dua kali lipat dari volume normal per bulan.

Ini jelas akan mengganggu pasar batu bara. Apalagi China masih punya kontrak dengan eksportir dari Australia, Mongolia, Indonesia dan Rusia. Hal ini membuat impor batu bara dari AS semakin susah.

Jadi damai dagang yang awalnya membawa euforia kini malah jadi satu hal yang membingungkan dan menyisakan tanda tanya besar.

[Gambas:Video CNBC]


Tak sampai di situ saja, penurunan indeks Baltic Capesize ke level terendah sejak 26 April membuat tekanan lain untuk batu bara. Indeks Capesize mengukur aktivitas pengiriman batu bara maupun bijih besi menggunakan kapal kargo dengan kapasitas muatan 170.000-180.000 ton dan merupakan kapal kargo terbesar.

"Masih ada lautan yang bergejolak untuk kapal-kapal besar" kata Fearnleys seorang broker kapal dalam sebuah catatan, melansir Reuters.


TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Ukur Sentimen Pendorong Koreksi Harga Batu Bara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular