Perkasa di Kurs Tengah BI dan Spot, Rupiah No Kaleng-kaleng!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 January 2020 10:05
Perkasa di Kurs Tengah BI dan Spot, Rupiah No Kaleng-kaleng!
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun nyaman di zona hijau di perdagangan pasar spot.

Pada Jumat (10/1/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 13.812. Rupiah menguat 0,35% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Sedangkan di pasar spot, rupiah memang sempat dibuka melemah. Namun itu tidak lama, karena pada pukul 09:38 WIB US$ 1 setara dengan Rp 13.800 di mana rupiah menguat 0,33% dibandingkan kemarin.

Penguatan rupiah bukan kaleng-kaleng. Selain menembus posisi terkuat sejak April 2018, rupiah juga menjadi mata uang terbaik kedua di Asia. Apresiasi rupiah hanya kalah dari rupee India.

Sebagai catatan, pasar keuangan India belum buka. Kalau pasar Negeri Bollywood sudah buka, bisa saja rupiah menjadi yang terbaik di Benua Kuning.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 09:39 WIB:





Dari dalam negeri, data yang ciamik mendukung reli penguatan rupiah. Bank Indonesia (BI) melaporkan IKK pada Desember 2019 sebesar 126. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 124,2 dan menjadi pencapaian terbaik sejak Juni.

IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Di atas 100 berarti konsumen lebih percaya diri menghadapi kondisi ekonomi saat ini dan beberapa bulan ke depan.

Salah satu sub-indeks yang penting dalam IKK adalah Indeks Pembelian Barang Tahan Lama (durable goods). Saat konsumen lebih berkenan membeli barang tahan lama, maka itu adalah pertanda daya beli yang sehat. Barang tahan lama biasanya adalah kebutuhan sekunder, bahkan tersier, sehingga jika konsumen mau membelinya berarti ada keyakinan terhadap kondisi dan ekspektasi penghasilan mereka.

Pada Desember, Indeks Pembelian Barang Tahan Lama tercatat 117,5. Ini adalah catatan terbaik sejak Juli 2018 atau 1,5 tahun terakhir.

"Peningkatan optimisme konsumen didorong oleh membaiknya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan. Perbaikan persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini didorong oleh persepsi yang lebih baik terhadap ketersediaan lapangan kerja, penghasilan saat ini, dan pembelian barang tahan lama. Sementara itu, ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan yang lebih baik dipengaruhi oleh ekspektasi penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja yang membaik," papar keterangan tertulis BI yang dirilis Selasa (7/1/2020).


Kabar gembira tidak hanya datang dari sisi konsumen. Ternyata optimisme dunia usaha juga membaik.

Pekan lalu, IHS Markit mengumumkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia berada di 49,5. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik awal, di bawah 50 berarti dunia usaha belum melakukan ekspansi. PMI manufaktur Indonesia sudah berada di zona kontraksi selama enam bulan beruntun.

Namun bukan berarti ini adalah kabar buruk. Sejak menyentuh titik terendah sejak setidaknya Januari 2017 pada Oktober, PMI manufaktur Indonesia terus beranjak naik. Angka Desember adalah yang tertinggi dalam lima bulan terakhir.

"Dengan output, permintaan baru, dan inventaris input kembali tumbuh menunjukkan bahwa masa pemulihan sudah dekat. Tentu saja headline PMI sementara masih di bawah level netral 50, tetapi naik ke posisi tertinggi selama lima bulan. Ditambah lagi, kepercayaan diri berbisnis merupakan yang paling tinggi pada semester II-2019," sebut Bernard Aw, Kepala Ekonom IHS Markit seperti dikutip dari keterangan resmi.



TIM RISET CNBC INDONESIA




(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular