
Melesat! Reviu Sepekan Harga Emas, Minyak, Batu Bara & CPO

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dengan Iran yang terjadi sepanjang minggu ini cukup membuat harga komoditas bergejolak.
Rata-rata harga komoditas seperti minyak sawit mentah (CPO), batu bara dan emas mengalami kenaikan, hanya minyak mentah (crude oil) yang tertekan karena mengimbangi kenaikan tinggi pada minggu lalu.
Seperti diketahui Iran melakukan serangan balasan atas terbunuhnya Jenderal Qasem Soleimani, Iran melakukan tembakan peluru kendali (rudal) ke Bandara Ain al-Asad yang menjadi salah satu basis tentara AS di Irak pada Rabu pagi (8/1/2020).
Hal ini turut memicu kenaikan harga minyak karena pelaku pasar khawatir jalur dan infrastruktur produksi minyak di kawasan timur tengah akan terganggu, dampaknya pasokan akan terganggu sementara permintaan stabil sehingga harga minyak melonjak.
Ketegangan tersebut akhirnya mereda pada setelah Trump mengatakan lebih memilih pendekatan secara ekonomi dari pada militer pada Rabu (8/1/2020) waktu AS. Ia juga mengatakan "segera menjatuhkan sanksi hukuman ekonomi tambahan pada rezim Iran.".
Trump juga terbuka untuk melakukan negosiasi dengan Republik Islam tersebut. "Kita semua harus bekerja sama untuk membuat kesepakatan dengan Iran yang membuat dunia menjadi tempat yang lebih aman dan damai," ucap Trump.
Pergerakan Komoditas (emas, batu bara, CPO, dan minyak) dalam sepekan:
![]() |
Minyak Sawit (CPO)
Harga CPO pada Jumat (10/1/2020) berada di level RM 3.095 atau turun 0,48% dibanding posisi penutupan hari sebelumnya. Saat ini sentimen yang membuat harga CPO kembali naik ialah larangan impor minyak sawit olahan Malaysia oleh India.
Reuters, melaporkan bahwa menteri perdagangan dan perindustrian India baru-baru ini telah mengeluarkan pengumuman yang mengubah status impor minyak sawit olahan dari "free" menjadi "restricted".
Upaya itu dilakukan untuk melarang impor minyak sawit olahan dan hanya bisa mengimpor CPO. Langkah ini juga dilakukan untuk memberi hukuman kepada Malaysia atas kritik yang dilancarkan Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohammad, terhadap India.
Pada Oktober 2019, PM Malaysia tersebut melontarkan kritik keras kepada India soal konflik yang terjadi di Kashmir, wilayah yang dihuni mayoritas muslim yang juga diklaim oleh Pakistan. Mahathir mengatakan India telah "menginvasi dan menduduki" Kashmir.
Dengan larangan impor minyak sawit olahan tersebut, maka produk CPO Malaysia harus bersaing dengan CPO Indonesia. Ada potensi terjadi perang harga mengingat harga CPO Indonesia masih lebih kompetitif, melansir Reuters.
Batu Bara
Harga komoditas batu bara kontrak ICE Newcastle pada Kamis (9/1/2020) melesat hingga 3,46% dibanding posisi penutupan sehari sebelumnya. Harga batu bara diperdagangkan level US$ 71,8/ton. Kenaikan harga batu bara didorong penipisan stok batu bara di pelabuhan maupun unit pembangkit listrik di China.
Berdasarkan data Refinitiv, persediaan batu bara di pelabuhan utama China bagian utara yaitu Caofeidian, Qinhuagndao dan Jingtang berada di posisi 15,41 juta ton per 3 Januari 2020. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 16,57 juta ton.
Seiring peningkatan aktivitas industri manufaktur di China, konsumsi batu bara berpotensi naik di saat persediaan batu bara China mulai menipis. Data Industrial Production China November 2019 mampu 6,2% (yoy), jauh melebihi konsensus analis yang meramal kenaikan hanya 5% saja.
Emas
Mengutip data Meta Trader 4, sebuah platform transaksi Foreign Exchange (Forex) terkemuka, harga emas di pasar spot global mengalami kenaikan 0,61% menjadi US$ 1,561,67 per troy ounce (Oz).
Sejauh ini, harga emas turun hampir 4% dari level tertingginya dalam tujuh tahun terakhir setelah sempat menyentuh US$ 1.610,90/ounce pada Rabu (8/1) lalu. Ketegangan di Timur Tengah antara AS dengan Iran menjadi salah satu penyebabnya.
Akan tetapi, emas kembali berkilau menyusul data ketenagakerjaan di Amerika Serikat (AS) yang tumbuh mengecewakan di bawah ekspektasi pasar.
Mengutip CNBC International, Departemen Tenaga Kerja AS hari Jumat (10/1/2020) mengumumkan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non farm payrolls/NFP) pada bulan Desember tumbuh hanya 145 ribu orang, turun dalam jika dibandingkan pertumbuhan November yang mencapai 256 ribu orang.
Angka tersebut juga di bawah prediksi pasar yang dihimpun Refinitiv (Reuters) yang memperkirakan bahwa ada pertumbuhan tenaga kerja baru sebanyak 165 ribu orang bekerja.
