
Membedah Fundamental Tugu Insurance
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
16 January 2020 14:46

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga saham PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (Tugu Insurance) bolak-balik di kisaran Rp 3.000-an, setelah go public pada pertengahan 2018 dengan harga saham Rp 3.850.
Pertanyaan yang muncul apakah harga saham TUGU mahal sehingga sulit naik? Lalu bagaimana fundamental Tugu Insurance?
Bila melihat 2019, sebenarnya anak usaha PT Pertamina (Persero) ini mencatatkan kenaikan laba yang gemilang pada 2019. Misalnya saja pada triwulan III-2019, emiten berkode TUGU ini mencatat kenaikan laba 174% dibandingkan 2018 senilai Rp 104,23 miliar, menjadi Rp 285,9 miliar.
Kenaikan laba bersih tersebut ditopang oleh pendapatan premi bruto konsolidasi yang naik 45% menjadi Rp 4,94 triliun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
"Peningkatan pendapatan premi bruto itu terjadi hampir di seluruh sektor, mulai dari sektor energy, non-energy, commercial serta retail business," ujar Presiden Direktur TUGU, Indra Baruna, beberapa waktu lalu.
Peningkatan laba tersebut juga diperoleh dari kemampuan perusahaan untuk meningkatkan hasil investasi dan hasil usaha lainnya. Hingga September 2019, hasil investasi konsolidasi mencapai Rp 273,9 miliar atau naik hingga 277% dibanding tahun sebelumnya. Selain itu, perubahan mata uang fungsional dari dolar ke rupiah juga berdampak pada peningkatan imbal hasil investasi di level induk perusahaan.
Tugu Insurance juga mengalami kenaikan aset sebesar 21% menjadi Rp 21,4 triliun pada triwululan III dibanding periode sebelumnya. Sementara itu ekuitas perusahaan naik 10% dari Rp 7,4 triliun menjadi Rp 8,19 triliun. Kondisi ini disertai dengan tingkat Risk Based Capital (RBC) 398% yang berada jauh di atas ketentuan batas minimum Otoritas Jasa Keuangan.
Pertumbuhan TUGU pun bisa dibilang diatas rata-rata pertumbuhan asuransi. Pada semester I-2019, pertumbuhan pendapatan Tugu Insurance juga lebih tinggi dibandingkan industri. Data semester I digunakan karena masih belum lengkapnya data kuartal III-2019 dari perusahaan asuransi go public lainnya.
Rata-rata pertumbuhan pendapatan TUGU semester I-2019, tumbuh 20,61% sementara median industri asuransi sebesar 2,02%. Begitu juga dengan pertumbuhan laba bersih pada semester I-2019, TUGU mencapai 1.012,23% sementara median industri asuransi yakni 2,79%.
Dari sisi pendapatan premi, di semester I-2019 TUGU mencatatkan pertumbuhan 5,16% dan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan median premi industri yakni 3,22%. Sementara Pendapatan investasi TUGU pun mencapai 1.012% atau melampaui nilai tengah industri yakni 2,7%. Sementara itu ROE (Return on Equity) Tugu Insurance tercatat 4,87%, lebih tinggi dari rata-rata industri senilai 4,51%.
Tugu Insurance memiliki fokus bisnis untuk segmen korporasi dengan porsi hingga 92% pada triwulan III-2019, sementara sisanya adalah segmen ritel. Sekitar 30% dari segmen korporasi tersebut adalah captive market dari ekosistem grup Pertamina.
Meski segmen ritel baru memiliki porsi 8%, namun bukan berarti itu jadi anak tiri. Pasalnya, Indra Baruna berkali-kali menyatakan akan menggenjot segmen ini hingga double digit dengan dukungan digitalisasi.
Salah satunya adalah aplikasi T-Drive yang telah didownload oleh puluhan ribu user. Aplikasi ini bukan hanya untuk memperkenalkan asuransi Tugu tetapi juga diarahkan untuk mengakuisisi nasabah baru.
"T-Drive aplikasi pertama di indonesia di mana sekarang sudah sekitar 30 ribu downloader, aplikasi ini untuk mengukur keterampilan maupun perilaku pengemudi, selanjutnya akan diarahkan untuk sales," tegas Indra.
Dia menegaskan, dengan aplikasi T-Drive itulah, pengguna kendaraan bermotor diharapkan bakal melirik dan dengan mudahnya membeli produk asuransi yang ditawarkan oleh TUGU. Apalagi ada sejumlah kemudahan salah satunya pembelian asuransi bisa dilakukan melalui aplikasi T-Driver tersebut.
"Sudah bisa pembelian polis asuransi, hanya butuh 4 klik. Itu sudah mencakup pembayaran dan pengiriman. Klaim juga bisa hingga mengklik panggilan bantuan darurat saat berkendara diperjalanan" tutupnya.
Harga saham
Harga saham TUGU pada perdagangan Rabu (15/1/2020) hari ini ditutup melemah 10 poin atau 0,29% menjadi Rp 3.450.
Meski demikian, bila melihat rasio dari Price to Book Value (PBV) harga saham TUGU cenderung murah bila dibandingkan dengan industri sejenis. PBV TUGU berada pada level 0,87 kali, sementara rata-rata industri mencapai 2,62 kali.
Makin rendah PBV, maka mencerminan harga saham makin murah bila dibandingkan emiten di sektor yang sama. Sebagai gambaran sederhana, untuk membeli sebuah saham yang punya nilai buku 100, maka anda cukup mengeluarkan dana sebesar 87 saja.
Sementara di rata-rata industri, untuk membeli saham dengan nilai buku 100 maka dibutuhkan dana sebesar 262.
(dob/dob) Next Article Incar Porsi 11%, Tugu Insurance Genjot Segmen Ritel
Pertanyaan yang muncul apakah harga saham TUGU mahal sehingga sulit naik? Lalu bagaimana fundamental Tugu Insurance?
Bila melihat 2019, sebenarnya anak usaha PT Pertamina (Persero) ini mencatatkan kenaikan laba yang gemilang pada 2019. Misalnya saja pada triwulan III-2019, emiten berkode TUGU ini mencatat kenaikan laba 174% dibandingkan 2018 senilai Rp 104,23 miliar, menjadi Rp 285,9 miliar.
"Peningkatan pendapatan premi bruto itu terjadi hampir di seluruh sektor, mulai dari sektor energy, non-energy, commercial serta retail business," ujar Presiden Direktur TUGU, Indra Baruna, beberapa waktu lalu.
Peningkatan laba tersebut juga diperoleh dari kemampuan perusahaan untuk meningkatkan hasil investasi dan hasil usaha lainnya. Hingga September 2019, hasil investasi konsolidasi mencapai Rp 273,9 miliar atau naik hingga 277% dibanding tahun sebelumnya. Selain itu, perubahan mata uang fungsional dari dolar ke rupiah juga berdampak pada peningkatan imbal hasil investasi di level induk perusahaan.
Tugu Insurance juga mengalami kenaikan aset sebesar 21% menjadi Rp 21,4 triliun pada triwululan III dibanding periode sebelumnya. Sementara itu ekuitas perusahaan naik 10% dari Rp 7,4 triliun menjadi Rp 8,19 triliun. Kondisi ini disertai dengan tingkat Risk Based Capital (RBC) 398% yang berada jauh di atas ketentuan batas minimum Otoritas Jasa Keuangan.
Pertumbuhan TUGU pun bisa dibilang diatas rata-rata pertumbuhan asuransi. Pada semester I-2019, pertumbuhan pendapatan Tugu Insurance juga lebih tinggi dibandingkan industri. Data semester I digunakan karena masih belum lengkapnya data kuartal III-2019 dari perusahaan asuransi go public lainnya.
Rata-rata pertumbuhan pendapatan TUGU semester I-2019, tumbuh 20,61% sementara median industri asuransi sebesar 2,02%. Begitu juga dengan pertumbuhan laba bersih pada semester I-2019, TUGU mencapai 1.012,23% sementara median industri asuransi yakni 2,79%.
Dari sisi pendapatan premi, di semester I-2019 TUGU mencatatkan pertumbuhan 5,16% dan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan median premi industri yakni 3,22%. Sementara Pendapatan investasi TUGU pun mencapai 1.012% atau melampaui nilai tengah industri yakni 2,7%. Sementara itu ROE (Return on Equity) Tugu Insurance tercatat 4,87%, lebih tinggi dari rata-rata industri senilai 4,51%.
Tugu Insurance memiliki fokus bisnis untuk segmen korporasi dengan porsi hingga 92% pada triwulan III-2019, sementara sisanya adalah segmen ritel. Sekitar 30% dari segmen korporasi tersebut adalah captive market dari ekosistem grup Pertamina.
Meski segmen ritel baru memiliki porsi 8%, namun bukan berarti itu jadi anak tiri. Pasalnya, Indra Baruna berkali-kali menyatakan akan menggenjot segmen ini hingga double digit dengan dukungan digitalisasi.
Salah satunya adalah aplikasi T-Drive yang telah didownload oleh puluhan ribu user. Aplikasi ini bukan hanya untuk memperkenalkan asuransi Tugu tetapi juga diarahkan untuk mengakuisisi nasabah baru.
"T-Drive aplikasi pertama di indonesia di mana sekarang sudah sekitar 30 ribu downloader, aplikasi ini untuk mengukur keterampilan maupun perilaku pengemudi, selanjutnya akan diarahkan untuk sales," tegas Indra.
Dia menegaskan, dengan aplikasi T-Drive itulah, pengguna kendaraan bermotor diharapkan bakal melirik dan dengan mudahnya membeli produk asuransi yang ditawarkan oleh TUGU. Apalagi ada sejumlah kemudahan salah satunya pembelian asuransi bisa dilakukan melalui aplikasi T-Driver tersebut.
"Sudah bisa pembelian polis asuransi, hanya butuh 4 klik. Itu sudah mencakup pembayaran dan pengiriman. Klaim juga bisa hingga mengklik panggilan bantuan darurat saat berkendara diperjalanan" tutupnya.
Harga saham
Harga saham TUGU pada perdagangan Rabu (15/1/2020) hari ini ditutup melemah 10 poin atau 0,29% menjadi Rp 3.450.
Meski demikian, bila melihat rasio dari Price to Book Value (PBV) harga saham TUGU cenderung murah bila dibandingkan dengan industri sejenis. PBV TUGU berada pada level 0,87 kali, sementara rata-rata industri mencapai 2,62 kali.
Makin rendah PBV, maka mencerminan harga saham makin murah bila dibandingkan emiten di sektor yang sama. Sebagai gambaran sederhana, untuk membeli sebuah saham yang punya nilai buku 100, maka anda cukup mengeluarkan dana sebesar 87 saja.
Sementara di rata-rata industri, untuk membeli saham dengan nilai buku 100 maka dibutuhkan dana sebesar 262.
(dob/dob) Next Article Incar Porsi 11%, Tugu Insurance Genjot Segmen Ritel
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular