Tak Kapok Walau 'Disentil' Jokowi, Rupiah Kini Runner-Up Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 January 2020 14:24
Rupiah Masih Saja Perkasa
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Namun ternyata rupiah masih cukup perkasa. Kala para tetangganya tumbang, rupiah masih bisa berdiri walau tidak bisa berlari.

Memasuki 2020, kinerja rupiah memang impresif. Sejak akhir 2019 atau year-to-date, rupiah sudah menguat 1,59% di hadapan dolar AS. Dalam periode yang sama, penguatan rupiah lebih tajam ketimbang yuan (1,06%), dolar Hong Kong (0,25%), rupee India (0,65%), sampai ringgit Malaysia (0,51%).




Dinamika rupiah sampai mengundang perhatian Presiden Jokowi. Dalam pidato di acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK), Jokowi berpesan penguatan rupiah juga harus disikapi dengan hati-hati.

"Nilai tukar kita menguat, kalau menguatnya terlalu cepat kita harus hati2-hati. Ada yang senang, ada yang tidak senang. Eksportir pasti tidak senang karena rupiah menguat sehingga daya saing menurun," tegas Jokowi.


Kala rupiah kuat, bahkan terlalu kuat, produk Indonesia jadi lebih mahal di pasar ekspor. Permintaan terhadap produk Indonesia bisa menurun sehingga membebani neraca perdagangan dan kemudian transaksi berjalan (current account).

Penguatan rupiah juga membuat harga produk dari negara lain lebih murah. Ini bisa menjadi insentif bagi importir, sehingga barang impor akan semakin membanjiri pasar domestik. Akibatnya, lagi-lagi neraca perdagangan dan transaksi berjalan kian tertekan.


Akan tetapi, 'sentilan' Jokowi ternyata tidak menggoyahkan keperkasaan rupiah. Walau belum bisa menguat, tetapi setidaknya rupiah tidak melemah dan menjadi runner-up Asia.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular