
Rupiah Terkuat Sejak Februari 2018, Pakai Obat Apa Nih?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 January 2020 08:22

Akan tetapi, sebenarnya pelaku pasar masih perlu waspada karena ada risiko lain yang mengintai yaitu situasi geopolitik di Timur Tengah. Adalah Iran yang tengah menjadi 'pusat gempa'.
Hubungan AS-Iran yang sempat panas usai terbunuhnya pentolan militer Mayor Jenderal Qasim Soleimani sekarang memang agak mendingin. Namun bukan berarti situasi di Iran baik-baik saja.
Pekan lalu, pesawat Boeing milik maskapai Ukraina jatuh di wilayah udara Teheran. Pemerintah Iran akhirnya mengakui bahwa tragedi yang menewaskan 176 orang itu disebabkan oleh tembakan rudal militer.
Dipicu oleh kejadian itu, rakyat Iran berbalik muka kepada pemerintah. Gelombang demonstrasi merebak di Negeri Persia yang sampai menuntut pergantian rezim.
"Mereka (pemerintah Iran) berbohong dengan mengatakan bahwa musuh kita adalah AS. Padahal musuh kita ada di sini," seru para pengunjuk rasa di Teheran, seperti diberitakan Reuters.
Media di Iran pun mulai menyuarakan pergantian rezim. Minta maaf dan mundur, demikian tulis headline harian Etemad di Iran.
Situasi kian keruh kala AS mulai mengobok-obok. Melalui cuitan di Twitter, Presiden Trump menyatakan pemerintah Iran harus menegakkan demokrasi.
"Teruntuk pada pemimpin Iran. JANGAN BUNUH PARA DEMONSTRAN. Ribuan telah terbunuh atau terpenjara oleh Anda dan dunia sedang melihat. Lebih penting lagi, AS sedang melihat. Hidupkan kembali internet dan biarkan reporter menjalankan tugas dengan bebas! Berhentilah membunuh warga Iran yang hebat!" sebut Trump.
Dinamika di Iran yang masih kencang dan bisa menjurus ke konflik horizontal memunculkan risiko yang perlu dicermati pelaku pasar. Mata dan telinga tetap harus tertuju ke Timur Tengah.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Hubungan AS-Iran yang sempat panas usai terbunuhnya pentolan militer Mayor Jenderal Qasim Soleimani sekarang memang agak mendingin. Namun bukan berarti situasi di Iran baik-baik saja.
Pekan lalu, pesawat Boeing milik maskapai Ukraina jatuh di wilayah udara Teheran. Pemerintah Iran akhirnya mengakui bahwa tragedi yang menewaskan 176 orang itu disebabkan oleh tembakan rudal militer.
"Mereka (pemerintah Iran) berbohong dengan mengatakan bahwa musuh kita adalah AS. Padahal musuh kita ada di sini," seru para pengunjuk rasa di Teheran, seperti diberitakan Reuters.
Media di Iran pun mulai menyuarakan pergantian rezim. Minta maaf dan mundur, demikian tulis headline harian Etemad di Iran.
Situasi kian keruh kala AS mulai mengobok-obok. Melalui cuitan di Twitter, Presiden Trump menyatakan pemerintah Iran harus menegakkan demokrasi.
"Teruntuk pada pemimpin Iran. JANGAN BUNUH PARA DEMONSTRAN. Ribuan telah terbunuh atau terpenjara oleh Anda dan dunia sedang melihat. Lebih penting lagi, AS sedang melihat. Hidupkan kembali internet dan biarkan reporter menjalankan tugas dengan bebas! Berhentilah membunuh warga Iran yang hebat!" sebut Trump.
Dinamika di Iran yang masih kencang dan bisa menjurus ke konflik horizontal memunculkan risiko yang perlu dicermati pelaku pasar. Mata dan telinga tetap harus tertuju ke Timur Tengah.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular