Rupiah Terkuat Sejak Februari 2018, Pakai Obat Apa Nih?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 January 2020 08:22
Rupiah Terkuat Sejak Februari 2018, Pakai Obat Apa Nih?
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Sepertinya damai dagang AS-China yang sudah di depan mata membuat investor berani bermain agresif dan masuk ke aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Pada Senin (13/1/2020), US$ setara dengan Rp 13.730 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,18% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Seiring perjalanan, rupiah malah semakin kuat. Pada pukul 08:12 WIB, US$ 1 dihargai Rp 13.720 di mana rupiah menguat 0,25% dan berada di posisi terkuat sejak akhir Februari 2018.



Memasuki 2020, kinerja mata uang Tanah Air lumayan ciamik. Sejak awal tahun, rupiah sudah menguat 1,15% di hadapan greenback. Ini melanjutkan tren 2019, di mana rupiah terapresiasi 3,44% dan menjadi mata uang terbaik ketiga di Asia.


Pagi ini, rupiah tidak menguat sendirian karena mayoritas mata uang Asia juga menapaki jalur hijau. Hanya yen Jepang yang masih nyangkut di zona merah.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08: WIB:





Rasanya dunia sudah tidak sabar menantikan penandatanganan kesepakatan damai dagang Fase I antara AS dan China. Rencananya penandatanganan akan berlangsung 15 Januari di Gedung Putih.

Mengutip Reuters, pemerintah Presiden AS Donald Trump akan mengundang setidaknya 200 tamu dalam seremoni tersebut. Saat ini Gedung Putih tengah bersiap menyambut para tamu agung tersebut.


"(Proses penyusunan dokumen) sudah selesai. Penandatanganan masih sesuai jadwal," ujar Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, dikutip dari Reuters.

Robert Lighthizer, Kepala Kantor Perwakilan Dagang AS, menegaskan bahwa kesepakatan ini bisa dibilang akan mengakhiri perang dagang AS-China yang sudah berlangsung selama lebih dari setahun. Meski baru Fase I, tetapi kesepakatan ini sudah mencakup banyak hal mulai dari perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual, penghentian pemaksaan transfer teknologi, sampai urusan manipulasi mata uang.

"Memang ada beberapa pekerjaan rutin yang harus diselesaikan. Namun sudah selesai, itu pasti," tutur Lighthizer dalam acara Face the Nation yang ditayangkan oleh CBS, sebagaimana diberitakan Reuters.

Perang dagang AS-China akhirnya akan berakhir. Perang dagang yang membuat ekonomi dunia nyaris lumpuh, bahkan menyeret sejumlah negara ke jurang resesi itu akan segera selesai. Damai itu indah...


Harapan akan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik mendorong pelaku pasar untuk tidak bermain aman. Jadi jangan heran kalau yen melemah, karena mata uang Negeri Matahari Terbit memang berstatus safe haven.


Akan tetapi, sebenarnya pelaku pasar masih perlu waspada karena ada risiko lain yang mengintai yaitu situasi geopolitik di Timur Tengah. Adalah Iran yang tengah menjadi 'pusat gempa'.

Hubungan AS-Iran yang sempat panas usai terbunuhnya pentolan militer Mayor Jenderal Qasim Soleimani sekarang memang agak mendingin. Namun bukan berarti situasi di Iran baik-baik saja.

Pekan lalu, pesawat Boeing milik maskapai Ukraina jatuh di wilayah udara Teheran. Pemerintah Iran akhirnya mengakui bahwa tragedi yang menewaskan 176 orang itu disebabkan oleh tembakan rudal militer.

Dipicu oleh kejadian itu, rakyat Iran berbalik muka kepada pemerintah. Gelombang demonstrasi merebak di Negeri Persia yang sampai menuntut pergantian rezim.


"Mereka (pemerintah Iran) berbohong dengan mengatakan bahwa musuh kita adalah AS. Padahal musuh kita ada di sini," seru para pengunjuk rasa di Teheran, seperti diberitakan Reuters.

Media di Iran pun mulai menyuarakan pergantian rezim. Minta maaf dan mundur, demikian tulis headline harian Etemad di Iran.

Situasi kian keruh kala AS mulai mengobok-obok. Melalui cuitan di Twitter, Presiden Trump menyatakan pemerintah Iran harus menegakkan demokrasi.

"Teruntuk pada pemimpin Iran. JANGAN BUNUH PARA DEMONSTRAN. Ribuan telah terbunuh atau terpenjara oleh Anda dan dunia sedang melihat. Lebih penting lagi, AS sedang melihat. Hidupkan kembali internet dan biarkan reporter menjalankan tugas dengan bebas! Berhentilah membunuh warga Iran yang hebat!" sebut Trump.


Dinamika di Iran yang masih kencang dan bisa menjurus ke konflik horizontal memunculkan risiko yang perlu dicermati pelaku pasar. Mata dan telinga tetap harus tertuju ke Timur Tengah.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular