Saham Koleksi Asabri: dari Emiten Ikan Arwana hingga Rajungan

CNBC Indonesia, CNBC Indonesia
14 January 2020 13:34
Nilai investasi PT Asabri (Persero) di 12 perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang 2019 berpotensi turun.
Foto: Ilustrasi Gedung Asabri (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai investasi PT Asabri (Persero) di 12 perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang 2019 berpotensi turun hingga mencapai Rp 7,47 triliun (80,23%) yaitu menjadi Rp 1,84 triliun dari awal penghitungan Rp 9,31 triliun.

Hitungan itu berasal dari kompilasi data kepemilikan saham dari 15 perusahaan yang sahamnya sempat dimiliki perusahaan BUMN pengelola asuransi TNI/Polri dan Kementerian Pertahanan tersebut pada periode Desember 2018 hingga September 2019.

Dengan demikian, bila memakai asumsi kepemilikan sahamnya tidak berubah hingga akhir tahun 2019, maka dapat terlihat penurunan tersebut.


Ke-12 perusahaan yang sempat dimiliki Asabri adalah PT Bank Yudha Bhakti Tbk (BBYB), PT Hanson International Tbk (MYRX), PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP), PT Indofarma Tbk (INAF), PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), PT Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCAR), dan PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE).

Perusahaan lain adalah PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), PT SMR Utama Tbk (SMRU), PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Sidomulyo Selaras Tbk (SDMU), dan PT Island Concepts Indonesia Tbk (ICON).

Investasi Asabri Berpotensi Tekor Rp 7 T, Ini 12 SahamnyaFoto: Portofolio Asabri/BEI


Dari jumlah saham tersebut, yang menarik, Asabri menempatkan dananya di saham emiten dengan fokus bisnis berbeda, mulai dari produsen hasil laut (seafood), hingga ikan arwana.

Data BEI mencatat, PCAR adalah emiten yang fokus pada pengolahan distribusi hasil perikanan (rajungan), industri pengolahan hasil perikanan (cold storage), serta usaha dalam bidang perdagangan pada umumnya, termasuk impor, ekspor, interinsulair dan lokal dari segala macam barang atau jasa yang dapat diperdagangkan.

Situs resmi perusahaan mencatat, pada 2007, perusahaan ini menjadi eksportir daging rajungan (kepiting biru) terbesar di dunia.


Di PCAR, Asabri memiliki 293.285.543 saham (25,14%) per Desember 2019, dari Desember 2018 sebanyak 322.948.000 saham (27,68%). Sisa saham PCAR dimiliki oleh Bahari Istana Alkausar sebesar 5% dan investor lainnya per Desember 2019.

Sementara IIKP adalah emiten yang fokus pada penjualan ikan arwana. Pada laporan keuangan 2018 tercatat, penjualan ikan arwana Super Red ke luar negeri mencapai Rp 14,92 miliar, turun dari 2017 yakni Rp 18,59 miliar. Adapun penjualan di pasar ekspor untuk ikan jenis ini mencapai Rp 2,33 miliar per Maret 2019.

Di IIKP, saham Asabri per Desember 2019 sebanyak 1.828.488.500 saham (5,44%), berkurang dari Desember 2018 sebanyak 4.433.246.000 (13,19%). S
ementara saham investor publik 88,26%, dan Heru Hidayat 2,94%.

Asabri juga berinvestasi di saham FIRE dengan potential loss (potensi kerugian) paling besar karena nilai saham saat beli dan kepemilikan per Desember 2019 turun tajam.

Asabri punya 15,57% saham FIRE atau sebanyak 229.783.050 saham. Adapun potential loss di saham ini menembus Rp 1,99 triliun, dari nilai investasi awal Rp 2,06 triliun, tersisa tinggal Rp 74,91 miliar.

Situs resmi FIRE mencatat, saat ini perusahaan secara tidak langsung memiliki tambang batu bara, PT Alfara Delta Persada, dengan IUP (izin usaha pertambangan) seluas 2.089 hektare, di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Foto: Portofolio Asabri 2019/BEI

Manajemen Asabri sebelumnya buka suara terkait dengan informasi dugaan adanya praktik korupsi senilai Rp 10 triliun yang ramai di publik dan menjadi sorotan Kementerian BUMN dan Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Polhukam).

Pertama
, Asabri menyebut kegiatan operasional Asabri terutama proses penerimaan premi, proses pelayanan, dan proses pembayaran klaim berjalan dengan normal dan baik. Asabri dapat memenuhi semua pengajuan klaim tepat pada waktunya.

Selanjutnya, terkait dengan kondisi pasar modal di Indonesia, terdapat beberapa penurunan nilai investasi Asabri yang sifatnya sementara. 

"Namun demikian, Manajemen ASABRI memiliki mitigasi untuk me-recovery penurunan tersebut," tulis manajemen, Senin (13/1/2020).

Dalam melakukan penempatan investasi, manajemen mengaku mengedepankan kepentingan perusahaan sesuai dengan kondisi yang dihadapi, mengedepankan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dan patuh terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dalam menjalankan kegiatan usahanya.

"Manajemen ASABRI terus berupaya dan bekerja keras semaksimal mungkin dalam rangka memberikan kinerja terbaik kepada seluruh peserta ASABRI dan stakeholders [pemangku kepentingan]," pungkas manajemen.

[Gambas:Video CNBC]




(irv/tas) Next Article Jreng.. Kasus 'Rampok' Jiwasraya & Asabri Bukan yang Terakhir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular